Babi, Simbol Adat Solusi Masalah di Pegunungan Tengah Papua

Konten Media Partner
26 April 2019 17:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga di Mulia, ibu kota Kabupaten Puncak Jaya, wilayah pegunungan tengah Papua. (Foto Liza)
zoom-in-whitePerbesar
Warga di Mulia, ibu kota Kabupaten Puncak Jaya, wilayah pegunungan tengah Papua. (Foto Liza)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mulia, BUMIPAPUA.COM - Bagi masyarakat Pegunungan Tengah, Papua, babi merupakan aset paling berharga. Itu sebabnya babi digunakan sebagai simbol adat untuk menyelesaikan masalah, seperti peperangan dan membayar maskawin.
ADVERTISEMENT
Wilayah Pegunungan Tengah meliputi beberapa kabupaten yang berada di pedalaman Papua, seperti Kabupaten Puncak Jaya, Puncak, Tolikara, Pegunungan Bintang, Lanny Jaya, Yahukimo, Nduga, Jayawijaya, Yalimo, dan Mamberamo Tengah
Di Kabupaten Puncak Jaya, misalnya, masyarakat setempat memiliki kebiasaan bercocok tanam untuk bertahan hidup, namun jika bisa memelihara babi ada kebanggan tersendiri yang dirasakan masyarakat.
Melihat pengaruh babi yang begitu besar, Polri melalui operasi Nemangkawi Program Satgas Binmas Noken bidang peternakan, memberikan masyarakat 10 ekor bibit babi untuk dikembangkan.
Ada dua spot peternakan babi yang dipusatkan di Kampung Pagaleme, Kabupaten Puncak Jaya, masing-masing spot-nya memiliki lima ekor bibit babi. Pemberian bibit babi ini merupakan upaya Polri untuk merangkul masyarakat dan mengurangi konflik di wilayah Pegunungan Tengah.
ADVERTISEMENT
Menurut Bupati Kabupaten Puncak Jaya, Yuni Wonda, babi merupakan harta kekayaan yang paling berharga, sebab merupakan titik awal penyelesaian masalah.
“Kebiasaan masyarakat di sini lebih memprioritaskan babi daripada hewan lain. Di Puncak Jaya saat ini harganya sudah sangat mahal, satu ekor babi saja sudah mencapai Rp 30 juta dan paling mahal Rp 50 juta,” kata Yuni Wonda, di Mulia, Kamis (26/4).
Menanggapi bantuan ternak babi dari Program Binmas Noken Polri, Yuni Wonda, mengatakan dirinya sangat mengapresiasi Polri, bahkan berkomitmen untuk membantu memberikan bimbingan kepada masyarakat agar bisa mengembangbiakkan ternak babi tersebut.
Program Binmas Noken Polri memberi bantuan hewan ternak babi kepada warga di Kampung Kulirik, Distrik Muara, Kabupaten Puncak Jaya. (Foto tribratanews.papua)
“Dengan tingkat kesulitan geografis dan pemahaman masyarakat yang sangat terbatas Polri hadir memberi bantuan. Untuk itu, sebagai pemerintah kami juga akan membina masyarakat agar pembibitan babi ke depan lebih baik lagi,” ujar Yuni Wonda.
ADVERTISEMENT
Yuni Wonda berharap, dengan bantuan ternak babi yang diberikan Polri ini, masyarakat bisa paham bahwa keberadaan babi itu untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Hermawan Sulistyo, selaku penasehat Polri menilai daerah pegunungan tengah Papua, seperti di Kabupaten Puncak Jaya sering kali luput dari perhatian orang-orang besar (pejabat pemerintah) di pusat.
Selain itu, kata Hermawan, menjadi pejabat di daerah pegunungan tengah Papua ini, bukan hal yang mudah, sebab tak hanya memikirkan masalah keamanan, tapi juga kesejahteraan masyarakatnya.
“Polisi tak mungkin membantu mengawasi semuanya, mulai dari kemanan sampai kesejahteraan. Untuk itu, kami bagi tugas. Ini (bantuan) hanya suntikan saja, setelah ini bupati dan jajaran pemerintah bisa terlibat lebih aktif,” tutur Hermawan.
Perlu diketahui Satgas Binmas Noken Polri merupakan salah satu bagian dari operasi Nemangkawi yang bersifat kemanusiaan atau soft approach dan dipusatkan di seluruh wilayah Pegunungan Tengah. (Liza)
ADVERTISEMENT