Yuk Berhenti Jadi People Pleaser

Bulan Putri Achmadsyah
Mahasiswi Program Studi Psikologi di Universitas Pembangunan Jaya
Konten dari Pengguna
9 September 2023 16:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bulan Putri Achmadsyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Jadi People Pleaser. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Jadi People Pleaser. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kalimat tersebut sering terucap oleh people pleaser, kok bisa? Mari kita bahas lebih lanjut tentang people pleaser.
People pleaser identik dengan orang yang punya perasaan “gak enakan”. Mereka dikenal sebagai seseorang yang selalu berusaha untuk melakukan atau mengatakan hal yang dapat menyenangkan orang lain, meski berbeda pendapat dengan apa yang ia pikirkan. Hal tersebut dilakukan agar orang lain tidak kecewa (Merriam Webster & Susan Newman).
Sebagian besar people pleaser pasti lebih mementingkan kebahagian orang lain dibandingkan kebahagiaanya sendiri. Ciri-ciri dari people pleaser yaitu pertama, sulit untuk mengatakan “tidak". People pleaser selalu setuju dengan perkataan atau perbuatan orang lain agar tidak terjadi konflik sehingga selalu mengatakan “iya”.
Kedua, Mudah memaafkan. People pleaser bahkan sering meminta maaf untuk hal yang seharusnya tidak diperlukan. Ketiga, selalu merasa bertanggung jawab terhadap perasaan orang lain. People pleaser sering merasa khawatir dengan perasaan orang lain saat melakukan pembelaan diri.
ADVERTISEMENT
Menjadi orang seperti ini nyatanya dapat merusak kesehatan mental serta membuat orang kehilangan jati dirinya. Adapun dampak menjadi people pleaser bagi kesehatan mental yaitu: Pertama, gangguan kecemasan dan stress.
Hal tersebut membuat diri kita tertekan jika tidak mendapatkan pengakuan dari orang lain atau merasa gagal ketika merasa tidak berhasil untuk membuat orang lain Bahagia, perilaku tersebut dapat memicu munculnya stress serta berujung depresi.
Kedua, kehilangan jati diri sendiri. Orang dengann kondisi tersebut cenderung tertutup atau menyembunyikan kebutuhan diri sendiri, karena lebih mengutamakan kepentingan orang lain. Hal tersebut membuat seseorang people pleaser kehilangan jati dirinya.

Bagaimana Agar Berhenti Menjadi People Pleaser?

Untuk berhenti menjadi people pleaser, kita harus mulai belajar untuk berani mengatakan kata “tidak” dengan baik. Seiring berjalannya waktu pasti kita akan menyadari bahwa suatu kalimat “tidak” bukan berarti akhir dari segalanya. Kebanyakan dari pasangan, teman, atau sahabat kita akan bisa menerima perbedaan pendapat atau bahkan penolakan selama hal tersebut kita ungkapkan secara baik-baik.
ADVERTISEMENT
Menolong atau menerima ajakan dari orang lain merupakan hal yang baik. Namun, menjadi people pleaser dengan selalu setuju atau mengiyakan ajakan orang lain terlalu berlebihan dapat merugikan kita, seperti direndahkan dan dimanfaatkan. Oleh karena itu, kita harus berhenti menjadi people pleaser.