Hujan dan Guntur, Tanda Musim Ikan Nasi di Nabire Berlimpah

Konten Media Partner
29 Juni 2021 6:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ikan Nasi di Sungai Wanggar, Nabire Papua. (Dok Hari Suroto)
zoom-in-whitePerbesar
Ikan Nasi di Sungai Wanggar, Nabire Papua. (Dok Hari Suroto)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Muara Sungai Wanggar, Kawasan Transmigrasi Satuan Pemukiman (SP) B, Wanggar Sari, Distrik Wanggar, Kabupaten Nabire, Papua memiliki ikan unik berukuran sangat kecil. Sungai Wanggar bermuara di Teluk Cenderawasih.
ADVERTISEMENT
Karena berukuran seperti nasi, maka masyarakat menyebutnya sebagai ikan nasi.
Ciri fisik ikan nasi berukuran 2 hingga 4 sentimeter, warna tubuhnya belang-belang, agak kehitam-hitaman dan baunya amis.
Kemunculan ikan nasi tidak setiap saat dan hanya waktu-waktu tertentu saja. Masyarakat setempat percaya, tanda kemunculan ikan ini berawal dari adanya guntur di laut dan hujan rintik-rintik.
"Jika terjadi Guntur dan hujan rintik-rintik, maka musim ikan nasi sudah tiba. Selain itu, tanda musim ikan nasi adalah munculnya ikan hiu paus (Rhincodon typus)," jelas Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto, Selasa (29/6).
Ikan hiu paus sangat menyukai ikan nasi sebagai makanannya. Ikan nasi ditangkap di muara Sungai Wanggar yang terhubung dengan Teluk Cendrawasih.
Ikan Nasi di Sungai Wanggar, Nabire Papua. (Dok Hari Suroto)
Ikan nasi tidak selalu bermunculan dalam jumlah banyak. Adakalanya, bermunculan hanya dua atau tiga malam. Ada juga sampai lima hari.
ADVERTISEMENT
Keberadaan ikan nasi perlu dijaga kelestariannya, karena ikan nasi merupakan santapan ikan hiu paus.
"Induk ikan nasi tetap ada jika induknya hidup dalam aliran Sungai Wanggar. Saat musim kawin, telur ikan nasi terbawa arus sungai masuk ke perairan laut. Setelah telur menetas, ikan nasi akan kembali ke sungai dan musim ini akan berlimpah," katanya.
Ikan nasi dijual dengan harga 10 ribu rupiah per piring plastik kecil, ikan nasi dimasak perkedel.
Secara tradisional, ikan nasi dibungkus daun nipah, tanpa bumbu, kemudian diasap di atas perapian.