Konten dari Pengguna

Tragedi Kolonial Jerman di Afrika : Genosida Herero

Karpandu
Mahasiswa Aktif Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Mulawarman
23 September 2024 8:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Karpandu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Fabian von Poser/imageBROKER/Shutterstock https://www.shutterstock.com/editorial/image-editorial/relief-historical-motif-namibian-history-on-national-13963902af
zoom-in-whitePerbesar
Fabian von Poser/imageBROKER/Shutterstock https://www.shutterstock.com/editorial/image-editorial/relief-historical-motif-namibian-history-on-national-13963902af
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketegangan yang memicu pemberontakan orang-orang Herero pada tahun 1904 adalah akibat langsung dari kebijakan kolonial Jerman di Afrika Barat Daya (sekarang Namibia). Jerman memaksakan perampasan tanah secara besar-besaran, perbudakan terselubung, serta pajak yang sangat memberatkan. Orang-orang Herero, yang bergantung pada lahan pertanian untuk kelangsungan hidup mereka, merasa terancam kehilangan identitas budaya dan mata pencaharian. Kebijakan represif inilah yang akhirnya menyulut pemberontakan besar-besaran, di mana Herero melawan dengan segala keterbatasan.
ADVERTISEMENT

Perbandingan Taktik Pasukan Herero dan Militer Jerman

Dari segi strategi, pasukan Herero mengandalkan pengetahuan mendalam tentang medan lokal dan taktik gerilya. Sementara itu, militer Jerman dengan persenjataan lebih modern, menggunakan strategi militer formal, termasuk penggunaan senjata otomatis dan artileri berat. Meskipun taktik gerilya Herero sempat berhasil dalam beberapa pertempuran, kekuatan Jerman yang lebih terorganisir dan didukung oleh peralatan militer canggih membuat pemberontakan sulit bertahan lama.

Dampak Ultimatum Jenderal Lothar von Trotha

Pemberontakan Herero memuncak setelah Jenderal Lothar von Trotha mengeluarkan ultimatum yang memerintahkan pemusnahan massal orang-orang Herero. Mereka yang tidak terbunuh dalam pertempuran dipaksa untuk meninggalkan tanah air mereka dan masuk ke Gurun Kalahari yang mematikan. Akibatnya, puluhan ribu Herero meninggal karena dehidrasi dan kelaparan. Kebijakan tanpa belas kasihan ini akhirnya berujung pada salah satu tindakan genosida pertama di abad ke-20.
ADVERTISEMENT

Peran Gurun Kalahari dalam Tragedi Herero

Gurun Kalahari, dengan iklimnya yang keras dan minimnya sumber air, menjadi tempat di mana ribuan orang Herero mengalami penderitaan hebat. Pasukan Jerman memaksa mereka masuk ke gurun ini tanpa akses ke sumber daya yang cukup. Banyak yang meninggal dunia akibat kekurangan makanan dan air. Gurun Kalahari, pada akhirnya, menjadi simbol penderitaan orang-orang Herero di tangan penjajah.

Kritik Internasional terhadap Genosida Herero

Pada awalnya, genosida terhadap orang-orang Herero kurang mendapat perhatian dari komunitas internasional, mengingat pengaruh kuat negara-negara kolonial di masa itu. Namun, pada dekade-dekade selanjutnya, berbagai negara dan organisasi internasional mulai menyuarakan kritik terhadap tindakan Jerman. Beberapa negara di Eropa dan organisasi seperti Liga Bangsa-Bangsa, mulai mempertanyakan legitimasi kebijakan Jerman di Afrika, terutama setelah tragedi ini terbongkar lebih luas di abad ke-20.
ADVERTISEMENT

Dampak Jangka Panjang Genosida pada Identitas Herero

Genosida Herero berdampak panjang pada struktur sosial dan identitas orang-orang Herero hingga hari ini. Populasi yang hancur dan trauma kolektif yang mendalam mempengaruhi cara mereka memandang diri mereka dalam konteks sejarah kolonial. Hingga kini, peristiwa ini menjadi bagian integral dari narasi sejarah Namibia, di mana tuntutan kompensasi dan pengakuan terus berlanjut. Peristiwa tersebut membentuk cara orang-orang Herero membangun kembali komunitas mereka dan bagaimana mereka menjaga warisan budaya mereka dalam konteks modern.