Konten dari Pengguna

Musim Panen Kakao di Desa Todang-Todang Mengalami Penurunan

Budi Prathama
Mahasiswa jurusan Matematika di FMIPA, Universitas Sulawesi Barat
14 Juli 2022 20:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Budi Prathama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi buah kakao di desa Todang-Todang rusak. (Dok.pribadi/@budiprathama)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi buah kakao di desa Todang-Todang rusak. (Dok.pribadi/@budiprathama)
ADVERTISEMENT
Desa Todang-Tadang, kecamatan Limboro. kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, termasuk daerah yang juga berpenghasilan kakao bagi masyarakat penduduknya. Warga desa Todang-Todang sudah menekuni pekerjaan sebagai penghasil kakao telah berjalan sejak lama bersamaan dengan produk lokal gula merah.
ADVERTISEMENT
Tanaman kakao di desa Todang-Todang untuk tahun ini mengalami penurunan jumlah kuantitas padahal sudah masuk musim panen. Di samping berkurangnya jumlah panen, kakao di desa Todang-Todang juga banyak membusuk dan mengalami kerusakan yang langsung hitam buahnya walau masih muda.
Bapak Ahmad salah satu warga desa Todang-Todang yang mempunyai lahan kakao juga mengalami hal yang sama. Jumlah panen kakao yang dikelolanya sejak dari dulu mengalami penurunan jumlah di musim panen tahun ini.
“Kakao kami sekarang sangat berkurang dibanding dengan tahun-tahun kemarin,” kata bapak Ahmad dengan nada suara yang kurang semangat.
Menurutnya, kakao di desa Todang-Todang mengalami penurunan jumlah saat panen karena buah kakao banyak yang rusak akibat musim hujan yang selalu melanda di desa Todang-Todang.
ADVERTISEMENT
“Mungkin karena saat ini di desa Todang-Todang hampir setiap hari selalu saja hujan. Tentu itu dapat merusak buah kakao yang mengakibatkan buah kakao membusuk dan menghitam walau masih muda. Hanya sedikitlah yang bisa kami ambil buah kakao yang bagus,” ujar bapak Ahmad.
“Dulu kami bisa jual kakao yang sudah kering mencapai 50-80 kg per musim, tetapi sekarang hanya bisa 15-40 kg. Sangat berkurang ketimbang tahun sebelumnya,” pungkasnya.
Meskipun lahan kakao bapak Ahmad tidak terlalu banyak, tetapi ia sangat merasakan dampak pada prekonomian keluarganya. Bukan hanya bapak Ahmad, seluruh warga desa Todang-Todang yang memiliki lahan kakao juga mengalami hal yang sama. Jumlah panen kakao mengalami penurunan karena buahnya banyak yang rusak.
ADVERTISEMENT
Walau dilanda musibah seperti itu, bapak Ahmad masih berharap lahan kakaonya bisa kembali memberikan hasil panen secara normal. Tidak lagi mengalami kondisi yang kebanyakan buahnya busuk ketimbang buah yang bagus, karena itu jelas sangat merugikan bagi si petani kakao.
“Jelas kami sebagai petani kakao sangat rugi atas kondisi ini, buah kakao lebih banyak yang rusak ketimbang yang bagus bisa dijual,” tutur bapak Ahmad.
Ia pun berharap agar pemerintah setempat bisa memberikan solusi, baik melalui pelatihan maupun pengadaan obat-obatan yang dapat mengurangi buah kakao yang busuk dan menghitam, agar setidaknya dapat meminimalisir buah kakao yang busuk.