Balai Arkeologi Papua Tantang Pelajar Buat Gerabah ala Kampung Abar Sentani

Konten Media Partner
15 Oktober 2020 12:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelajar di Papua diajak kreatif di tengah pandemi dengan membuat gerabah ala Kampung Abar Sentani. (Dok Balai Arkeologi Papua/Hari Suroto)
zoom-in-whitePerbesar
Pelajar di Papua diajak kreatif di tengah pandemi dengan membuat gerabah ala Kampung Abar Sentani. (Dok Balai Arkeologi Papua/Hari Suroto)

Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Balai Arkeologi Papua tantang pelajar membuat gerabah dari tanah liat yang biasa dibuat oleh masyarakat di Kampung Abar Sentani, Kabupaten Jayapura.

ADVERTISEMENT
Pembuatan gerabah dimaksudkan untuk tetap menjaga kearifan lokal dan menggugah pelajar dalam berkreasi di tengah pandemi.
ADVERTISEMENT
Buktinya, 21 sekolah mengikuti pelatihan pembuatan gerabah, dengan masing-masing sekolah menyertakan 2 siswanya dan 1 guru pendamping. Kegiatan pembuatan gerabah dilakukan di Balai Arkeologi Papua di Kota Jayapura.
Pelatihan membuat gerabah merupakan bagian dari kegiatan Rumah Peradaban Prasejarah Danau Sentani. Peserta pelatihan merupakan pelajar SMP dan SMA dari Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura.
Mama Barbie, sang maestro gerabah sedang mengajarkan pembuatan gerabah bagi para siswa. Dok Balai Arkeologi Papua/Hari Suroto)
Hari Suroto, Ketua Panitia Pelatihan Pembuatan Gerabah menyebutkan pelatihan membuat gerabah sebagai pembekalan pengetahuan dan keterampilan pada siswa. Nantinya akhir dari pelatihan ini akan dilombakan pada 21 Oktober untuk siswa SMP dan tanggal 22 Oktober untuk siswa SMA.
“Siswa diajar langsung membuat gerabah dengan motif tutari oleh dua maestro pengrajin gerabah Abar, yaitu Naftali Felle dan Barbalina Ebalkoi atau biasa disapa Mama Barbie,” kata Hari.
ADVERTISEMENT
Mama Barbie yang hadir dalam pembuatan gerabah menyampaikan para peserta sangat bersemangat dalam membuat gerabah.
“Saya pun bersemangat dalam memberikan pelatihan ini. Sa (saya) sengaja membawa peralatan membuat gerabah warisan dari mama saya, supaya para siswa tahu kita harus menghargai pekerjaan orangtua dulu dan menghargai warisan ilmu membuat gerabah dari orangtua,” katanya.
Muatan Lokal
Pelajar di Papua diajak kreatif di tengah pandemi dengan membuat gerabah ala Kampung Abar Sentani. (Dok Balai Arkeologi Papua/Hari Suroto)
Hilda Msen, guru pendamping dari SMP N 5 Sentani menyebutkan sekolah SMPN 5 Setani berada di Kampung Kehiran dan sangat dekat dengan Kampung Abar.
“Kami tak pernah terpikirkan untuk membuat gerabah, padahal jarak antara sekolah dan Kampung Abar penghasil gerabah sangat dekat. Dengan kegiatan ini, kami baru tahu cara membuat gerabah yang dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Hilda yang merupakan guru mata pelajaran prakarya, akan mengajarkan membuat gerabah pada siswa di sekolahnya, untuk mata pelajaran prakarya atau muatan lokal.
Mama Barbie, sang maestro gerabah sedang mengajarkan pembuatan gerabah bagi para siswa. Dok Balai Arkeologi Papua/Hari Suroto)
Ia mengaku buku muatan lokal Gerabah Abar untuk siswa SMP yang diterbitkan oleh Balai Arkeologi Papua sangat bermanfaat sebagai buku panduan.
“Jika anak-anak dapat menghasilkan gerabah dan menjadi produk unggulan, dipastikan akan membanggakan, sekaligus turut melestarikan gerabah Abar dan motif Tutari. Kami berharap kegiatan ini dapat dilanjutkan pada tahun berikutnya,” ujarnya.
Elizabet Demotekai, siswa SMA YPK Sentani mengaku sengang dengan pelatihan membuat gerabah yang diikutinya.
“Ini baru pertama kali saya mengikutinya. Pelatihan ini menyenangkan dan tidak membuat bosan. Saya bisa belajar langsung membuat gerabah dari Mama Barbie, sang maestro gerabah,” kata Elizaberth.
ADVERTISEMENT
Ia mengaku pelatihan membuat gerabah bisa menghilangkan kejenuhan dalam proses belajar mengajar daring selama pandemi corona.
“Selama ini pelajaran seni budaya hanya dilakukan dengan menyanyi dan menggambar. Tetapi dengan belajar membuat gerabah, saya bisa praktek langsung, walaupun tangan dan baju jadi kotor kena tanah liat, tapi ada pengetahuan baru yang saya dapat dan saya baru mengetahui bahwa orangtua Sentani dulunya masak dengan menggunakan gerabah,” katanya.