Adaptasi Kebiasaan Baru, Ekspatriat Mulai Berdatangan di Sentani Jayapura

Konten Media Partner
16 Maret 2021 17:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lindsey Brazeau, warga negara Amerika Serikat yang sudah kembali ke Sentani, Kabupaten Jayapura dalam adaptasi kebiasaan baru di tengah pandemi corona. (Dok intagram @lbrazzo)
zoom-in-whitePerbesar
Lindsey Brazeau, warga negara Amerika Serikat yang sudah kembali ke Sentani, Kabupaten Jayapura dalam adaptasi kebiasaan baru di tengah pandemi corona. (Dok intagram @lbrazzo)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Adaptasi kebiasan baru di tengah pandemi corona COVID-19 terus diterapkan, guna menekan angka penyebaran corona.
ADVERTISEMENT
Hal ini pun juga dilakukan para ekspatriat atau warga negara asing (WNA) yang semula pulang ke negara asalnya pada April 2020, sebagian besar mulai kembali lagi ke Sentani di Kabupaten Jayapura.
Sentani selama ini menjadi pilihan terbaik untuk ekspatriat di Papua. Sentani memiliki bandara dan sekolah internasional. Sekolah Hillcrest International School (HIS), sebagian siswanya merupakan anak-anak ekspatriat dan sebagian lainnya merupakan siswa Indonesia.
Para ekspatriat di Sentani, memiliki pekerjaan yang bervariasi, mulai dari teknisi pesawat, pilot pesawat kecil, misionaris, pelayan kemanusiaan dan guru sekolah internasional, hingga pelayanan agama di pedalaman Papua.
Para ekspatriat ini berasal dari Yunani, Rusia, Ukraina, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Korea Selatan, Jepang dan Selandia Baru.
Para ekspatriat di Sentani, tinggal di Pos 7 Sentani yang terletak di kaki Gunung Cyclops. Suasana Pos 7 Sentani dikenal seperti Sydney, dengan udara sangat sejuk pada pagi hingga sore hari dan dingin pada malam hari.
ADVERTISEMENT

Bule Mulai Berdatangan

Lindsey Brazeau dan suaminya Jeremey adalah ekspatriat Amerika Serikat yang sudah kembali ke Sentani pada Februari lalu. Lindsey mengatakan suaminya bekerja sebagai guru di HIS Sentani.
"Kami datang untuk persiapan sekolah tatap muka. Waktu kami datang di Indonesia, harus karantina 5 hari di Jakarta, di hotel yang sudah ditetapkan pemerintah Indonesia. Kami juga harus melakukan rapid test 2 kali dan dinyatakan negatif, lalu diperbolehkan ke Papua,” jelas Lindsey, Selasa (16/3).
Lindsey Brazeau menjelaskan untuk masuk ke Indonesia, ia dan keluarganya harus menunggu 11 bulan untuk mendapatkan visa. Visa yang digunakan KITAS (Kartu Izin Tinggal Sementara). KITAS digunakan oleh ekspatriat yang ingin bekerja maupun tinggal di Indonesia dalam jangka waktu lebih lama dari masa kunjungan visa.
ADVERTISEMENT
“Kami sangat mencintai Indonesia. Saya dan Jeremy mengadopsi anak dari Bandung. Waktu kami pulang ke Amerika, ia sangat senang sekali bermain salju,” Lindsey menambahkan.
Arkeolog pada Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menyebutkan bule yang mulai berdatang ke Sentani, memiliki dampak yang positif bagi perekonomian setempat, terutama para pelaku usaha ekonomi kreatif, misalnya pelukis kulit kayu, pengrajin gerabah, produk kuliner seperti kopi Papua.
"Bule-bule ini penyuka kopi Papua, mereka suka mengirimkan kopi Papua ke keluarganya di luar negeri. Dengan datangnya para pilot bule, juga akan menggerakkan perekonomian pedalaman," jelasnya.
Kata Hari, pesawat kecil yang banyak dipiloti oleh WNA, selama ini menjadi tumpuan utama penerbangan ke pedalaman. Apalagi untuk tahun ini ada festival budaya di Danau Sentani yang setahun sebelumnya vakum.
ADVERTISEMENT
Seperti kita diketahui Bandara Sentani menjadi pusat dan daerah penghubung penerbangan ke luar Papua dan ke pedalaman Papua.