Kayu Soang yang Erat dengan Kehidupan Masyarakat Adat Sentani Jayapura Papua

Konten Media Partner
18 Mei 2021 15:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kayu Soang yang menjadi tiang rumah warga di pesisir Danau Sentani (Dok foto: Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua)
zoom-in-whitePerbesar
Kayu Soang yang menjadi tiang rumah warga di pesisir Danau Sentani (Dok foto: Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Masyarakat Suku Sentani tak bisa dipisahkan dari Pohon Soang. Kayu Soang sejak dulu dipilih oleh masyarakat Suku Sentani sebagai bahan utama rumah panggung.
ADVERTISEMENT
Kayu soang dipilih sebagai tiang rumah karena dapat bertahan selama ratusan tahun. Hal ini merupakan pengetahuan kearifan lokal yang dimiliki oleh nenek moyang Sentani, sehingga masyarakat mampu menemukan jenis kayu yang terbaik untuk bahan konstruksi rumah mereka.
Batang pohon Soang berdiameter 15 hingga 20 sentimeter, biasanya digunakan sebagai tiang rumah. Pohon Soang dapat bertahan ratusan tahun. Sementara, jika menggunakan jenis kayu lain seperti Merbau, maksimum bertahan maksimum 10 tahun.
Pohon Soang dengan nama latin Xanthosthemon Novaguineense Valeton hanya tumbuh di pegunungan Cyclops, Papua. Pohon Soang termasuk endemik di Papua dan sudah dilindungi sejak 1987, sehingga sangat langka.
Saat ini, penebangan Pohon Soang terus terjadi. Salah satunya untuk arang kayu. Terlebih masa pertumbuhan kayu Soang cukup lama dan membutuhkan waktu minimal 50 tahun untuk mencapai diameter ideal untuk digunakan sebagai elemen tiang rumah.
ADVERTISEMENT
"Pohon Soang tergolong kayu yang tahan terhadap serangan perusak seperti rayap tanah, penggerek kayu, cendawan pelapuk putih dan cendawan pelapuk cokelat," jelas Hari Suroto, Arkeolog di Balai Arkeolog Papua, Selasa (19/5).
Kata Hari, masyarakat Sentani secara tradisional punya peraturan adat dalam memanfaatkan kayu Soang untuk membuat rumah mereka. "Mereka (masyarakat) tak sembarangan mengambil kayu di Cycloops, harus memilih kayu yang benar-benar sudah tua agar bangunan berbahan kayu Soang tidak cepat roboh," katanya.
Lanjut Hari, dalam mengambil kayu Soang juga dilakukan dengan khusus dan diatur secara adat, di mana tempat leluhurnya ambil, maka keturunannya juga akan mengambil kayu dari lokasi yang sama.
"Kayu ini hanya diambil untuk tiang rumah, tidak boleh untuk fungsi lain. Kayu Soang kini mulai habis untuk dibuat arang. Keunggulan kayu Soang yang panas baranya, mampu bertahan lama, serta dinilai lebih hemat untuk pembakaran menjadi alasan para pengelola rumah makan memilih kayu itu,"katanya.
ADVERTISEMENT

Kayu Prasejarah

Kayu Soang yang menjadi tiang rumah warga di pesisir Danau Sentani (Dok foto: Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua)
Hal ini berdasarkan hasil penelitian di Situs Ayauge, Kampung Doyo Lama, Danau Sentani bagian barat.
"Tiang-tiang ini merupakan bekas hunian prasejarah berupa rumah panggung di atas permukaan air. Kayu soang dikenal sebagai kayu keras dan mampu bertahan lama, hingga ratusan tahun sehingga secara tradisional oleh masyarakat Sentani dijadikan sebagai tiang rumah dan peralatan hidup lainnya," katanya.
Oleh masyarakat Sentani, kayu Soang yang dijadikan tiang rumah, tidak merubah bentuknya. Misalnya memotongnya menjadi balok panjang. Namun disesuaikan dengan kondisi asli kayu soang.
"Masyarakat Sentani biasanya membuat ukiran pada kayu Soang di tiang rumah. Ukiran ini berupa manusia, binatang mitologi seperti kadal, ikan, atau motif geometris," jelas Hari.