Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten Media Partner
Kerang Cypraea Moneta, Alat Bayar Masyarakat Pegunungan Tengah Papua
27 Juni 2020 20:32 WIB
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Kerang banyak tersedia di sepanjang pantai Papua, kerang merupakan sumber makanan berprotein tinggi.
ADVERTISEMENT
Kerang banyak berbagai jenis, slah satunya kerang jenis cypraea moneta. Kerang jenis ini memiliki fungsi lebih dari sekedar sumber makanan, kulitnya dapat digunakan sebagai alat tukar dalam transaksi perdagangan pada masa lalu sebelum dikenal mata uang kertas
Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menuturkan kulit kerang cypraea moneta biasa digunakan sebagai alat tukar dalam transaksi perdagangan pada masyarakat yang tinggal di pegunungan Papua pada masa prasejarah.
"Nilai tukar rumah kerang ini bervariasi tergantung umur dan sejarahnya. Rumah kerang yang paling tinggi nilainya bisa dipakai untuk membayar mas kawin perempuan yang diambil sebagai istri atau untuk membatalkan utang nyawa manusia yang diakibatkan oleh perang suku," jelasnya, Sabtu (27/6).
Kata hari, pada masa prasejarah, suku Mee, Ngalum, Timorini, dan Dani menggunakan kerang sebagai alat tukar dalam transaksi perdagangan.
ADVERTISEMENT
Komoditi utama yang diperdagangkan oleh masyarakat dataran tinggi umumnya adalah garam, mata pisau dari batu dan babi.
"Garam dan air garam ditambang orang yang datang dari tempat-tempat yang jauh, dengan cara mencelupkan serat-serat batang pisang ke dalam air yang berkadar garam yang kemudian diperas, sehingga yang tertinggal diantara serat-serat itu adalah garam saja," jelas Hari.
Lalu, serat-serat itu dikeringkan dan dibakar menjadi abu. Abu itu kemudian digosok-gosok dengan daun pisang hingga lembut, lalu dibungkus dengan daun menjadi semacam paket berbentuk oval dengan berat sekitar dua kilo per paket. Abu inilah yang mereka pakai sebagai garam.
Masyarakat Logo Mabel, yaitu salah satu konfederasi klen Dani menguasai sumber garam. Pada waktu tertentu menerima barang-barang berharga, berupa kerang cypraea moneta, tembakau, alat-alat yang terbuat dari besi.
ADVERTISEMENT
Sejumlah barnag berharga itu dibeli masyarakat Logo Mabel dari orang-orang yang mengambil garam secara perorangan, sedang kelompok-kelompok yang turut memanfaatkan garam itu seringkali memberikan bingkisan kepada kepala atau tokoh-tokoh adat setempat berupa babi.
Sementara Suku Mee yang tinggal di sekitar danau-danau Wissel menggunakan uang sebagai alat penukar. Uang mereka yang berupa kulit kerang cypraea moneta disebut kapaukumege.
Kapaukumege mempunyai nilai-nilai yang berbeda satu sama lain. Orang-orang Mee membedakan kapaukumege lama dengan kapaukumege baru berdasarkan kilau dan warnanya. Kapaukumege ama dianggap lebih tinggi nilainya daripada kapaukumege baru.
"Nilai tukar kapaukumege lama sama dengan 10 kapaukumege baru. Harga barang-barang dipengaruhi oleh banyaknya persediaan," jelasnya.
Orang Ngalum yang mendiami lembah di bagian selatan deretan pegunungan Jayawijaya tepatnya di daerah Pegunungan Bintang malahan menggunakan kulit kerang cypraea moneta yang disebut siwol, yang mempunyai nilai berbeda-beda, tergantung dari warna dan ukurannya.
ADVERTISEMENT
Nilai dari suatu benda diukur dengan nilai satu siwol. Karena itu orang Ngalum harus memiliki banyak siwol, yang mereka peroleh dari pantai selatan yakni daerah Merauke.
"Dalam berdagang, orang Ngalum menempuh jarak yang cukup jauh, sehingga daerah pesisir sekitar Merauke dan ke arah timur, sehingga mereka mempunyai hubungan dagang yang baik dengan penduduk sekitar perbatasan Papua Nugini karena berbatasan dengan Merauke," ujarnya.
Kemudian sebagian rumah kerang ini juga diperkirakan dibawa oleh masyarakat dataran tinggi Papua dari Selat Toreros dengan 2 cara yakni pertama melalui wilayah Marind-Muyu dan kedua melalui dataran tinggi Papua Nugini menuju kearah timur di wilayah yang saat ini tergolong wilayah perbatasan internasional.
Kerang jenis cypraea moneta berperan sebagai alat tukar dalam perdagangan bagi masyarakat pegunungan tinggi Papua. Nilai tukar rumah kerang bervariasi tergantung umur dan warna.
ADVERTISEMENT
Selain digunakan sebagai alat transaksi perdagangan dalam suku dan wilayahnya sendiri, kerang juga dipergunakan sebagi alat tukar dalam perdagangan dengan suku lain di luar wilayahnya.
Pemerintah Belanda mendirikan pusat pemerintahannya di daratan tinggi pada tahun 1938 di Enarotali, di tepi Danau Paniai. Tempat ini menjadi markas para administrator Belanda dan para missionaris mengenalkan Gulden kepada masyarakat sebagai alat pembayaran sehingga mengurangi fungsi kerang sebagai alat pembayaran.
Selain itu dengan adanya garam pabrik, sumber-sumber garam di Lembah Baliem mulai berkurang. Artinya, sejak itulah kerang sebagai uang untuk membayar upeti kepada pemilik kolam air asin sudah tidak ada lagi.