Konten Media Partner

Jembatan Gantung Rotan Digoel Jadi Urat Nadi Warga Iwur Pegunungan Bintang

12 Maret 2022 15:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jembatan gantung Distrik Iwur, Kabupaten Pegunungan Bintang Papua. (BumiPapua/Abdel Syah)
zoom-in-whitePerbesar
Jembatan gantung Distrik Iwur, Kabupaten Pegunungan Bintang Papua. (BumiPapua/Abdel Syah)
ADVERTISEMENT
Merauke, BUMIPAPUA.COM - Jembatan gantung Kali Digoel menjadi akses utama ke Distrik Iwur di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.
ADVERTISEMENT
Jembatan yang terbuat dari tali rotan ini menjadi urat nadi ekonomi masyarakat setempat. Sebab, masyarakat di Distrik Iwur mengandalkan jembatan tersebut sebagai akses utama menuju Oksibil, Ibu Kota Pegunungan Bintang.
Distrik Iwur menjadi daerah yang berbatasan langsung dengan
Distrik Tarup, salah satu wilayah di Negara Papua Nugini. Selain itu, Iwur juga berbatasan dengan Distrik Waropko, Kabupaten Boven Digoel.
Pemerintah berencana membangun jembatan permanen di daerah ini, namun pembangunan jembatan saat ini terhenti.
Masyarakat di Distrik Iwur, Kabupaten Pegunungan Bintang Papua. (BumiPapua/Abdel Syah)
"Ini bagian atas Kali Digoel dan masuk jalur Jalan Trans Papua yang menghubungkan Pegunungan Bintang dan Boven Digoel,” kata Andi, salah satu warga setempat.
Andi yakin jika jembatan dan jalan sudah ada di daerah ini, pasti akses jalan darat bisa menekan harga kebutuhan pokok.
ADVERTISEMENT
Jarak dari Oksibil ke jembatan gantung Kali Digoel ditempuh 2 jam perjalanan darat. Lalu, dari jembatan ke Distrik Iwur ditempuh dengan naik ojek 4 kilometer.
“Selesai melewati jembatan gantung, untuk ke Distrik Iwur dilanjutkan dengan ojek, ongkosnya Rp 50 ribu per kepala. Yang ojek itu anak-anak di Distrik Iwur," jelas Andi.

Harga BBM Selangit

Jembatan gantung Distrik Iwur, Kabupaten Pegunungan Bintang Papua. (BumiPapua/Abdel Syah)
Akses jalan dan transportasi yang sulit ke Distrik Iwur, mempengaruhi harga BBM yang tembus Rp 50 ribu per liter.
“Masyarakat Distrik Iwur sangat mengandalkan Kota Oksibil sebagai daerah alternatif, karena jaraknya tergolong dekat. Warga di daerah ini mempunyai cara lain untuk menyeberangkan bahan pokok di Kali Digoel,” jelas Andi.
Biasanya masyarakat memanfaatkan tali dari arah berlawanan untuk menyeberangkan bahan pokok. Dengan kondisi seperti itu, tidak heran jika harga BBM eceran jenis Pertalite di Distrik Iwur mencapai Rp 50 ribu per liter.
ADVERTISEMENT
"Harga BBM yang mencapai Rp 50 ribu per liter bisa dimaklumi karena kondisi daerah yang sulit,” jelas Nikson, warga lainnya.
BBM di Distrik Iwur didatangkan dari Kota Oksibil dengan biaya perjalanan yang tidak murah.
Sebut saja dari Kota Oksibil ke jembatan gantung pakai kendaraan per kepala Rp 100 ribu. Belum lagi dari jembatan gantung ke Iwur naik ojek Rp 50 ribu. Berarti untuk transportasi sudah Rp 150 ribu per kepala. “Jadi, jika harga BBM tinggi di Iwur, ya wajar saja,” katanya.