Konten dari Pengguna

Oversharing vs Sosial Media

Bulan Putri Achmadsyah
Mahasiswi Program Studi Psikologi di Universitas Pembangunan Jaya
9 September 2023 14:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bulan Putri Achmadsyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sosial media. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sosial media. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Berkembangnya teknologi informasi telah memberikan kemudahan pada kehidupan manusia. Sering kali kita lihat selebritas, public figure, influencer atau bahkan teman kita sendiri yang terlalu banyak mengumbar kehidupan pribadinya di sosial media seperti Instagram, tiktok, twitter dan berbagai macam platform lainnya.
ADVERTISEMENT
Sudah tidak diragukan lagi bahwa sosial media mengambil alih kehidupan manusia saat ini. Kita dapat mengetahui kehidupan pribadi seseorang serta dapat memberikan komentar. Namun, kita perlu mengetahui Batasan bersosial media, jangan sampai kita melakukan oversharing.

Oversharing dalam pandangan psikologi

Perilaku oversharing di sosial media tidak lepas dari kebutuhan psikologis manusia untuk mendapatkan perhatian, atensi, rasa sayang serta memperoleh dukungan sosial. Dalam pandangan psikologi beberapa peneliti kontemporer menyebutkan bahwa fenomena oversharing dengan sebutan perilaku oversharing.
Webster’s New World College Dictionary (2008) menyatakan bahwa istilah tersebut dapat diartikan sebagai terlalu banyak informasi, baik sengaja maupun tidak sengaja. Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa oversharing merupakan fenomena baru, di mana seseorang berlebihan atau tidak tepat dalam memberikan informasi mengenai dirinya sendiri atau orang lain, sehingga menimbulkan beberapa asumsi negative.
ADVERTISEMENT

Mengapa orang melakukan perilaku oversharing di sosial media?

Oversharing sebagai bentuk dampak kecanduan bersosial media tentu harus diwaspadai, karena dengan perilaku tersebut menunjukkan bahwa kita sudah mengumbar kehidupan pribadi secara tidak langsung pada orang-orang yang bahkan tidak kita kenal dengan baik. Hal tersebut lah yang memicu tindak criminal.
Sebuah studi menunjukkan bahwa tindak kejahatan tertinggi berasal dari interaksi yang terjadi lewat media sosial. Selain itu, hati-hati dengan perilaku oversharing kadang-kadang ditimbulkan oleh perasaan fear of missing out atau biasa disebut FOMO yang artinya takut ketinggalan.

Apakah oversharing di media sosial berbahaya?

Setiap orang pasti punya masalah, termasuk kita. Bercerita dengan orang-orang terdekat memang disarankan karena dengan begitu kita akan merasa lega dan terhindar dari bahaya stress yang berujung pada depresi. Perilaku oversharing di sosial media ini lebih banyak dilihat sebagai ancaman. Karena hal ini tentu mendukung dampak negative dari perilaku oversharing.
ADVERTISEMENT
Menurut Gtiffiths (2013) menunjukkan bahwa perilaku oversharing di sosial media sama seperti barang-barang lainnya yang menimbulkan efek adiktif, sehingga untuk terapinya harus menggunakan pendekatan biologis, psikologis dan sosial. Hal tersebut juga dapat memicu adanya permasalahan ketakutan akan kehilangan atau biasa disebut fear of missing out.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku oversharing ini memiliki berbagai tantangan yang sangat besar. Namun, begitu, dibalik semua tantangan serta ancaman yang muncul ada peluang yang bisa dimanfaatkan dari fenomena perilaku oversharing ini.

Cara Mengatasi Oversharing

Pertama, menumbuhkan rasa aware terhadap privasi sendiri. Dengan memulai mengenali masalah diri sendiri, belajar bertanya kepada diri sendiri, apakah hal tersebut perlu untuk diceritakan? Serta kita harus mampu untuk mengambil keputusan yang bijak.
ADVERTISEMENT
Kedua, istirahat dari sosial media. Dengan memulai untuk membatasi diri dalam menggunakan gadget dan media sosial. Karena, jika kita terlalu sering membuka sosial media maka kemungkinan perilaku oversharing akan semakin besar.
Oversharing tidak akan memberikan dampak positif bagi kita, justru malah memberikan dampak negative dalam kehidupan kita. Tidak semua yang kita lakukan harus kita share ke sosial media. Marilah kita melatih diri kita untuk menyaring informasi yang kita sampaikan. Jangan sampai kita melakukan oversharing yang malah berdampak buruk bagi diri kita dan juga kesehatan mental kita.