Konten dari Pengguna

Mengapa Anak Matematika Selalu Sedikit Ikut Organisasi Pergerakan?

Budi Prathama
Mahasiswa jurusan Matematika di FMIPA, Universitas Sulawesi Barat
15 Juli 2022 13:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Budi Prathama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pelajaran Matematika. (Pixabay/@geralt)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pelajaran Matematika. (Pixabay/@geralt)
ADVERTISEMENT
Setiap jurusan mahasiswa di kampus tentu memiliki karakter dari ciri masing-masing, bahkan persaingan antar Fakultas atau Jurusan pun kadang saja terjadi di dunia kampus. Sehingga tidak menutup kemungkinan ada jurusan atau mahasiswa selalu merasa unggul di dalam lingkungan kampus. Tentu hal itu tidaklah masalah amat karena jumlah mahasiswa yang masuk pada masing-masing jurusan tidaklah sama, ada memang jurusan paling dominan dikejar bagi para calon mahasiswa baru.
ADVERTISEMENT
Bicara soal jurusan mungkin bisa dibilang kalau jurusan Matematika selalu minoritas peminatnya dalam setiap kampus yang ada di Indonesia, terlebih paling sedikit mahasiswanya yang ikut bergabung di organisasi pergerakan mahasiswa. Alasannya mungkin bisa dibilang kuat karena ilmu yang dipelajari di Matematika dengan ilmu yang ada di organisasi terutama organisasi pergerakan amatlah jauh berbeda.
Ilmu yang dipelajari di Matematika tentu sehari-harinya akan berjumpa pada pelajaran yang banyak simbol dan penuh abstrak, seperti misalnya mata kuliah Kalkulus, Analisis Real, Aljabar, dan lain sebagainya. Tetapi kalau di organisasi pergerakan diskusinya mengenai kondisi sosial maupun politik, baik yang terjadi di lingkungan kampus terlebih yang terjadi di masyarakat luas. Sehingga kalau dari sisi itu dihubungkan tentu akan sulit ketemu.
ADVERTISEMENT
Tetapi kalau jurusan lain seperti ilmu sosial, politik, ilmu komunikasi, maupun hukum, jelas sangat erat kaitannya yang dipelajari di organisasi pergerakan. Organisasi pergerakan yang saya maksud di sini seperti organisasi cipayung, misalnya organisasi GMNI, HMI, PMII, LMND, dan lain sebagainya.
Mungkin bukan hanya di kampus saya Universitas Sulawesi Barat jurusan matematika sedikit ikut organisasi pergerakan, tetapi bisa juga terjadi pada kampus lain. Kondisinya di kampus saya sedikit mahasiswa jurusan matematika ikut organisasi cipayung, mungkin karena ilmu terkait dengan jurusan tidak linear dengan di organisasi atau bahkan tidak ada kesempatan mahasiswa untuk berorganisasi.
Menjadi mahasiswa jurusan Matematika bisa saja akan dipenuhi banyak tugas yang tentu pengerjaanya tidak bisa langsung searching saja di google, tetapi melalui pengerjaan sendiri dengan memakai teori dan rumus tertentu yang bisa menguras pikiran dan banyak waktu. Sehingga waktu untuk ikut berorganisasi sangatlah sedikit, dan bisa juga kemampuan manajemen waktu untuk bisa fokus pada jurusan secara baik akan berkurang.
ADVERTISEMENT
Melihat beberapa organisasi pergerakan yang ada di kampus Universitas Sulawesi Barat, jurusan Matematika selalu sedikit yang bergabung, dan yang paling banyak biasanya jurusan dari bidang soshum. Entah karena minat organisasi yang berbeda ataupun karena jurusan yang mempengaruhi.
Itulah mengapa saat ada forum-forum diskusi yang digelar oleh organisasi pergerakan selalu saja didominasi dari anak soshum, sementara kebanyakan anak Matematika merasa cuek dengan hal seperti itu. Begitu pula saat ada aksi demonstrasi mahasiswa, maka anak Matematika hanya hitungan jari saja yang berminat untuk bergabung. Tetapi yang jelas kondisi itu tidaklah pula sepenuhnya bisa disalahkan, karena pandangan setiap mahasiswa tentu berbeda-beda.
Lagi pula setiap jurusan jelas sangat mempengaruhi pola pikir mahasiswa, jurusan yang berasal dari hukum ataupun politik tentu selalu dituntut untuk dapat berdiskusi dan berdebat, dan salah satu tempatnya untuk mengasah kemampuan itu sangatlah tepat berada di organisasi pergerakan. Bukan berarti jurusan yang lain tidak bisa ya.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi meskipun begitu, setiap mahasiswa entah dari jurusan mana mesti tidak boleh juga menyepelekan dunia organisasi, karena di organisasi bukan hanya belajar terkait dengan jurusan tetapi belajar masalah kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, dan belajar membangun jaringan. Yang lebih penting setiap mahasiswa mesti mampu memasuki organisasi yang tepat dan memang dianggap cocok, bukan malah berefek saat masuk di organisasi justru tidak bisa berkembang.