Festival Danau Sentani 2021 Digelar dengan Protokol Kesehatan

Konten Media Partner
27 Februari 2021 13:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tarian perahu yang biasa dilakukan pada Festival Danau Sentani. (Bumipapua.com/Lazore)
zoom-in-whitePerbesar
Tarian perahu yang biasa dilakukan pada Festival Danau Sentani. (Bumipapua.com/Lazore)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- - Festival Danau Sentani (FDS) bakal dilaksanakan tahun ini, setelah 2 tahun tak dilakukan.
ADVERTISEMENT
FDS menjadi agenda nasional pariwisata yang dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 19-23 Juni.
Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayapura, Elvis Kabey menuturkan dua tahun berturut-turut FDS tak dilakukan. Tahun 2019, FDS tidak dilaksanakan karena terjadi bencana banjir bandang yang menerjang Sentani. Lokasi FDS pun terendam air luapan Danau Sentani setinggi lebih dari 1 meter.
"Lalu tahun 2020, FDS tak dilaksanakan karena pandemi COVID-19 dan hingga saat ini pun pandemi corona masih terjadi," kata Elvis, Sabtu (27/2).

Adaptasi Kebiasaan Baru

FDS biasa dilaksanakan di Khalkote yang terletak di tepi Danau Sentani, Distrik Sentani Timur. Elvis menyebutkan untuk melaksanakan FDS tahun ini, Pemkab Jayapura sedang membenahi Khalkote untuk persiapan FDS XII tahun 2021.
ADVERTISEMENT
"Fasilitas yang dibenahi seperti bangunan stand pameran yang rusak karena luapan air danau. FDS tahun ini dilaksanakan dengan adaptasi kebiasaan baru, mematuhi protokol kesehatan, agar terhindar dari virus corona," jelas Elvis.
Pemerintah daerah juga akan menyediakan sejumlah fasilitas untuk mencuci tangan, meminta pengunjung menjaga jarak dan mengharuskan pengunjung menggunakan masker.

Dongkrak Ekonomi Kreatif

Pintu masuk Festival Danau Sentani 2018. (Bumipapua.com/Lazore)
Elvis mengklaim penyelenggaraan FDS XII merupakan bagian dari strategi Pemkab Jayapura dalam mendukung pemulihan destinasi pariwisata dan sektor ekonomi kreatif.
"FDS akan menampilkan budaya adat Suku Sentani, seperti tari-tarian di atas perahu, atraksi merokok sambil menyelam di dalam air sambil mencari ikan," jelasnya.
FDS juga akan dimeriahkan dengan pameran dan pasar produk ekonomi kreatif yaitu hasil kerajinan khas Sentani, kuliner tradisional khas Sentani, pawai budaya, pertunjukan seni, lomba, promosi daya tarik wisata, promosi penyelenggaraan PON XX Papua.
ADVERTISEMENT
Pengunjung pada FDS juga bisa mengikuti tur wisata Danau Sentani, untuk melihat objek wisata budaya dan alam yang ada di sekitar Danau Sentani.
"FDS digelar sebagai bagian dari upaya pelestarian dan pengembangan budaya Sentani, serta meningkatkan kunjungan wisatawan ke Sentani dan Papua," jelasnya.

Festival Budaya Sentani

Pakaian adat Sentani. (Dok:Kabarpapua.co)
Biasanya setelah FDS digelar, sejumlah festival budaya di Sentani akan mengikuti, dengan waktu yang terjadwal. Seperti Festival Makan Papeda dalam Gerabah di Kampung Abar yang akan dilakukan pada 30 September, serta Festival Ulat Sagu di Yoboi yang dilaksanakan pada November.
"FDS diharapkan dapat menarik wisatawan mancanegara, seperti diketahui banyak warga negara asing yang tinggal di Sentani sebagai pilot, misionaris, guru sekolah internasional dan teknisi pesawat. Diharapkan keluarga mereka dari luar negeri datang dan turut meramaikan FDS," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Arkeolog pada Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menyebutkan potensi budaya khas Sentani banyak bisa ditampilkan pada sebuah festival, misalnya saja gerabah tradisional dari Kampung Abar, satu-satunya kampung di Papua yang masyarakatnya masih membuat gerabah. Kemudian ada juga lukisan kulit kayu dari Kampung Asei, serta sejumlah kerajinan tangan berupa ukir-ukiran khas Sentani lainnya.
"Kawasan Danau Sentani juga memiliki situs-situs arkeologi yang dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata berkelanjutan," ujarnya.
Hari berharap, selain memperkenalkan budaya Sentani, pada FDS perlu dikampanyekan penanaman kembali pohon Khombouw di sekitar Danau Sentani.
"Kulit pohon khombouw merupakan media dalam lukisan kulit kayu. Saat ini, pohon Khombouw sulit ditemukan di sekitar Danau Sentani. FDS diharapkan dapat memberikan ruang khusus bagi mama Papua pengrajin noken untuk berjualan noken hasil kerajinan tangannya," Hari menambahkan.
ADVERTISEMENT