Konten dari Pengguna

Pesona Suku Bajo di Desa Terpadat di Dunia

Bukanrastaman
Travel Blogger
18 Juli 2019 18:34 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bukanrastaman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Desa Jayabakti dari udara
zoom-in-whitePerbesar
Desa Jayabakti dari udara
Aroma laut menyapa saya hari itu. Semilir angin dan teriknya matahari mengiringi perjalanan dari Luwuk, Sulawesi Tengah. Cerita panjang tadi malam dari kawan akhirnya membawa saya ke sini. Sebuah tempat yang digadang sebagai desa terpadat di dunia. Tempat indah dengan penuh cerita, dari sebuah kekayaan budaya yang tiada duanya.
Desa Jayabakti diapit dengan pemandangan dataran hijau
Namanya Desa Jayabakti, daerah Pagimana, Banggai Sulawesi. Bila kau pernah dengar suku Bajo, maka merekalah yang menghuninya. Suku laut yang tersebar di sudut-sudut nusantara.
ADVERTISEMENT
Tanah kering, dan rumah-rumah kayu menyambut kami, berjejer rapi dan padat. Tak tampak kemewahan, namun harmoni kesederhanaannya mengucapkan salam. Sebuah pesan bahwa di sudut negeri ini ada beberapa orang yang hidup bahagia dalam kebersahajaan.
Susunan rumah desa Jayabakti yang berdampingan dengan laut
Siang terik membuat warga tampak tidak beranjak dari dalam rumah. Hanya sepi yang saya dapati. Namun di sinilah desa ini memperkenalkan diri, setiap sudutnya seperti memanggil untuk dijajaki.
Setelah berputar berkeliling desa, saya mencari tempat yang teduh, mencoba menerbangkan drone, melihat apa yang bisa ditangkap oleh kamera. Berapa kira-kira luasnya dan apakah memang desa ini sepadat seperti yang pernah orang-orang ceritakan.
Suasana sudut kampung Jayabakti
Biru laut menyatu dengan langit, membuka tabir keindahan yang begitu menarik memanjakan mata. Warna atap rumah yang kecokelatan kontras sekali dengan birunya samudra. Tanaman bakau tumbuh subur di bibir pantai, sudut demi sudut saya jelajahi. Sampai beberapa anak tampak malu-malu mendekat kepada saya, melihat apa yang saya kerjakan di siang terik seperti ini.
ADVERTISEMENT
Habis satu baterai drone saya pun akhirnya turun. Sambil dikerubuti anak-anak, saya pun menyapa mereka. Tiga bungkus gula-gula memang sengaja saya siapkan, sebagai salam perkenalan. Agar mereka tak malu berbincang dan memulai obrolan.
Anak-anak yang datang menyapa dan tersenyum gembira
Dalam kisah, mereka bercerita. Bahwa satu rumah kayu kecil ternyata menampung 5 hingga 7 kepala keluarga. Tak heran, julukan desa terpadat di dunia memang pantas mereka sandang. Dengan ukuran rumah kecil dan banyaknya anak yang tinggal saja, saya telah dibuat takjub. Belum lagi bagaimana mereka tidur, makan atau bahkan beraktivitas pribadi dengan banyaknya orang dalam satu rumah. Sungguh hal yang menakjubkan.
Saya sempat bertanya kepada mereka kenapa tidak mencari tempat yang lebih luas. Namun jawaban mereka cukup mengharukan. Laut bagi mereka adalah rumah, dekat dengan laut berarti dekat dengan rezeki, dan suara debur ombak konon menjadi pengantar tidur yang paling mujarab. Rupanya laut adalah napas mereka.
Salah satu rumah di Desa Jayabakti
Satu rumah ditempati banyak anak
Saya meminta izin untuk mengambil foto. Tanpa make-up, gurat wajah anak Desa Jayabakti ini begitu menarik. Kecantikan alami anak yang mungkin lahir dari rahim samudra. Hidup dekat laut mungkin membuat kulitnya menjadi hitam, namun jelas wajah-wajah mereka adalah keanekaragaman indah dari negeri yang menawan ini.
Cantiknya anak asli desa
Jatuh cinta dengan Desa Jayabakti sangatlah mudah. Walau terik, harus saya akui desa ini begitu menarik. Keyakinan warganya menempuh jalan hidup yang bergantung pada laut, jelas merupakan sebuah pembelajaran bagi orang kota seperti saya.
ADVERTISEMENT
Bahwa kebahagiaan sejatinya memang ada dalam diri, dan perjalanan selalu saja mendewasakan. Buku pelajaran untuk terus bersyukur hidup di bawah payung Ibu Pertiwi.
Kapal kecil, rumah dan laut warga Jayabakti
Untuk menuju ke sini:
Sejatinya untuk menuju ke sini, kalian bisa memulainya dari mendarat di Kota Luwuk. Lalu menyewa mobil untuk menuju ke sana. Waktu tempuh dari Kota Luwuk menuju Desa Jayabakti berkisar 2 jam. Harga sewa mobilnya pun bervariasi, bisa sekitar Rp 500.000 sampai Rp 1.000.000, tergantung pada kemampuan tawar kalian.