Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Bahaya Air Danau Sentani, Kini
11 April 2019 9:35 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM – Sebanyak 439 jiwa atau 114 kepala keluarga di Kampung Puay, Distrik Sentani Barat, Papua, masih bertahan di tenda darurat atau mengungsi di rumah keluarga terdekat usai bencana banjir bandang Danau Sentani pada 18 Maret 2019. Air danau yang tercemar membuat warga kesulitan mendapat air bersih.
ADVERTISEMENT
“Air danau yang biasa kami konsumsi sudah tercemar,” kata Hermina Ohee, seorang warga di Kampung Puay, Kamis (11/4).
Hermina mengatakan warga terserang batuk dan sakit tenggorokan akibat mengonsumsi air dari Danau Sentani.
“Karena air bersih juga minim, kadang kami terpaksa mengambil air danau untuk dimasak, walau nantinya tenggorokan kami terasa kering dan gatal,” kata Hermina.
Tercemarnya air Danau Sentani bukan hanya mengakibatkan sakit tenggorokan, melainkan juga penyakit kulit. Hermina mengungkapkan sejumlah warga menderita penyakit kulit seperti kulit kaki pecah-pecah, gatal-gatal, dan kutu air.
“Anak-anak juga terserang diare. Ini dikarenakan masih banyak anak-anak mandi di danau dan tak sengaja airnya terminum, hingga mengakibatkan diare,” ujar Hermina.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura mengklaim sudah melakukan pendistribusian air bersih ke kampung tersebut usai bencana terendamnya 18 kampung di pinggiran Danau Sentani.
ADVERTISEMENT
“Kami menyebarkan 30 tandon air berkapasitas 1.100 liter kepada warga yang sampai saat ini rumahnya masih terendam luapan air Danau Sentani,” kata Direktur Utama PDAM Jayapura, Entis Sutisna.
Entis mengakui bahwa ketersediaan air bersih memang masih mengalami gangguan. Hal itu disebabkan rusaknya pipa inti PDAM di Pos 7 karena banjir bandang Sentani. “Sampai saat ini masih proses perbaikan,” ujarnya. (Katharina)