Konten dari Pengguna

Anak Baru, Tipo, dan Mimpi Buruk

Bukan Remahan Rengginang
Kisah Orang Muda di Istana. Link untuk mengunduh e-book 'Bukan Remahan Rengginang': http://ksp.go.id/unduh-buku/
29 Oktober 2019 13:13 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bukan Remahan Rengginang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Charine Pakpahan  Foto: Dok: Bukan Remahan Rengginang.
zoom-in-whitePerbesar
Charine Pakpahan Foto: Dok: Bukan Remahan Rengginang.
ADVERTISEMENT
Dini hari 20 Oktober 2018, tepat 4 tahun Presiden Joko Widodo memimpin Indonesia. Ponsel bergetar tanpa henti membuat saya terjaga. Kesal, karena baru memejamkan mata beberapa jam, setelah lelah berminggu-minggu mengejar selesainya Laporan 4 Tahun Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Laporan ini baru beberapa jam lalu diluncurkan Kantor Staf Presiden.
ADVERTISEMENT
Setelah dengan susah payah membuka mata yang sudah terlanjur lekat, saya pun akhirnya membaca pesan WhatsApp yang bertubi-tubi masuk itu.
Ternyata ada kabar buruk. Ada kesalahan pengetikan di laporan itu. Yang seharusnya “Peningkatan Daya Saing” tertulis “Peningkatan Daya Asing”. Semua pihak, mulai dari atasan dan pimpinan Kantor Staf Presiden, Staf Khusus Presiden hingga tim Komunikasi Presiden meminta saya segera mengoreksi kesalahan tersebut. Di tengah-tengah mulai memanasnya tahun politik, tipo, tersebut sangat sensitif dan dapat berdampak negatif.
Kantuk semerta-merta hilang. Berharap belum terlambat mengubah dokumen tersebut, saya memulai proses penyuntingan dan pengunggahan ulang dokumen laporan tahunan hasil kinerja pemerintahan. Walaupun laporan berhasil diubah dini hari, hingga siang ponsel masih terus bergetar, ramai dengan pesan dari teman-teman di lingkungan istana agar kesalahan pengetikan harus segera diubah.
ADVERTISEMENT
Belum genap dua bulan menjadi tenaga ahli di Kantor Staf Presiden, saya ditugaskan untuk ikut serta dalam tim inti penyusunan Laporan 4 Tahun. Perasaan senang ketika mendapat penugasan tersebut karena merupakan tugas besar pertama di Kantor Staf Presiden. Namun ketika diberi arahan bahwa laporan pertanggungjawaban kinerja pemerintah ini harus selesai dalam waktu empat minggu, rasa tertekan dan tegang mulai bercampur aduk. Penyusunan laporan yang akan menjadi referensi 173 capaian dari kinerja pemerintahan yang membutuhkan data yang masif dan narasi yang kuat mengantarkan saya terjun bebas.
Kedeputian IV Foto: Bukan Remahan Rengginang
Empat minggu menyusun Laporan 4 Tahun hingga detik terakhir peluncuran laporan, ponsel saya jarang sepi. Saat proses penyusunan laporan, saya ditugaskan menjadi pusat pengumpulan data dari semua Kementerian dan Lembaga. Sering kali, bahkan menjelang tengah malam, telepon masuk dari nomor-nomor tak dikenal, yang meminta saya melakukan perubahan data. Atau sekadar menginfokan data sudah dikirimkan lewat email.
ADVERTISEMENT
Selain menampung data yang masuk, saya juga harus mengejar verifikasi data-data Kementerian dan Lembaga yang dimasukkan ke laporan. Segala cara ditempuh untuk memvalidasi data, mulai dari mengirim email yang ujung-ujungnya tidak dibalas, berkoordinasi dengan rekan-rekan di KSP untuk sama-sama menelepon kontak dan kenalan di kementerian, hingga mendatangi sendiri kementerian untuk verifikasi data. Proses memastikan bahwa data tersebut valid dan final tidak dapat diselesaikan melalui telepon hanya sekali, namun berkali-kali ke orang-orang yang berbeda.
Data-data yang diburu dengan lelah tersebut sangat krusial untuk dipastikan keabsahannya agar tidak menjadi senjata untuk penyebaran hoaks atau dipelintir menjadi disinformasi yang selama ini menjadi musuh yang diperangi pemerintahan Joko Widodo. Segala detail Laporan 4 Tahun membutuhkan pertimbangan yang matang, bukan hanya dari pengolahan data yang terkumpul, tetapi juga tata letak, warna hingga tema besar laporan yang dinegosiasi dan diperdebatkan berhari-hari oleh para pemangku kepentingan.
ADVERTISEMENT
Saking seringnya menatap layar proyektor dan menyusun laporan, saya sering terbangun dari mimpi buruk soal data, diagram, dan grafik yang saya susun sendiri. Hingga saya berjanji kepada diri sendiri bahwa setelah laporan ini selesai disusun, saya akan puasa seminggu dari mengerjakan presentasi dalam bentuk apa pun.
Detik-detik peluncuran Laporan 4 Tahun menyajikan ketegangan lainnya. Lima jam sebelum penayangan laporan di laman web KSP dan Presiden, data tentang stunting dikabarkan ada perubahan. Apesnya, perubahan tersebut tidak dapat segera diverifikasi. Padahal, antistunting merupakan program prioritas presiden dan data penderita stunting dipastikan menjadi salah satu bagian yang menjadi sorotan.
Menunggu verifikasi hanya dengan duduk di depan laptop menunggu arahan, membuat saya keringat dingin. Apalagi ketika jarum jam semakin mendekati pukul 23.59 WIB pada 19 Oktober 2018 itu. Sementara kabar verifikasi tak juga datang, suasana pun semakin mencekam. Nasib saya dipertaruhkan, karena sayalah 175 bertanggung jawab memastikan laporan tayang sebelum hari berganti menjadi 20 Oktober.
ADVERTISEMENT
Setengah jam sebelum batas waktu penayangan laporan, berita yang ditunggu pun datang. Laporan 4 Tahun Jokowi–Kalla itu pun kelar. Fuihh… Beban yang terasa di pundak luruh entah ke mana. Kemudian, semua laman web dan aplikasi yang selama empat minggu tidak pernah ditutup akhirnya saya matikan. Juga perangkat laptop.
Perasaan lega terus membuncah, apalagi saat hasil Laporan 4 Tahun tersebut digunakan para menteri dan kementerian serta lembaga untuk memaparkan hasil kinerja mereka. Ada bangga tersendiri mengingat saya punya kontribusi serta pengalaman seru yang penuh tekanan dan ketegangan dalam penyusunan laporan tersebut. Laporan tentang upaya pembangunan manusia menuju bangsa pemenang.