Jalan Trans Papua Jayapura-Wamena Rusak Berat

Konten Media Partner
14 Januari 2021 15:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jalan berlumpur di Distrik Airu, Kabupaten Jayapura. (BumiPapua.com/Liza Indriyani)
zoom-in-whitePerbesar
Jalan berlumpur di Distrik Airu, Kabupaten Jayapura. (BumiPapua.com/Liza Indriyani)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Jalan Trans Papua yang menghubungkan Jayapura, ibu kota Provinsi Papua dengan Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya rusak berat.
ADVERTISEMENT
Akibatnya banyak kendaraan pengangkut sembako ataupun bahan material ke wilayah pegunungan tengah Papua terhambat perjalanannya.
Bahkan kendaraan ini harus tertahan sampai berbulan-bulan lamanya di jalan yang berlumpur. Sopir truk pengangkut sembako atau material bangunan tak jarang harus terjebak kubangan lumpur atau tertahan di jembatan kayu yang patah.
Iwan salah satu sopir truk yang membawa material bangunan untuk jembatan di jalan Trans Papua Jayapura-Wamena menuturkan jika cuaca tak bersahabat, maka perjalanan akan semakin lama.
"Kadang sampai satu bulan, tergantung cuaca. Kalau kondisi normal, didukung dengan cuaca cerah, perjalanan Jayapura-Wamena bisa dilalui paling lama satu minggu," kata Iwan ditemui BumiPapua.com, belum lama ini.
Iwan mengatakan lokasi Jalan Trans Papua penghubung Jayapura-Wamena hanya di Distrik Airu, Kabupaten Jayapura yang medannya sangat sulit dilalui. Menurutnya para sopir harus pandai memainkan stir dan gas untuk meloloskan truk dari kubangan lumpur.
ADVERTISEMENT
"Saat ini saya sedang membawa besi untuk pembangunan jembatan. Saya terjebak di Distrik Airu ini sudah tiga hari," ujarnya.

Tidur di Jalan

Sopir truk pengangkut material bangunan dan sembako yang biasa tidur di Jalan Trans Papua, untuk menunggu cuaca membaik jika hujan tiba. (BumiPapua.com/Liza Indriyani)
Iwan menyampaikan, terjebak dalam kubangan lumpur saat mengantar material pembangunan sudah menjadi hal yang biasa. Truk yang dibawanya baru bisa keluar dari kubangan lumpur jika lumpur sudah mengering.
"Jadi, terus dibiarkan saja di tempat yang terperosok lumpur. sampai lumpur yang menempel di truk mengering, baru truk bisa melanjutkan perjalanan lagi," katanya.
Menurut Iwan, para sopir sudah mempersiapkan dirinya untuk tidur di jalan, hingga menunggu cuaca membaik untuk melanjutkan perjalanan di Jalan Trans Papua.
"Kami biasa membawa bekal dengan mie instan dan telur. Jika nekat melanjutkan perjalanan di malam hari, banyak mobil yang terjatuh di jurang, karena kondisi jembatan yang tidak memungkinkan. masih banyak jembatan kayu yang rapuh dilalui, jika tak hati-hati," Iwan menjelaskan.
ADVERTISEMENT
Kepala Balai Jembatan dan Jalan Jayapura, Eduard Sasarari mengatakan di Distrik Airu ada 18 titik yang berlumpur dan sulit dilalui. Saat ini, 15 titik dalam proses pengerjaan dan sedang diperbaiki.
Eduard menyebutkan kontrak pengerjaan jalan rusak di Distrik Airu baru dilakukan pada Desember 2020 dan dikerjakan pada Januari 2021.
"Jadi, proses pelelangannya memang terlambat. Terlebih curah hujan di lokasi ini cukup tinggi. Namun, pengerjaannya sudah mulai dikerjakan, agar bisa dilalui kendaraan," katanya.

Sidak Wamen PUPR

18 titik jalan rusak ditemukan Wamen PUPR, John Wempi Wetipo saat melihat kondisi Jalan Trans Papua Jayapura-Wamena. (BumiPapua.com/Liza Indriyani)
Wakil Menteri PUPR, John Wempi Wetipo melihat langsung lokasi rusaknya Jalan Trans Papua yang menghubungkan Jayapura dan Wamena.
Dalam sidak mendadak ini, Wamen PUPR Wempi menyusuri jalan hingga kilometer 320, tepatnya di Kampung Ruja, Distrik Benawa, Kabupaten Yalimo.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan,Wempi menemukan beberapa jalan aspal yang diberikan garis pembatas lantaran mengalami kerusakan atau amblas di antaranya di Distrik Senggi dan Waris, Kabupaten Keerom.
Tak hanya itu, di Distrik Airu, Kabupaten Jayapura ada 3 titik jalan yang sangat sulit dilalui karena jalan berlumpur dan jembatan kayu yang putus.
"Saya mendapat banyak laporan dari masyarakat, jadi saya ingin tahu kondisi jalan ini. Mengerjakan jalan ini tak gampang, dengan total jaraknya 580 kilometer dari Jayapura sampai Wamena. Nah, setelah sampai di kilometer 320 ini kita baru bisa tahu kendalanya apa," kata Wempi.
Wempi menyebutkan sejumlah titik di Distrik Airu memang sulit dilalui, walau sudah dibuat pengalihan jalan untuk menghindari kubangan lumpur.
Kondisi itu tidak diakali dengan baik oleh pekerja, padahal ada banyak material batu dan kayu yang bisa digunakan untuk menutupi lumpur.
ADVERTISEMENT
"Jadi, saya berkesimpulan bahwa orang-orang yang bekerja ini tidak ikhlas. Ini kan dibiayai oleh negara, saya harap bisa konsisten. Saya minta Satker dan PPK tolong awasi pemenang. Kalau ada jembatan rusak seharusnya dengan kesadaran sendiri diperbaiki tidak perlu tunggu perintah," ujarnya.
Wempi menyebutkan banyak temuan didapat, konsultan pengawasnya tidak pernah ada, lalu volume pekerjaannya dikurangi dan akhirnya jadi temuan.
"Saya berharap kehadiran saya disini menjadi semangat untuk teman-teman di Balai Jayapura untuk benar-benar mengawasi para pelaksana konsisten bekerja," paparnya.
Kepala Balai Jembatan dan Jalan Jayapura, Eduard Sasarari menjelaskan, jembatan penghubung yang rusak panjangnya sekitar 55 meter, berada di Kali Edan kilometer 392. Diduga kerusakan jembatan akibat curah hujan yang cukup tinggi hingga terkena longsoran.
ADVERTISEMENT
"Itu jembatan sementara dengan rangka Belly, untuk sementara kami akan melewati jalur sungai kesana. Jembatannya sudah satu minggu tidak bisa dilalui, tapi kita akan segera kerjakan. Satu sampai dua hari sudah bisa dilalui kembali," jelasnya.
Kepala Satuan Kerja PJN Wilayah I Jayapura Provinsi Papua, Asniati menambahkan jembatan Kali Edan jatuh terkena longsoran dan pada saat yang sama tersapu banjir. "Saat ini kami sudah mengusahakan membuka akses dengan membersihkan longsoran," paparnya.