Kreasi Seniman Padukan Motif Purbakala pada Lukisan Kulit Kayu Sentani

Konten Media Partner
20 September 2020 18:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Corry Ohee, salah satu pelukis kulit kayu di Pulau Asei Sentani, Kabupaten Jayapura, memperlihatkan sebuah lukisan motif megalitik tutari. (Dok: Balai Arkeologi/Hari Suroto)
zoom-in-whitePerbesar
Corry Ohee, salah satu pelukis kulit kayu di Pulau Asei Sentani, Kabupaten Jayapura, memperlihatkan sebuah lukisan motif megalitik tutari. (Dok: Balai Arkeologi/Hari Suroto)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Pulau Asei yang berada di tengah Danau Sentani, Kabupaten Jayapura dikenal dengan surganya lukisan kulit kayu.
ADVERTISEMENT
Tak hanya melukis motif asli Setani, pelukis kulit kayu di Pulau Asei Sentani mengakui motif megalitik tutari yang merupakan motif purbakala menginspirasi pelukis kulit kayu untuk terus berkreasi.
Corry Ohee, salah satu pelukis kulit kayu di Pulau Asei Sentani menuturkan motif megalitik tutari, walaupun bentuknya sederhana, namun hasil karya yang ditonjolkan menggambarkan karya seni prasejarah di Danau Sentani.
"Motif megalitik tutari merupakan motif tertua karena peninggalan manusia prasejarah di Danau Sentani," jelasnya, Minggu (20/9).
Corry menyebutkan motif tutari merupakan motif tak mendetail. Berbeda selama ini yang dilukis oleh pelukis kulit kayu di Pulau Asei, rata-rata motif Asei lebih detail, halus, dan dikreasikan dengan perkembangan seni saat ini atau selera wisatawan.
Salah satu motif pada situs megalitik tutari yang berada di Sentani. (Dok: Balai Arkeologi/Hari Suroto)
"Wisatawan domestik lebih suka motif lukisan tifa, burung Cenderawasih, honai, atau lebih bernuansa Papua," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Saat ini kebanyakan pelukis kulit kayu lebih banyak membuat motif daun palem, awan, cicak, kadal, ikan, buaya, kelelawar, dan tikus air.
"Sedangkan wisatawan asing lebih suka ke motif asli Sentani dengan warna asli. Tapi wisatawan domestik lebih menyukai warna yang cerah, terang, dan kekinian," katanya.
Corry mengakui ia dan sejumlah pelukis kulit kayu lainnya melukis motif megalitik tutari, untuk para kolektor seni dan wisatawan asing.
"Kami yakin dengan motif yang lebih tua, akan bernilai tinggi. Nyatanya, walaupun motif tutari kelihatan sederhana bentuknya, ketika dilukiskan pada kulit kayu membutuhkan pengamatan dan waktu yang lebih lama agar detail seperti aslinya, sehingga hasilnya lebih artistik," ujarnya.
Peneliti Arkeolog pada Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menyebutkan motif megalitik tutari dapat dijadikan sumber kreativitas, selain untuk lukisan kulit kayu juga desain sablon kaos, desain logo, atau sumber inspirasi bagi pelukis kanvas.
ADVERTISEMENT
"Motif megalitik tutari sudah dijadikan buku muatan lokal yang diajarkan pada siswa sekolah menengah. Dalam buku muatan lokal ini juga memuat tentang panduan praktek motif megalitik tutari untuk produk ekonomi kreatif termasuk batik motif megalitik Tutari," jelas Hari yang sedang melakukan penelitian di daerah Danau Sentani.