Cerita Motor Listrik di Kota Seribu Papan Asmat

Konten Media Partner
23 Januari 2022 16:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Motor listrik di Agats, ibu kota Kabupaten Asmat. (BumiPapua.com/Katharina)
zoom-in-whitePerbesar
Motor listrik di Agats, ibu kota Kabupaten Asmat. (BumiPapua.com/Katharina)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM - Keunikan Asmat tak hanya dikenal lewat budaya dan ukirannya. Asmat, kota seribu papan juga dikenal dengan motor listriknya.
ADVERTISEMENT
Kota Agats, ibu kota Kabupaten Asmat jarang ditemui mobil. Kalaupun ada mobil, hanya dijumpai milik rumah sakit yakni mobil ambulans ataupun kendaraan milik pemerintah.
Motor listrik di Asmat juga tak mengeluarkan bunyi saat dikendarai, termasuk tak ada klaksonnya. Masyarakat di Asmat biasa menyebutnya dengan motor isi ulang, berbahan bakar listrik.

Motor Listrik Transportasi Unggulan

Motor listrik pertama kali didatangkan pada 2006 oleh seorang wanita asal Sulawesi Selatan bernama Erna Sabuddin.
Dengan merogok kocek pribadinya, Erna sebenarnya hanya iseng membeli motor listrik di Makassar dan dibawanya ke Agats.
Keberadaan motor listrik sempat diprotes warga. Banyak warga yang tak menginginkan adanya motor di kota papan kala itu.
“Tapi protes ini hanya sesaat. Motor yang pertama kali saya beli, kemudian saya berikan kepada almarhum Muhidin Maddoan yang saat itu menjabat sebagai Kabag Keuangan Kabupaten Asmat, sebagai kendaraan dinasnya,” ucap Erna.
ADVERTISEMENT
Motor listrik itupun menarik perhatian Bupati Juvensius A Biakai, Bupati Asmat pertama yang memimpin 2 periode, sejak 2005-2015.
Dari situ, Erna kembali mendatangkan satu motor untuk Bupati Biakai.

Infrastruktur Jalan

Jalan beton di Agats, ibu kota Kabupaten Asmat. (BumiPapua.com/Katharina)
Asmat yang sebelumnya sebuah kecamatan dan pada 2003 dimekarkan menjadi daerah otonom baru. Dari situ, Asmat terus berbenah. Salah satu yang dilakukan oleh pemerintah adalah mengganti papan dengan kontruksi beton pada sejumlah ruas jalan utama di Agats.
Catatan Dinas Perhubungan setempat mendata saat ini motor listrik di Asmat lebih dari 4000-an unit.
Pemerintah pun mengeluarkan kebijakan terkait penerapan retribusi bagi pemilik kendaraan dan pemasok kendaraan.
Pemkab Asmat juga menerapkan penggunaan plat nomor penganti stiker retribusi. Oleh Dinas Perhubungan Asmat, motor listrik dikategorikan sepeda, maka pemiliknya tidak memiliki STNK, pajak kendaraan atau SIM.
ADVERTISEMENT
Kini, motor listrik jadi tansportasi unggulan di Asmat. Warga di Asmat menjadikan kendaraan ini multifungsi, salah satunya sebagai ojek dan kendaraan pengangkut barang lainnya.
“Motor listrik bebas polusi dan tak bising. Kecepatannya bisa dikondisikan dengan keadaan jalan di Asmat,” kata Yohanes, warga setempat.
Kota Sejuta Papan, julukan untuk Asmat. (BumiPapua.com/Katharina)
Karena populernya kendaraan ini, hampir semua pejabat, termasuk Bupati Elisa menggunakan motor listrik, sebagai kendaraan dinasnya.
“Motor ini juga pernah dikendarai oleh Kapolri Tito Karnavian, saat dirinya menjabat sebagai Kapolda Papua. Termasuk Pak Presiden Jokowi dan Ibu negara menggunakan motor listrik di Asmat,” ucap Erna menambahkan.
Tarmiji, salah satu tukang ojek di Agats mengaku membeli motor listrik pada 2016 dengan harga Rp 20 jutaan. Motor itu dibawa ke Asmat dan digunakan untuk ojek.
ADVERTISEMENT
“Satu hari ojek di Asmat bisa kantongi Rp 1 juta hingga Rp 2 juta,” kata pria asal Malang, Jawa Timur.
Ojek di Agats mematok tarif Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu untuk penumpangnya. Uang hasil ojek itu tak lagi dibelikan BBM untuk bahan bakar motornya, karena kendaraan tersebut menggunakan listrik.
“Hasil ojek bisa ditabung atau untuk pemenuhan kebutuhan hidup lainnya,” kata Tarmiji.

Pengisian Listrik

Salah satu SPLU di Agats, ibu kota Kabupaten Asmat. (Foto: PLN Papua)
Hampir 99 persen masyarakat Agats menggunakan motor listrik sebagai kendaraan unggulan. Hal ini mendorong PLN setempat mendirikan Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU).
Saat ini, SPLU di Agats sudah tersebar di sejumlah pusat keramaian seperti pasar, pelabuhan dan pangkalan ojek.
Selain di Agats, SPLU akan dibangun di Distrik Atsy dan Suator dengan pertimbangan pemakaian motor listrik di dua distrik ini telag meningkat.
ADVERTISEMENT
“Pengisian listrik bermodalkan Rp 5000 di SPLU dan baterai motor sudah terisi penuh,” kata Tarmiji.