Melihat Keindahan Ulu Kasok, Sesaat Sebelum Riau Diselimuti Asap

Bukanrastaman
Travel Blogger
Konten dari Pengguna
19 September 2019 20:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bukanrastaman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Doa dan harap.
zoom-in-whitePerbesar
Doa dan harap.
Pesawat saya sampai di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim jauh sebelum asap tiba. Dari atas pesawat, sawit terlihat di mana-mana, namun saat itu langit masih biru, lalu lalang manusia dan wajahnya masih banyak riang. Dan Pekanbaru begitu menyenangkan, hingga kita mudah menyusun tempat untuk perjalanan.
ADVERTISEMENT
Tujuan kami kala itu adalah Ulu Kasok. Beberapa orang menyebut Ulu Kasok adalah Raja Ampat dari Riau. Walau menurut saya berbeda, namun tempat ini memang pantas untuk menjadi cerita.
Ulu Kasok.
Ulu Kasok sendiri terletak pada Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau, tidak sulit menuju ke sana. Karena sejatinya Ulu Kasok berawal dari penenggelaman suatu desa untuk proyek PLTA. Namun karena di desa tersebut terdapat beberapa perbukitan dan air tak mampu menenggelamkan seluruh kawasan, maka masih ada bukit-bukit yang timbul sehingga mirip Raja Ampat di Papua.
Di sana tidak ada air laut yang biru atau pasir putih. Namun pemandangan yang tersaji sangat indah dan memanjakan mata. Sebuah pesona tempat yang begitu menarik di Indonesia.
Untuk menuju Ulu Kasok, kalian bisa menempuh waktu kurang lebih dua jam dari Pekanbaru. Saran saya sewalah mobil, agar lebih leluasa berjalan menuju ke sana, selain itu setelah menuju Ulu Kasok, kalian juga bisa datang ke situs sejarah Candi Muara Takus, yang didaulat sebagai candi tertua di Tanah Air tercinta. Sehingga dalam perjalanan menuju ke sana kalian bisa mendapat dua tempat sekaligus untuk berwisata.
Muara takus.
Ulu Kasok.
Fasilitas wisata Ulu Kasok juga cukup ramah untuk keluarga, seperti spot menara pandang yang bisa melihat Ulu Kasok dari ketinggian. Ada banyak titik wisata instagramable yang bisa kalian coba. Soal makanan pun jangan khawatir, banyak sekali orang berjualan di sana, sehingga kalian tidak perlu repot saat perut dilanda lapar berkepanjangan.
Satu yang menjadi catatan saya saat menuju ke Ulu Kasok adalah sawit di hampir sepanjang rute perjalanan Pekanbaru-Bangkinang-Payakumbuh. Sebuah pertanyaan yang dulu tumbuh, untuk apa slogan keanekaragaman hayati jika tanaman sawit jadi monopoli.
Sawit
Dan kini, duka itu tiba. Asap jahat yang kini menyapa Pekanbaru mulai memburamkan pariwisata di sana. Seperti kita ketahui, Pekanbaru sekarang disapa asap jahat. Pemandangan menjadi samar dan napas pun terasa mencekik dan sesak hingga ke tulang. Suatu duka bukan hanya soal kesehatan, namun juga pariwisata bagi sebagian orang menjadi tumpuan.
ADVERTISEMENT
Tulisan saya tentang Ulu Kasok ini adalah sebuah harapan, bahwa kelak apabila asap jahat itu hilang dan hujan besar datang, maka tempat ini adalah permata yang patut kita datangi. Suatu cerita yang memang pantas kita tuliskan. Untaian harap semoga asap reda tersirat dalam doa. Dan wisata semoga menjadi candu hiburan agar bisa menghadirkan tawa.
Kini, apabila berkenan, ketuklah pintu hati kalian dan mari salurkan dana bantuan untuk kawan-kawan di sana. Bersama kita bisa, kumparan menggalang dana untuk duka asap di Sumatera dan Riau. Untuk donasi kalian bisa berkunjung ke website Kitabisa dan menyalurkan donasi sesuai kerelaan jiwa.
Akhir kata, terima kasih untuk segala bantuan yang menghidupkan jantung pariwisata Riau.