Kenali Profil Risiko Sebelum Berinvestasi Saham

Budi Santoso
Mahasiswa S1 Program Studi Manajemen pada Universitas Wahid Hasyim, Semarang.
Konten dari Pengguna
18 Mei 2022 18:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Budi Santoso tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pergerakan saham. Foto: Budi Santoso
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pergerakan saham. Foto: Budi Santoso
ADVERTISEMENT
Mengutip dari buku The Intelegent Investor yang disusun oleh Benjamin Graham, investasi tidaklah sama dengan spekulasi, di mana seorang investor akan memperhitungkan harga pasar dengan standar-standar nilai yang telah ada, sedangkan spekulan mendasarkan standar nilai(mereka) terhadap harga pasar. Pendapat ini haruslah kita pegang sebelum kita terjun dalam dunia investasi saham.
ADVERTISEMENT
Investor ceroboh cenderung berinvestasi tanpa meneliti lebih lanjut emiten yang dibeli dan berharap suatu saat harganya naik. Mereka mengandalkan spekulasi di pasar saham atau hanya mengandalkan insting tanpa melihat fundamental sebuah emiten. Kesalahan seperti inilah yang sering dilakukan oleh investor saham pemula, yang berujung pada kerugian.
Setiap investor memiliki batas toleransi masing-masing dalam menanggung risiko investasi yang dikenal dengan istilah profil risiko. Pada umumnya profil risiko saham dibagi menjadi 3 kategori.
Pertama, pada kategori konservatif seorang investor cenderung memilih saham yang cenderung bergerak stabil, liquid dan fluktuasinya rendah. Tujuan utama investor kategori konservatif adalah investasi jangka panjang, maka saham–saham lapis pertama atau lebih dikenal dengan saham blue chip menjadi pilihan utama kategori investor konservatif karena saham blue chip tergolong saham yang aman dan berisiko rendah. Kategori saham blue chip di Indonesia biasanya terdapat pada indeks saham LQ45.
ADVERTISEMENT
Kedua, untuk kategori profil risiko moderat seorang investor lebih berani dalam mengambil risiko dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari kategori konservatif. Gaya swing trading lebih banyak dipilih untuk kategori ini, di mana mereka akan membeli saham saat menyentuh titik support dan menjualnya di titik resistance. Pilihan saham untuk kategori moderat biasanya pada saham-saham lapis kedua.
Ketiga, untuk kategori profil risiko agresif, seorang investor siap menghadapi risiko kehilangan seluruh modal mereka untuk mendapatkan potensi keuntungan yang maksimal. Untuk kategori ini teknik trading saham yang digunakan adalah teknik scalping, di mana dalam satu hari, frekuensi jual beli saham yang dilakukan sangat tinggi untuk mengejar profit yang lebih tinggi. Pilihan saham untuk kategori ini cenderung pada saham-saham lapis ketiga, di mana fluktuasi harganya sangat tinggi.
ADVERTISEMENT
Setelah mengetahui ketiga kategori profil risiko di atas, hendaknya pastikan dahulu profil resiko mana yang mampu kita tanggung sebelum melakukan pembelian saham.