7.200 Menit Jadi Cyber-Paspampres

Bukan Remahan Rengginang
Kisah Orang Muda di Istana. Link untuk mengunduh e-book 'Bukan Remahan Rengginang': http://ksp.go.id/unduh-buku/
Konten dari Pengguna
8 November 2019 11:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bukan Remahan Rengginang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Deden Irfan Arfyansyah. Foto: Dok: Bukan Remahan Rengginang
zoom-in-whitePerbesar
Deden Irfan Arfyansyah. Foto: Dok: Bukan Remahan Rengginang
ADVERTISEMENT
Ruangan sunyi itu sontak gaduh. Serangan hacker mulai terdeteksi, makin gencar dan menekan. Ruangan yang aku kira cuma “pos patroli pengamanan”, kini berubah menjadi ruang kendali peperangan. Website presidenri.go.id diserang!
ADVERTISEMENT
10 Oktober 2018.
Kami mendapatkan alert. Ajakan untuk melumpuhkan website presiden bertebaran di media sosial. Website presiden HARUS DOWN lima hari lagi. Kami langsung bekerja untuk mendeteksi, ajakan ini serius atau cuma buat nakut-nakutin saja? Tengkukku dingin. Pasalnya, tugasku di sini memastikan website presiden aman. Nasibku dipertaruhkan.
Checklist persiapan hingga menyusun berbagai skenario pertahanan kami susun hati-hati. Strategi A jika begini, Strategi B jika begitu, Strategi C, D, E, F... dan lain-lain. Ruangan riuh rendah. Ini perjuangan menjaga marwah Presiden RI. Kecemasan membuat durasi doa-doa kami lebih panjang. Apa yang akan kami lakukan tidak ada artinya tanpa restu Yang Maha Kuasa.
Lima bulan sebelumnya
Aku masih jadi pegawai Badan Siber dan Sandi Negara ketika dihubungi bagian SDM untuk bersiap ditugaskan di Kantor Staf Presiden (KSP) mulai besok. Bagai mimpi di siang bolong, tidak pernah terlintas di benak bahwa saya bisa ditarik bergabung dengan tim IT terbaik negeri ini.
ADVERTISEMENT
Hari pertama bergabung, aku disambut hangat. Diajak berkeliling melihat kantor KSP sebelum akhirnya ditunjukkan ruang kerjaku. Bagian Pengelolaan Informasi dan Komunikasi. Ruanganku bersebelahan dengan ruang sakral RI 1, Situation Room. Pernah lihat ruang kendali White House untuk peluncuran roket di film Hollywood? Situation Room mirip itu.
Dari cerita yang aku dapatkan, tim ini sudah berjibaku sedari lama. Presiden silih berganti, tim tetap solid dan tetap dipercaya untuk membangun dan menjaga “benteng digital” Presiden. Awalnya aku minder, ritme kerjaku dianggap tertinggal. Banyak tugas yang tidak terselesaikan dengan baik. Tapi, dukungan teman-teman membuatku terus memperbaiki diri.
Sekretariat Kantor Staf Presiden. Foto: Dok: Bukan Remahan Rengginang.
15 Oktober 2018, Hari Serangan.
Jam kerja kantor seperti biasanya. Pukul 7.30 sudah banyak yang hadir di kantor. Beberapa datang sedikit terlambat dengan nafas sedikit terengah. Drama gangguan commuter line memaksa mereka berlari agar cepat sampai kantor. Aku juga merasa harus buru-buru sampai kantor. Tak peduli tidurku semalam tidak nyenyak. Ini hari yang ditunggu. Aku gelisah setengah mati. Sebagian dari kami bahkan ada yang bertahajud, memohon perlindungan agar semua baik saja.
ADVERTISEMENT
Walaupun serangan diumumkan akan terjadi dua belas jam lagi. Tapi kami memutuskan untuk bersiap dari pagi. Kami tidak boleh kecolongan. Bagai tim sepak bola yang bersiap menghadapi kick-off, aku pun siaga sesuai dengan formasi yang ditentukan. Menjelang detik serangan, ruangan seketika senyap. Ada yang berdoa, ada yang fokus pada laptopnya. Ada juga yang terpaku pada laptop sekaligus berdoa. Aku.
Tepat pukul 20.00, serangan dimulai. Sial, ini bukan hoax ternyata. Sistem mengeluarkan alert tanda trafik abnormal. Ruang kecil kami riuh ketika satu persatu serangan mulai terlihat. Ada yang memantau sistem. Ada yang memonitor alert. Sebagian mengeksekusi alamat IP yang menyerang. Sebagian lagi memonitor kondisi web secara LIVE dari jaringan dalam maupun luar KSP.
ADVERTISEMENT
Mereka serius mau menjatuhkan website presiden. Bukan hanya bagiku, website ini dianggap penting oleh para penyerang. Bagi mereka website ini penting untuk dijatuhkan. Bagiku, website ini HARUS dipertahankan. Website ini memiliki kedudukan dan kehormatan yang sama dengan sosok Presiden. Representasi Presiden di dunia cyber jelas harus kami pertahankan kehormatannya.
Tidak ada lagi jalan mundur atau merasa takut. Ini peperanganku yang sebenarnya. Satu jam berlalu tanpa kami rasakan. Kami masih terus bahu-membahu meredam serangan yang terus datang. Bagaikan berondongan peluru, tanpa ampun mereka terus menembakkan amunisinya. Kadang kami terdesak. Tapi kami terus bertahan. Ada kalanya juga kami bisa menghabisi mereka.
Satu jam serangan ini menguji kami. Hingga titik terendah. Semakin lama, kami semakin gusar. Marah. Hantaman tidak kunjung surut. Aku terus bertahan dengan segala upaya dan semangat yang kumiliki. Aku setia dan waspada untuk menjaga kehormatan Presiden, melalui website ini.
ADVERTISEMENT
Pukul 21.41.
Serangan berhenti. Ruangan senyap kembali. Sebentar aku tetap waspada. Tidak boleh lengah walaupun sudah seharian kami berjuang. Detik demi detik aku menunggu. Sampai akhirnya, “Selesai!,” teriak Pak Yan Adi, Ketua Tim kami. Aku sempat terdiam mencerna arti kata ‘selesai’. Bener ini selesai? Sudah tidak ada lagi yang menyerang? Mereka kalah? Website presidenri.go.id tidak sedetik pun down.
Horeeeeee….!!!!
Seketika rasa lega, haru dan bangga menyergap. Alhamdulillah, Ya Tuhan. Perasaanku campur aduk, sampai aku tidak bisa mendefinisikannya. Aku berjuang berhari-hari menjaga website Presiden. Kurang tidur tidak ada artinya. Gelisah langsung sirna. Website Presiden selamat!
Aku setia, berhasil menjaga, mempertahankan kehormatan, dan menyayangi seseorang yang ketemu saja belum pernah. “Pak Jokowi, di dunia nyata ada Paspampres yang menjaga Bapak. Di dunia maya, jangan khawatir, ada aku dan tim yang juga menjaga Bapak.”
ADVERTISEMENT