Konten Media Partner

Filosofi Bintang Laut pada Masyarakat Pulau Asei Sentani Papua

25 Oktober 2020 14:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ukiran motif bintang laut yang ditemukan saat penelitian di Pulau Asei Sentani, Kabupaten Jayapura. (Dok Balai Arkeologi/Hari Suroto)
zoom-in-whitePerbesar
Ukiran motif bintang laut yang ditemukan saat penelitian di Pulau Asei Sentani, Kabupaten Jayapura. (Dok Balai Arkeologi/Hari Suroto)

Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Balai Arkeologi Papua menemukan lukisan motif bintang laut pada penelitian di Pulau Asei, satu-satunya pulau berpenghuni di Danau Sentani bagian timur.

ADVERTISEMENT
Lukisan bintang laut ditemukan pada sebuah rumah warga di pulau yang terletak di pesisir Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua.
ADVERTISEMENT
Peneliti pada Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menyebutkan dengan ditemukannya lukisan bintang laut, terdapat beberapa versi asal usul masyarakat Sentani, hal ini menggambarkan bahwa pada masa lalu terdapat gelombang kedatangan manusia di Danau Sentani.
Memang sebelum ada manusia, Danau Sentani dulunya adalah Laut Sentani, karena proses geologi, sehingga berubah menjadi danau air tawar. Hal ini dibuktikan dengan adanya ikan hiu gergaji.
Selain bintang laut, pada penelitian sebelumnya, Balai Arkeologi juga menemukan motif putri dutung pada sejumlah benda budaya masyarakat di Kampung Dondai, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura.
Mempertahankan Simbol Maritim
Beberapa masyarakat Sentani, baik yang tinggal di Danau Sentani bagian barat maupun danau Sentani bagian timur, menggambarkan motif maritim pada benda budaya, terutama pada rumah mereka.
ADVERTISEMENT
"Hal ini membuktikan bahwa mereka tidak terlepas dari kehidupan maritim yang identik dengan budaya pesisir pantai. Ketika nenek moyang orang Sentani datang dari Pasifik dan tiba di danau, mereka beradaptasi dengan lingkungan baru," jelas Hari, Minggu (25/10).
Dalam penelitannya, Hari menemukan ada motif bahari yang hilang dari masyarakat Sentani, yakni cadik pada perahu.
"Perahu Sentani tidak memiliki cadik atau penyeimbang di samping, hal ini berbeda dengan perahu di Teluk Youtefa atau Teluk Tanah Merah, yang perahunya memiliki cadik," Hari menambahkan.
Pengingat Nenek Moyang
Pulau Asei, tampak dari Situs Prasejarah Yomokho. (Dok Balai Arkeologi/Hari Suroto)
Corry Ohee, salah satu warga di Pulau Asei menyebutkan lukisan bintang laut menjadi pengingat nenek moyang.
"Nenek moyang kami berasal dari lautan teduh atau Samudera Pasifik. Mereka berlayar dari tempat matahari terbit atau sebelah timur. Seblah timur posisi Danau Sentani adalah Lautan Pasifik," kata Corry.
ADVERTISEMENT
Corry melanjutkan, setelah nenek moyang masyarakat Sentani menetap di Danau Sentani, kemudian muncul motif-motif baru yang dilukiskan atau diukirkan di benda budaya Sentani.
"Motif-motif ini biasa diilhami dari lingkungan sekitar danau, baik itu hewan danau, tumbuhan, sungai, atau gunung. Walaupun ada motif-motif khas Danau Sentani, tetapi kami tidak melupakan motif bintang laut, itu adalah identitas kami yang berasal dari lautan," jelasnya.