Cerita Pilu Tenaga Kesehatan di Kiwirok Selamat dari Kejaran KKB Lamek Taplo

Konten Media Partner
17 September 2021 14:52 WIB
·
waktu baca 5 menit
Paman Ola memakai topi saat membagikan cerita penyerangan nakes di Kiwirok Papua. (Dok Pendam Cenderawasih)
zoom-in-whitePerbesar
Paman Ola memakai topi saat membagikan cerita penyerangan nakes di Kiwirok Papua. (Dok Pendam Cenderawasih)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Suara Marselinus Ola Attanila, seorang mantri kesehatan di Puskesmas Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang bergetar. Ia terdiam dan menahan kesedihan yang mendalam.
ADVERTISEMENT
Pak Mantri Ola atau biasa disapa Paman Ola berusaha tegar dan kuat saat memberikan keterangan pers di depan wartawan di Jayapura, usai dievakuasi oleh Kodam Cenderawasih pada Jumat (17/9).
Dengan suara terbata-bata, Paman Ola mengisahkan awal kejadian KKB serang Puskesmas Kiwirok.
“Jam 7 pagi, hari Senin (13/9), ada warga yang memberitahukan kepada kami bahwa akan ada penyerangan antara KKB dan TNI Polri. Kami, para nakes diminta berdiam diri di puskesmas,” jelas Paman Ola, Jumat (17/9).
Sebagai seorang nakes yang tidak terlibat dalam hal ini, Paman Ola dan 10 orang nakes lainnya sepakat untuk bertahan di puskesmas mengantisipasi jika ada warga atau siapapun yang butuh pertolongan.
Tapi, apa yang disangka. Semua rencana berbanding terbalik. Gerombolan KKB secara membabi buta justru menyerang Puskesmas Kiwirok. Kaca gedung dihancurkan, dilempar besi, kayu hingga akhirnya sekeliling puskesmas sengaja disiram dengan bensin dan dibakar.
ADVERTISEMENT
Sepuluh tenaga kesehatan dan satu dokter yang berada di dalam puskesmas langsung melarikan diri ke luar gedung, ada bersembunyi di dalam ruangan puskesmas, ada juga yang bersembunyi di barak media dan rumah dokter.
“Kami semua panik dan berusaha menyelamatkan diri dan juga saling menjaga teman-teman nakes lainnya. Kebetulan, saya berada bersama 3 nakes perempuan di dalam barak medis. Kami berdiam diri berharap keadaan ini bisa segera diatasi,” kata Paman Ola.
Paman Ola yang sudah bertugas satu setengah tahun di puskesmas itu tak menyangka akan terjadi hal seperti ini. Padahal para nakes telah mengambil langkah bijak untuk tetap tenang di dalam barak medis dan puskesmas.
Letusan senjata pertama kali terdengar pukul 09.00 WIT dari arah Pos TNI Kiwirok yang berada di ketinggian.
ADVERTISEMENT

Penyerangan Tenaga Kesehatan

Para nakes berhasil dievakuasi dari Kiwirok ke Jayapura. (Dok Pendam Cenderawasih)
KKB kemudian semakin brutal dan menyerang petugas yang berada di barak dokter. Dokter dan petugas lainnya memilih keluar. Mereka berhamburan lari terpisah.
Saat mencoba menyelamatkan diri, dokter Restu Pamanggi ditangkap dan dianiaya kemudian ia digiring ke jurang dan ditendang ke arah jurang. Ia berhasil selamat dengan kondisi patah tangan.
Termasuk tenaga medis lainnya yang berusaha menyelamatkan diri, justru dipukul, dianiaya oleh KKB secara membabi buta.
Tak sampai di situ, kelompok separatis yang dipimpin Lamek Taplo kembali menuju barak medis lainnya dan melakukan pengrusakan dan pembakaran.
Para nakes berhasil dievakuasi dari Kiwirok ke Jayapura. (Dok Pendam Cenderawasih)
“Kami ada 6 orang di barak medis, termasuk almarhumah Suster Gabriella. Melihat kondisi yang sangat mengancam nyawa, saya minta tiga suster untuk keluar. Para suster ketakutan, sehingga memilih tetap di dalam barak. Makin lama asap makin tebal, saya memilih bersama para suster dan bersembunyi di dalam kamar mandi barak medis,” jelasnya.
ADVERTISEMENT

Diserang dari Segala Arah

Tak tahan dengan kondisi nyala api yang semakin besar dan plafon rumah yang sudah berjatuhan, ia bersama 3 nakes memberanikan diri untuk keluar dari depan barak.
Para nakes berhasil dievakuasi dari Kiwirok ke Jayapura. (Dok Pendam Cenderawasih)
Namun, saat menyelamatkan diri ke depan barak, KKB dengan brutal ingin menyerang para nakes. Akhirnya niat untuk melarikan diri tak jadi dan kembali ke dalam barak. Para nakes mencari akal, akhirnya mereka menempuh jalur belakang barak. Apa yang terjadi, KKB telah berada di pintu belakang sambil bersiap menghadang.
"Di situ berkumpul KKB dengan senjata. Karena saya laki-laki di tengah 3 nakes perempuan, berusaha menyelamatkan mereka, Tapi pasti saya tidak mampu. Akhirnya kami berlari ke arah rumah warga yang jaraknya 5 meter dari barak dokter. Nyatanya, KKB mengejar kami dan rumah warga juga dibakar,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Karena ketakutan, Paman Ola dan 3 nakes bersembunyi di WC rumah warga. Tapi KKB semakin brutal dan membakar sekeliling rumah warga. Termasuk membakar pasar, rumah distrik dan fasilitas lain.
“Kami keluar dari kamar mandi warga. Kami sepakat untuk selamatkan diri ke arah jurang. Tanpa pikir panjang kami lompat ke jurang. Saya yang memberi aba-aba dengan menghitung 1 sampai 3 dan saya melompat lebih dulu, kemudian diikuti teman lainnya," jelasnya lagi.
Paman Ola pun tak mengira, saat tiba di jurang KKB masih melakukan pengejaran terhadap ia dan tiga rekannya.
Beruntung, ia tersangkut di akar pohon dan bersembunyi. Sementara Suster Gabriella, Suster Kristina Sampe dan Suster Katriyanti Tandila yang sempat tersangkut malah ditangkap KKB.
ADVERTISEMENT
"Mereka menelanjangi ketiga suster dan mulai menganiaya ketiganya. Saat sudah telanjang, KKB menusuk (maaf) kemaluan suster, menonjok mukanya, memukul badannya," ucapnya sambil menahan air mata dan terdiam.
Ketiga suster pingsan dan kemudian dibuang kembali ke jurang. Tak sampai di situ saja, kelompok tersebut mengikat para korban dan kembali menganiaya dan membunuh Suster Gabriela. Sementara dua suster lainnya berusaha sembunyi dari di semak-semak dan akar pohon.
Saat kejadian mulai reda, tenaga medis lainnya yang tadinya berada terpencar berusaha menyelamatkan diri ke Pos TNI Kiwirok.
"Paman Geral Sokoy yang lari ke rah jurang bersama dokter sampai saat ini belum ditemukan," singkatnya.
Setelah situasi dilihatnya mulai aman, Paman Ola kemudian memilih untuk keluar dari tempat persembunyiannya dan mengamankan diri ke pos Kiwirok bersama tenaga medis lainnya yang selamat.
ADVERTISEMENT
“Suster Gabriela baru ditemukan kemarin dan hari ini adalah hari ke-6. Kemungkinan tubuhnya sudah tak dikenali. Suster Gabriela banyak mendapat luka tusukan dan lebam yang dilakukan KKB,” suara Paman Ola kembali bergetar, tak kuat menahan pilu yang ia derita dan para nakes lainnya di Kiwirok.