Indahnya Teluk Youtefa Bersama Segarnya Kelapa Muda di Skyline

Konten Media Partner
15 Juli 2019 17:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penjualan kelapa muda segar di sepanjang ruas Jalan Skyline dengan latar pemandangan Teluk Youtefa dan Jembatan Holtekam. (Foto Lazore)
zoom-in-whitePerbesar
Penjualan kelapa muda segar di sepanjang ruas Jalan Skyline dengan latar pemandangan Teluk Youtefa dan Jembatan Holtekam. (Foto Lazore)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM - Ruas Jalan Skyline, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura, Provinsi Papua, terletak di daerah ketinggian. Jika menyusuri Jalan Skyline, mata akan disuguhkan dengan pemandangan yang indah, yakni panorama Teluk Youtefa dari ketinggian.
ADVERTISEMENT
Kini selain landscape Teluk Yotefa yang bisa dipandang, ada juga bentangan Jembatan Holtekamp yang bewarna merah yang persis berada di tengah Teluk Youtefa. Jembatan ini menjadi salah satu ikon Kota Jayapura.
Kelapa muda segar dengan latar pemandangan Teluk Youtefa di ruas Jalan Skyline, Kota Jayapura, Papua. (Foto Lazore)
Di sepanjang ruas Jalan Skyline yang menghubungkan pusat kota dengan wilayah Abepura, Kota Jayapura ini, para pengendara kendaraan roda empat dan roda dua, biasa rehat sejenak di jalan ini sembari menikmati segarnya buah kelapa muda dengan suguhan keindahan perpaduan Jembatan Holtekamp dengan Teluk Youtefa.
Sebab, sepanjang ruas Jalan Skyline ini, memang banyak dijumpai penjual buah kelapa muda dengan tempat yang nyaman. Mereka bisa mulai membuka lapaknya setiap hari, mulai pukul 10.00 WIT hingga pukul 18.00 WIT. Walaupun ada sejumlah penjual yang membuka lapaknya hingga malam hari, tapi pembeli tak seramai siang hari.
Pemandangan Teluk Youtefa dengan bentangan Jembatan Holtekam di tengahnya. (Foto Lazore)
Ina, salah satu penjual kelapa muda yang telah berjualan 18 tahun lamanya, menyebut penjual kelapa muda di Skyline berjumlah 30-an orang. Jumlah ini bertambah sejak tahun 2000-an lalu.
ADVERTISEMENT
“Dulunya, penjual kelapa muda di Skyline hanya 3-5 orang. Kelapa yang dijual pun hasil kebun sendiri,” katanya, saat ditemui BumiPapua.com, Senin (15/7).
Namun karena pengunjung yang ingin menikmati kelapa muda sambil memandang keindahan Teluk Youtefa di Skyline ini makin banyak dan meningkat, maka penjual kelapa muda pun ikut bertambah.
"Sekarang kami harus beli kelapa muda dari orang lain di Koya. Sebab hasil kebun kami tak cukup karena banyak pembeli," kata Ina.
Teluk Youtefa dengan Jembatan Holtekam jadi suguhan mata sambil menikmati segarnya kelapa muda di ruas Jalan Skyline, Kota Jayapura, Papua. (Foto Lazore
Ina mengisahkan awalnya dia menjual kelapa muda seharga Rp 2.000 per buah, lalu meningkat ke harga Rp 2.500 dan Rp 3.000 per buah.
“Tapi kemudian para petani menaikkan harga kelapanya. Maka kami pun menaikkan harga jualan kami. Kini kelapa muda murni tanpa tambahan sirup Rp 15.000 per buah. Sedangkan pakai sirup, susu dan es harganya Rp 25.000 per buah,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Ina, jika cuaca bagus, sepanjang hari matahari bersinar terang, penghasilan berjualan kelapa muda segar melimpah, termasuk saat libur Sabtu dan Minggu.
“Berbeda jika cuaca hujan, penjualan kelapa muda berkurang," kata ibu 41 tahun yang kini bisa menyekolahkan 4 anaknya dari hasil berjualan kelapa muda.
Mama Ina, penjual buah kelapa muda segar di ruas Jalan Skyline, Kota Jayapura, Papua. (Foto Lazore)
Yang lebih menarik, para penjual kelapa muda di Skyline ini rata-rata adalah kaum perempuan. Menurut Ina, hal tersebut karena perempuan lebih cermat menyimpan hasil jualan dibandingkan laku-laki. Sehingga hasil yang terkumpul dari berjualan kelapa muda dapat diputar kembali sebagai modal berikutnya.
“Juga ada yang ditabung atau digunakan untuk beli kebutuhan sehari-hari bagi keluarga,” katanya.
Jadi, pengguna kendaraan yang melintas di ruas Jalan Skyline, jangan lupa mampir ke pondok penjualan kelapa muda di Skyline. Sebab selain bisa menikmati segarnya buah dan air kelapa muda dengan suguhan pemandangan indah Teluk Yotefa bersama Jembatan Holtekamp-nya. Tapi juga bisa meningkatkan perekonomian warga setempat, sebab penjualnya para mama (perempuan) asli orang Papua. (Katharina)
ADVERTISEMENT