Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
RDMP Pertamina, Solusi Kebutuhan Minyak Nasional
27 Maret 2017 21:45 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
Tulisan dari Budi Hermawan C. tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa hari yang lalu saya ikut berpartisipasi di sebuah survey sederhana di sebuah forum langganan. Survey yang bertanya tentang berapa liter kebutuhan bahan bakar seseorang dalam seminggu ini, memiliki jawaban yang beragam. Dari survey ini kita bisa menyimpulkan bahwa kebutuhan minyak dan energi masih menjadi kebutuhan penting bagi manusia.
ADVERTISEMENT
Kebutuhan minyak nasional terus meningkat tiap tahunnya. Sekarang angkanya telah mencapai 1,6 juta bph. Sebuah angka yang fantastis! Di saat ini saya teringat pada keinginan Jokowi untuk melepaskan Indonesia dari impor minyak di tahun 2023 dengan Swasembada BBM. Secara gampang pemikiran orang adalah ini hal yang mustahil.
Bila kita hitung-hitungan secara sederhana, kebutuhan minyak nasional sekitar 1,6 juta bph, sementara produksi minyak Pertamina dari kilang Indonesia hanya sekitar 1,05 juta bph. Itu pun masih biasanya yang terpenuhi hanya sekitar 850 – 950 ribu bph. Sisanya kita nombok lewat impor minyak. Bagaimana bila peningkatan kebutuhan seperti bulan puasa dan musim liburan? Tentu saja nilai impor pun akan bertambah. Apalagi kilang minyak membutuhkan perawatan, jadi semakin tinggi pula nilai impor minyak.
ADVERTISEMENT
Sudah lama kita dalam kondisi seperti ini, dan ini menjadi salah satu alasan mengapa harga minyak sering berubah, ya karena impor ini. Bila dibiarkan kondisi ini akan menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia karena hal-hal yang harusnya bisa digunakan lewat devisa negara, habis untuk impor minyak.
Pemerintah dan Pertamina mencoba menghadirkan solusinya lewat RDMP (Refinery Development Master Plan) atau perubahan kilang lama dan NGRR (New Grass Root Refinery) atau juga pembangunan kilang baru. Kilang baru memang diperlukan, eksplorasi harus terus dilakukan, tapi mengapa dengan perubahan kilang lama? Apa hasilnya?
RDMP bertujuan untuk merevitalisasi kilang lama yang mana nantinya akan menambah produksi minyak menjadi 150%. Ini yang akan memenuhi kebutuhan minyak nasional sebesar 1,6 juta bph. Dan sehubungan dengan iklim investasi Indonesia yang sedang bagus, pihak dari luar negeri akan diajak untuk bekerja sama merevitalisasi kilang-kilang lama ini. Ada empat kilang yang rencananya akan dijadikan mega proyek RDMP yaitu kilang di Balikpapan, Dumai, Cilacap dan Balongan.
ADVERTISEMENT
Permasalahannya adalah dari proses persiapan cukup memakan waktu yang lama, pembicaraan kerja sama dengan pihak luar yang belum selesai hingga persolan domestik Pertamina. Padahal dengan RDMP ini bisa jadi Pertamina nomor satu di Asia Pasifik. Nama Indonesia juga yang akan harum jadinya.
Menurut saya, selain nilai positif yaitu lebih mendekatkan pada tujuan Swasembada BBM, RDMP ini akan membantu pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitarnya. Karena satu proyek RDMP ini menyerap tenaga kerja sampai puluhan ribu. Belum lagi mereka akan pension, kembali membuka lapangan kerja baru bukan? Wilayah sekitar akan jadi lebih diuntungkan karena infrastruktur akan lebih digiatkan, dunia bisnis baru akan terbuka seperti wisata, hiburan, jasa dan kuliner.
Oleh karena itu pemerintah harus terus menggiatkan mega proyek ini, baik RDMP maupun NGRR. Agar kita bisa lebih berdaulat di sektor migas dan energi, sehingga Indonesia akan lebih maju dari negara-negara tetangganya. Saya yakin bahwa bila Indonesia bisa terlepas dari impor minyak tidak lama lagi. source foto: metrotv
ADVERTISEMENT