Benda Purbakala Bermunculan di Danau Sentani Papua

Konten Media Partner
3 Oktober 2020 11:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Batu Beranak yang tampak di permukaan air dekat Pulau Mantai, Danau Sentani, Kabupaten Jayapura. (Dok: Balai Arkeologi Papua/Hari Suroto)
zoom-in-whitePerbesar
Batu Beranak yang tampak di permukaan air dekat Pulau Mantai, Danau Sentani, Kabupaten Jayapura. (Dok: Balai Arkeologi Papua/Hari Suroto)

Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Benda purbakala bermunculan di Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.

ADVERTISEMENT
Surutnya air Danau Sentani membuat benda-benda purbakala berupa tinggalan megalitik yang berada dalam air mulai muncul di permukaan air dan terlihat jelas.
ADVERTISEMENT
Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menyebutkan benda-benda megalitik ini sebelumnya sempat dikhawatirkan hilang atau tergeser posisinya akibat banjir bandang yang melanda Sentani pada Maret 2019.
Biasanya saat kondisi permukaan air Danau Sentani sedang pasang, tinggalan-tinggalan air ini hanya terlihat samar-samar berada dalam air.
Hal ini terlihat di Pulau Asei, pulau kecil di tengah Danau Sentani bagian timur. Tinggalan menhir yang sebelumnya berada di dalam air, sekarang nampak terlihat jelas, bahkan ukirannya nampak terlihat jelas sekali.
Selain itu juga papan batu di Tanjung Warakho, Kampung Doyo lama, air danau surut, menjadikan papan batu ini tampak terlihat jelas di permukaan tanah tepi danau. Posisinya juga tepat berada di posisi semula, tidak bergeser.
ADVERTISEMENT
"Sejumlah menhir juga terlihat jelas di perairan Pulau Mantai. Dua buah menhir berukuran besar yang dipercaya oleh masyarakat Sentani bagian barat sebagai laki-laki dan perempuan dewasa," katanya, Sabtu (3/10).
Lanjut Hari, tidak jauh disampingnya terdapat 10 batu menhir berukuran lebih kecil yang dipercaya sebagai anak-anaknya. Menhir-menhir ini dikenal sebagai Ainining Duka atau batu beranak.
Menhir atau masyarakat Kwadeware menyebutnya batau rejeki atau batu marew juga nampak terlihat jelas di pinggir Pulau Mantai, berjarak sekitar 10 meter sebelah selatan batu beranak.
"Pada masa lalu tinggalan megalitik ini berkaitan dengan kepercayaan pada roh nenek moyang atau kekuatan supranatura," katanya.