Jejak Peninggalan Sekutu di Ifar Gunung Sentani Papua

Konten Media Partner
5 Juli 2020 12:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tugu Jenderal Douglas Mac Arthur yang berada di kompleks Rindam XVII/Cenderawasih.  (Dok: Hari Suroto)
zoom-in-whitePerbesar
Tugu Jenderal Douglas Mac Arthur yang berada di kompleks Rindam XVII/Cenderawasih. (Dok: Hari Suroto)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sentani, BUMIPAPUA.COM- Dalam perang Pasifik, Papua menjadi kawasan strategis Panglima Tertinggi Komando Daerah Pasifik Barat Daya, Jenderal Douglas Mac Arthur dalam rangka serangan balik menuju Tokyo.
ADVERTISEMENT
Sekutu yang terdiri Amerika, Australia , Inggris dan Belanda menyerbu Hollandia (Jayapura) pada 22 April 1944. Armada sekutu yang begitu besar jumlahnya mendekati Pantai Hollandia.
Tidak kurang 215 kapal perang didukung kira-kira 800 pesawat terbang membayangi kesatuan-kesatuan sekutu yang mendarat dari dua arah, mulai dari Teluk Tanah Merah (Depapre) dan Teluk Humboldt yang saat ini dikenal dengan nama Pantai Hamadi di Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura, Provinsi Papua.
Operasi ini diberi sandi reckless dipimpin Jenderal Douglas Mac Arthur dibantu Laksamana D. E. Barbey dan Letnan Jenderal R. L. Eichelherger dari atas kapal induk Nashville.
Kala itu, pukul 10.00 WIT pada tanggal 22 April 1944, Jenderal Douglas Mac Arthur mendarat di Pantai Hamadi.
ADVERTISEMENT
Markas Besar
Panorama Bandara dan Danau Sentani yang terlihat dari ketinggian Ifar Gunung. (Dok: Hari Suroto)
Sebelumnya, Jenderal Douglas Mac Arthur berhasil menguasai lapangan terbang Sentani dan menjadikan Ifar Gunung sebagai markas besarnya. Markas ini dilengkapi dengan beberapa fasilitas pendukung militer.
Mac Arthur memilih Ifar Gunung sebagai markas dengan beberapa alasan, yaitu berada di ketinggian sehingga bisa mengawasi pergerakan pesawat di lapangan terbang Sentani.
Udara Ifar Gunung juga sangat sejuk pada pagi hingga sore hari dan dingin pada malam hari. Mac Arthur sangat menyukai udara di ketinggian Ifar Gunung, sangat alami hingga tidak diperlukan mesin pendingin ruangan.
Lokasi Ifar Gunung saat ini ditempati sebagai Resimen Induk Daerah Militer (Rindam) Kodam XVII/Cenderwasih. Rindam merupakan lembaga pendidikan militer Kodam XVII/Cenderawasih.
Pengunjung yang akan ke lokasi ini, melewati jalan yang menanjak dan berliku. Jangan lupa, jika sudah sampai pos penjagaan yang selalu dijaga oleh personel TNI, harus meninggalkan kartu identitas, sebab kawasan Mac Arthur berada di lingkungan Rindam Cenderawasih.
ADVERTISEMENT
Setelah tiba di lokasi Tugu Mac Arthur, pengunjung dikenakan biaya per kepala Rp 5.000 oleh petugas yang ada di ruang informasi. Uang tersebut tentu saja untuk perawatan dan menjaga kelestarian tugu.
Lokasi Ifar Gunung memang banyak ditumbuhi pohon pinus dan pohon kasuari, berpanorama indah perbukitan hijau seperti daerah subtropik Amerika.
Hal inilah yang membuat Mac Arthur dapat berpikir tenang dalam menyusun strategi lompat katak sebagai serangan balik menuju Tokyo.
Bekal Prajurit
Botol Coca Cola yang banyak ditemukan di Ifar Gunung. (Dok: Hari Suroto)
Sekutu kala itu juga dibekali makanan dan minuman kesukaan yang biasa dinikmati di negaranya.
Seperti Mac Arthur yang sangat menyukai es krim. Es krim selalu tersedia di kulkas sang jenderal.
Berbeda dengan pasukannya. Berdasarkan temuan bekas minuman berupa botol milik pasukan sekutu di Ifar Gunung, tentara Amerika sangat menyukai coca cola.
ADVERTISEMENT
Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menyebutkan di lokasi Ifar Gunung juga banyak ditemukan pecahan-pecahan botol bir buatan Eropa, rupanya tentara Belanda dan Australia memiliki kebiasaan minum bir.
Lain halnya dengan pasukan Inggris yang memiliki kebiasaan minum teh pada pagi dan sore hari.
"Minuman-minuman ini diyakini sebagai pengobat rindu dengan kampung halaman, juga sebagai pelepas kejenuhan perang yang belum diketahui berakhir kapan," jelas Hari, Minggu (5/7).
Musuh sekutu kala itu waktu itu adalah pasukan Jepang. Menariknya, botol-botol minuman sake juga banyak ditemukan di bekas markas Jepang bekas markas Jepang di Pulau Wakde, Sarmi dan juga di Biak.
Tugu Yamagata salah satu bukti Jepang pernah menguasai Sarmi. Tugu yang dibangun tahun 1994, sebagai tanda persahabatan sister state Papua dengan Yamagata Prefecture.
ADVERTISEMENT