Konten Media Partner

Manusia Purbakala 2590 Tahun Silam Hidup di Danau Sentani Papua

6 Oktober 2020 19:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menhir yang dipercaya sebagai batu perempuan, sedangkan batu kecil di sampingnya dipercaya sebagai batu anak yang berada di dasar Danau Sentani.. (Dok Balai Arkeologi Papua/Hari Suroto)
zoom-in-whitePerbesar
Menhir yang dipercaya sebagai batu perempuan, sedangkan batu kecil di sampingnya dipercaya sebagai batu anak yang berada di dasar Danau Sentani.. (Dok Balai Arkeologi Papua/Hari Suroto)

Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Manusia purbakala 2590 tahun silam hidup di Danau Sentani, Kabupaten Jayapura.

ADVERTISEMENT
Hal ini dipastikan dengan temuan benda purbakala zaman neolitik di dasar perairan Danau Sentani.
ADVERTISEMENT
Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menyebutkan manusia Prasejarah mulai menghuni dan menetap di kawasan Danau Sentani sekitar 2590 tahun yang lalu.
"Atau 500 tahun sebelum Yesus lahir. Hal ini diketahui dari pertanggalan radiokarbon pada sampel arang yang ditemukan dalam ekskavasi di Situs Yomokho, Sentani timur," katanya, Selasa (6/10).
Gerabah motif buaya ditemukan di perairan Danau Sentani bagian barat. (Dok Balai Arkeologi Papua/Hari Suroto)
Benda purbakala lain yang ditemukan di dasar perairan Danau Sentani adalah benda-benda berukuran kecil berupa kapak batu atau tomako batu, pecahan gerabah, dayung perahu, dan mata panah terbuat dari kayu soang.
Kata Hari, temuan ini menjadi bukti bahwa manusia pada masa tersebut sudah hidup menetap dan tinggal dalam perkampungan berupa kumpulan rumah panggung di atas air di kawasan Danau Sentani.
“Termasuk tinggalan zaman megalitik ditemukan di sekitar Pulau Mantai, yakni batu beranak dan batu rejeki,” ujarnya, Selasa (6/10).
ADVERTISEMENT
Hari menyebutkan benda-benda yang berada di dasar Danau Sentani ditemukan secara tidak sengaja oleh masyarakat yang menyelam atau molo-dalam bahasa Sentani yang berarti menangkap ikan sambil menyelam.
“Perlu diteliti kembali untuk menjadi kajian arkeologi bawah air. Hingga kini, Balai Arkelogi Papua belum melakukan penelitian arkeologi bawah air di Danau Sentani. Hal ini karena keterbatasan peralatan menyelam dan tidak ada SDM peneliti yang memiliki sertifikasi menyelam,” jelasnya.
Menhir berukir di Pulau Asei, sebuah kampung di pesisir Danau Sentani. (Dok Balai Arkeologi Papua/Hari Suroto)
Hari menambahan ke depan, Balai Arkeologi Papua akan melakukan penelitian arkeologi bawah air dengan melibatkan peneliti arkeologi bawah air dari luar Papua.
Daud Wally, tokoh masyarakat Dondai Sentani menyebutkan peninggalan purbakala dapat terlihat di perairan Danau Sentani dikarenakan air di danau sedang surut.
ADVERTISEMENT
“Volume surut air ini lebih dari biasanya. Pengalaman kami di kampung, surutnya air danau ini paling rendah. Ini yang menyebabkan sejumlah benda peninggalan bersejarah terlihat dengan mata telanjang dari permukaan,” katanya.
Daud menambahan surutnya air Danau Sentani terjadi sejak Maret 2020 hingga saat ini.
“Dua tahun lalu, air danau meluap sampai melebihi batas dan tahun ini, air mengering juga melebihi batas dari biasanya,” jelasnya.
Daud memastikan masyarakat di sekitar Danau Sentani tak pernah memindahkan atau mengambil benda-benda ini dari dasar Danau Sentani
“Palingan kami hanya melihat benda-benda ini dari permukaan atau bisa dilihat saat masyarakat molo,” ujarnya.