Istilah JaMer di Merauke, Apa Itu?

Konten Media Partner
20 Maret 2021 14:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemandangan Sota di Kabupaten Merauke. (BumiPapua.com/Abdel Syah)
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan Sota di Kabupaten Merauke. (BumiPapua.com/Abdel Syah)
ADVERTISEMENT
Merauke, BUMIPAPUA.COM- Istilah JaMer atau Jawa-Merauke tak asing lagi di kalangan masyarakat Merauke. Istilah JaMer lebih identik pada kehidupan masyarakat hingga kawin campur antar suku Jawa dan suku Merauke dan beranak cucu di Tanah Anim Ha itu.
ADVERTISEMENT
Arkeolog pada Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menyebutkan tahun 1889 kolonial Inggris di Port Moresby sangat terganggu karena wilayahnya sering diserang oleh suku Marind-Anim dari Merauke. Inggris selanjutnya meminta Belanda untuk menjaga wilayah perbatasannya.
Belanda kemudian mendirikan pos militer di Merauke pada 14 Februari 1902 untuk mencegah serangan oleh Marind-Anim ke negara tetangga British New Guinea dan Kepulauan Selat Torres barat laut (Boigu, Dauan dan Saibai).

Ketergantungan Beras

Petani di Merauke. (BumiPapua.com/Abdel Syah)
Pada waktu itu tentara dan pegawai pemerintah Belanda yang ditempatkan di Merauke sering kekurangan bahan makanan.
“Mereka sangat tergantung pada kiriman beras dari Jawa yang jadwal kedatangannya tidak tentu. Untuk mengatasi hal tersebut, Belanda menilai Merauke memiliki dataran rendah luas dengan Sungai Maro yang airnya melimpah dan cocok untuk lahan sawah pertanian padi,” ujar Hari.
ADVERTISEMENT
Maka, melalui program kolonisasi atau transmigrasi maka pada 1905, pemerintah Belanda menjadikan Merauke sebagai lumbung beras.
Belanda mencetak seribu hektar sawah dengan mendatangkan petani dari Jawa.
“Inilah yang menjadi awal mula kehadiran komunitas orang Jawa di Merauke,” jelasnya.
Selanjutnya pada 1908, Belanda mendatangkan lagi transmigran Jawa untuk ditempatkan di Kuprik. Transmigran Jawa yang datang pada 1910 ditempatkan di Spadem dan Mopah Lama.
“Transmigran Jawa ini kemudian beranak-pinak dan melahirkan keturunan yang lahir dan besar di Merauke,” katanya.
Keturunan komunitas orang Jawa ini kemudian dikenal sebagai jamer atau orang Jawa kelahiran Merauke.
Jika komunitas orang Jawa di Suriname dan Kaledonia Baru fasih berbahasa Jawa, komunitas JaMer kebanyakan tidak bisa berbahasa Jawa.
ADVERTISEMENT
Kuliner khas Jawa yang mudah dijumpai di Merauke yaitu dawet, tempe bacem, cendol, tape, saoto (soto), bakmi, pecel, sego berkat, gethuk telo, cenil, lemet, timus, onde-onde, dan berbagai macam peyek.