Rekam Jejak "Hitam" Calon Pemimpin Daerah

Konten dari Pengguna
3 Februari 2018 18:09 WIB
Tulisan dari User Dinonaktifkan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Memilih sosok pemimpin terbaik dalam pemilihan umum kadang seperti mencari kucing dalam karung. Pasalnya, semua calon mencitrakan dirinya sebagai tokoh yang mumpuni. Mereka semua seakan terbaik.
Namun, bila anda ingin memeriksa kualitas seorang calon, periksa latar belakang dan sejarahnya. Di sana anda akan dapati bagaimana bentuk asli dirinya. Hal itu juga termasuk untuk Pilkada. Khususnya di Sumatera Utara.
ADVERTISEMENT
Kandidat calon kepala daerah di wilayah tersebut, semuanya mengenalkan dirinya dengan sangat positif. Namun, bagaimana kita menilainya? Kita periksa latar belakangnya.
Jangan sampai kita memilih kasus yang diduga merupakan jaringan mafia dan makelar kasus. Apalagi bisa pernah tersangkut kasus korupsi.
Saat ini, kita kenal pasangan pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Edy Rahmayadi-Musa Rajek Shah atau dikenal Ijeck yang diusung oleh Gerindra, PKS, PAN, Golkar, dan NasDem. Mereka pasangan yang bisa dikatakan kokoh karena didukung lima partai besar.
Namun, kita juga harus kritis dengan memeriksa calon tersebut. Bila Edy Rahmayadi, kita tentu kenal karena sebelumnya menjadi Pangkostrad TNI dan Ketua PSSI.
Tapi untuk Musa Rajek Shah kita punya sedikit catatan. Pasalnya, dua tahun lalu, seorang pengusaha sarang walet juga terduga mafia tanah eks HGU PTPN-2, Anif Shah dan putranya, Musa Rajek Shah alias Ijek dijadwalkan diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
ADVERTISEMENT
Mereka diperiksa terkait dugaan pemerasaan pada Gubernur nonaktif, Gatot Pujo Nugroho dan Sekda Hasban Ritonga di kasus Bansos Sumut, dan lahan eks sirkuit Ikatan Motor Indonesia (IMI) Medan di Jalan Pancing/Willem Iskandar.
Tak hanya itu, selain diduga terlibat pemerasan pengamanan aksi massa di kasus Bansos Sumut yang menjerat Gubernur Sumut non-aktif, Ijek dan bapaknya juga terlibat dalam kasus alih fungsi aset Pemerintah Kota Medan dan penggelapan pajak lahan Jalan Jawa Medan, dengan tersangka mantan Walikota Medan, Rahudman Harahap dan Abdillah AK MBA.
Selain itu, dalam kasus laporan korupsi eks lahan IMI, Anif Shah dan Ijek diduga menyuruh seseorang melaporkan Sekda Hasban Ritonga dalam kasus lahan eks IMI ke Kejaksaan Tinggi Sumut. Sementara ketika sidang berjalan dan akhirnya sampai pada jelang tuntutan, pelapor menarik laporannya di depan majelis hakim karena diduga telah menerima suap bersama-sama dengan Anif Shah dan Ijek hingga mencapai Rp 10 miliar dari mantan Gubernur Sumut Gatot dan Sekda Hasban Ritonga.
ADVERTISEMENT
Bisa dikatakan kasus yang melibatkan Anif Shah dan Ijeck itu menggurita. Mulai lelang aset PTPN 2 tak sesuai dengan NJOP dan luas areal yang dilelang, kasus dugaan pemerasan Bansos Sumut, dan bahkan diduga memanfaatkan jabatan Ajib Shah sebagai Ketua DPRD Sumut untuk melakukan pemerasan pada mantan Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho.
Kasus di atas hanyalah usaha mengingatkan kita agar tidak tutup mata atas masa lalu seorang calon. Tulisan ini bukan kampanye hitam, namun hanya membuka lembaran sejarah seseorang saja.
Setelah mengetahui itu, kita harus mulai selektif dalam memilih seorang calon pemimpin. Jangan sampai kita terjebak memilih serigala berbulu domba.