Konten dari Pengguna

Dinamika Geopolitik Negara-Negara Tenggelam

Karpandu
Mahasiswa Aktif Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Mulawarman
6 Mei 2024 7:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Karpandu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kamis, ‎25 April ‎2024, ‏‎11:33:02 PM. Foto oleh Karpandu (hasil potret sendiri)
zoom-in-whitePerbesar
Kamis, ‎25 April ‎2024, ‏‎11:33:02 PM. Foto oleh Karpandu (hasil potret sendiri)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Climate Change telah menjadi ancaman untuk berbagai sisi bagi planet ini, tidak hanya dalam hal degradasi lingkungan, tetapi juga potensinya untuk membentuk kembali dinamika geopolitik. Climate change menjadi ancaman terus berkembang setiap tahunnya. Pada tahun 2024, bencana alam seperti gempa bumi, kenaikan level permukaan air laut, badai tropis yang sulit diprediksi, banjir, perubahan iklim, gelombang panas ekstrim, dan lain-lain, menjadi semakin parah dan marak terjadi di berbagai sisi dunia. Meskipun dampak perubahan iklim sangat luas dan beragam, salah satu konsekuensi yang paling mengkhawatirkan adalah potensi tenggelamnya sebuah negara di bawah permukaan laut yang meningkat. Artikel ini membahas bagaimana Climate Change 2024 menimbulkan ancaman tenggelamnya negara & pergeseran geopolitik
ADVERTISEMENT
Ancaman Tenggelam
Tahun 2024 menunjukkan titik kritis dalam upaya umat manusia melawan perubahan iklim. Percepatan pencairan lapisan es di kutub, ditambah dengan kenaikan permukaan air laut yang tak kunjung berhenti, telah meningkatkan eksistensial bagi negara-negara pesisir di dataran rendah. Negara-negara seperti Maladewa, Kiribati, dan Tuvalu telah bergulat dengan kenyataan hilangnya daratan akibat perambahan perairan. Setiap hari, risiko bencana banjir semakin besar, mengancam untuk menghapus seluruh negara dari peta dan menyebabkan implikasi geopolitik yang jauh melampaui pesisir mereka.
Pergeseran yang penuh gejolak
Teori geopolitik menekankan pentingnya geografi dalam membentuk politik global. Tenggelamnya negara-negara karena perubahan iklim yang disebabkan oleh kenaikan permukaan air laut secara fundamental mengubah lanskap geopolitik dan juga menata ulang batas-batas dan membentuk kembali dinamika kekuasaan. Ketika negara-negara kehilangan daratan, mereka juga kehilangan hak-hak kedaulatan, termasuk perairan teritorial dan zona ekonomi eksklusif, yang mengarah pada potensi perselisihan atas sumber daya dan batas-batas maritim. Hal ini akan menimbulkan pergeseran yang penuh gejolak dalam hubungan internasional.
ADVERTISEMENT
Perspektif Kaplan : Geografi sebagai Takdir
Teori geopolitik Robert D. Kaplan menekankan peran penting geografi dalam membentuk alur perkembangan perjalanan sejarah. Dalam konteks tenggelamnya wilayah yang disebabkan oleh perubahan iklim, teori Kaplan menggarisbawahi pengaruh geografi fisik yang tidak dapat diubah terhadap kekuatan politik dan kepentingan strategis. Ketika negara-negara pesisir menghadapi momok hilangnya wilayah pada tahun 2024, implikasi politiknya sangat besar, membentuk kembali aliansi, memicu konflik, dan menggambar ulang peta dinamika kekuatan global.
Tenggelamnya wilayah pada tahun 2024 memicu penataan ulang strategis dan perebutan sumber daya, sesuai dengan pandangan Kaplan tentang konsep coming anarchy, “anarki yang akan datang” dalam geopolitik.
Ketika populasi tergeser dan sumber daya berkurang, negara-negara berebut untuk mengamankan kepentingan mereka di zona maritim yang baru terekspos, yang mencerminkan prediksi Kaplan tentang perselisihan teritorial dan perang sumber daya. Persaingan ini melahirkan konflik, mengancam keamanan regional dan global. Tenggelamnya negara-negara juga menguji solidaritas dan kerja sama internasional, karena beberapa negara menawarkan bantuan saat yang lainnya goyah, hal ini mencerminkan gagasan Kaplan tentang terkikisnya otoritas negara. Respons pada tahun 2024 akan membentuk sejarah, menentukan apakah umat manusia bangkit menghadapi tantangan atau menyerah pada ketidakberdayaan.
ADVERTISEMENT
Strategi Adaptasi dan Ketahanan
Di tengah kekacauan pada tahun 2024, ada secercah harapan dalam bentuk adaptasi dan ketahanan, yang menggemakan pernyataan Kaplan tentang perlunya strategi proaktif untuk memitigasi risiko geopolitik. Berinvestasi dalam pertahanan pesisir, praktik pembangunan berkelanjutan, dan langkah-langkah mitigasi iklim dapat meningkatkan ketahanan negara-negara yang rentan dan mengurangi dampak terburuk dari perendaman yang disebabkan oleh perubahan iklim. Namun, waktu adalah hal yang paling penting, dan tindakan tegas diperlukan untuk mencegah bencana dan memetakan jalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.
Kesimpulan
Pada tahun 2024, percepatan perubahan iklim menimbulkan ancaman eksistensial bagi negara-negara pesisir dataran rendah seperti Maladewa, Kiribati, Tuvalu, dan lainnya yang meningkatkan kerentanan akibat naiknya permukaan air laut.
ADVERTISEMENT
Hal ini mendorong penataan ulang strategis dan perebutan sumber daya, menggemakan konsep “anarki yang akan datang” dari Kaplan, karena negara-negara bersaing untuk menguasai zona maritim yang baru saja muncul sehingga meningkatkan konflik terkait sengketa teritorial dan sumber daya. Respons internasional pada tahun 2024 akan menentukan apakah solidaritas akan menang atau terjadi perpecahan, sesuai dengan penekanan Kaplan pada negara dan aliansi yang kuat. Tindakan mendesak harus dilakukan untuk mengurangi dampak melalui strategi adaptasi dan ketahanan yang proaktif, memetakan jalan menuju masa depan yang berkelanjutan.