Konten Media Partner

Cerita Dokter RSUD Jayapura Operasi Pasien Tanpa Lampu hingga Kehabisan Obat

18 Oktober 2022 16:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
RSUD Jayapura, rumah sakit terbesar di Papua yang minim sarana dan prasarana. (BumiPapua.com/Katharina)
zoom-in-whitePerbesar
RSUD Jayapura, rumah sakit terbesar di Papua yang minim sarana dan prasarana. (BumiPapua.com/Katharina)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- RSUD Dok II Jayapura yang menjadi rumah sakit terbesar di Papua dan menjadi rumah sakit rujukan untuk Papua dan Papua Barat ternyata minim SDM dan fasilitas penunjang.
ADVERTISEMENT
Dokter spesialis bedah RSUD Jayapura, Jan Frits Siauta berkisah pengalamannya saat melakukan operasi pasien tanpa lampu penerangan. Ia pun pernah mengalami kekosongan akan pisau bedah.
“Saat itu, kami sedang operasi pasien, tiba-tiba listrik padam.Ini kan parah sekali. Siapa yang bertanggung jawab dengan hal ini? Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di meja operasi, ini salah siapa?” kata Jan yang juga anggota Komite Medik RSUD Dok II Jayapura.
“Belum lagi pisau bedah yang sempat kosong. Kami melakukan tindakan operasi, apakah harus pakai pisau dapur? Ini sangat aneh terjadi di rumah sakit rujukan untuk Papua dan Papua Barat,” sambungnya.
Menurut Jan, jika tiba-tiba lampu padam saat operasi, harusnya lampu langsung bisa dinyalakan dalam hitungan detik. Nyatanya, lampu di ruang operasi baru kembali menyala 15 menit kemudian.
ADVERTISEMENT
Tak hanya lampu sering padam. Tapi, air bersih di rumah sakit tersebut juga minim. “Yang saya tahu, air mengalir di rumah sakit itu pada Senin dan Kamis. Sisanya tak mengalir. Harusnya untuk pelayanan publik, terlebih rumah sakit, air harus mengalir 24 jam tanpa henti,” jelasnya.

Peralatan Rusak dan Kehabisan Obat

Dokter Jan juga menyebutkan belum lagi sejumlah obat-obatan dan bahan habis pakai sering habis, seperti benang jahit dan beberapa item lainnya, serta alat pelindung diri, mulai sarung tangan hingga masker medis.
“Minta maaf, saya harus katakan ini semua. Yang terbaru, kami juga kehabisan alat pembiusan dari hidung. Padahal semua obat-obat dan barang habis pakai ini sudah dihitung dalam pengadaan, tapi entah kenapa tidak direalisasikan. Kalau pun habis, pengadaannya sangat lama,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dengan minimnya peralatan di rumah sakit yang banyak rusak, serta minimnya obat-obatan. Saat ini terdapat 12 pasien kemoterapi yang sudah 2 minggu harus ditunda penanganannya dikarenakan alat dan obat kemo yang habis.
“Pasien dengan penyakit kanker harus kemoterapi tepat waktu. Jika tidak, maka sel kankernya akan lebih ganas dan secara tidak langsung rumah sakit sudah membunuh pasien dengan keadaan ini,” ujarnya.
Dia berharap ke depan ada perbaikan dari manajemen rumah sakit, agar pelayanan di rumah sakit ini lebih baik.
Sebelumnya, 475 tenaga medis di RSUD Dok II Jayapura belum dibayarkan jasa medis mulai dari BPJS hingga jasa COVID-19 2021. Para tenaga medis terdiri dari 380 perawat, termasuk penunjang gizi radiologi dan laboratorium. Lalu, 64 dokter spesialis, 5 dokter spesialis tenaga kontrak dan 26 orang dokter umum.
ADVERTISEMENT