Motif Purbakala Megalitik Tutari pada Gerabah Abar Papua

Konten Media Partner
4 Oktober 2020 14:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mama Barbie saat membuat gerabah dengan motif purbakala megalitik Tutari. (Dok Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua)
zoom-in-whitePerbesar
Mama Barbie saat membuat gerabah dengan motif purbakala megalitik Tutari. (Dok Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua)

Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Motif purbakala megalitik Tutari menyasar ke gerabah Abar yang dibuat oleh masyarakat di Kampung Abar, Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.

ADVERTISEMENT
Kampung Abar, Distrik Ebungfauw, Kabupaten Jayapura dikenal sebagai kampung gerabah. Bahkan Kampung Abar menjadi satu-satunya kampunga di Papua yang masyarakatnya masih eksis membuat gerabah.
ADVERTISEMENT
Salah satu pengrajin gerabah di Kampung Abar, Barbalina Ebalkoi atau biasa disapa Mama Barbie berkisah bahwa sejak kecil ia telah mahir membuat gerabah bersama sang mama.
Sa (saya) su (sudah) mewarisi alat-alat yang dipakai untuk membuat gerabah dari mama,” katanya, ketika ditemui di Kampung Abar, pada Sabtu (3/10).
Kebanyakan gerabah yang dibuatnya dalam bentuk sempe atau wadah yang biasa digunakan untuk membuat papeda atau tempat untuk makan papeda.
Social Distancing
Mama Barbie saat membuat gerabah dalam bentuk sempe yang biasa digunakan untuk masak ikan kuah kuning. (Dok Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua)
Mama Barbie menyebutkan dalam membuat gerabah, semua dikerjakan seorang diri, mulai dari mengambil tanah liat di lereng bukit sebelah barat Kampung Abar, memilih tanah liat yang terbaik, dan membawanya pulang dengan noken. Kemudian, sampai di rumah didiamkan dulu beberapa hari supaya zat asam dari tanahnya hilang.
ADVERTISEMENT
“Biasanya sa membuat gerabah usai menjaring ikan. Saya menjaring ikan pagi, lalu siangnya disela-sela waktu luang bisa membuat gerabah,” jelasnya.
Gerabah Abar kebanyakan dibuat oleh kaum perempuan di kampung tersebut. Hampir setiap hari, kaum perempuan di Kampung Abar ada yang menghasilkan gerabah dari tanah liat.
Dalam pembuatan gerabah pun tak dilakukan berkerumun atau berkumpul pada satu tempat. Sebab pembuatan gerabah biasa dilakukan di rumah masing-masing.
“Jadi sebelum pandemi corona menyerang, kami sudah menerapkan social distancing atau tak berkerumum,” jelas Mama Barbie.
Perpaduan Motif
Gebara-gearaba Abar yang dibuat Mama Barbie. (Dok Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua)
Mama Barbie menyebutkan sempe biasa digunakan untuk masak ikan kuah kuning.
“Sempe yang saya buat biasanya tanpa motif atau polos tanpa hiasan. Kalaupun ada motif, hanya sebatas garis,” katanya.
ADVERTISEMENT
Walau begitu, Mama Barbie mencoba sejumlah motif baru pada gerabah buatannya, seperti motif megalitik Tutari yang merupakan peninggalan zaman neolitikum akhir.
“Motif megalitik Tutari saya lihat dari buku Lukisan Megalitik Tutari milik cucu saya yang sekolah SMP. Banyak motif ikan di batu besar Tutari, saya coba beri hiasan sempe dengan motif ikan Tutari, hasilnya sangat cantik,” jelasnya.
Naftali Felle, Ketua kelompok pengrajin gerabah Titian Hidup Kampung Abar menyebutkan sebuah gerabah atau sempe yang diberi hiasan motif megalitik Tutari, terutama motif ikan terlihat bagus dan menarik.
Menurut Naftali, sempe dibuat untuk wadah makan papeda dengan lauk ikan berkuah kuning. Sempe yang bergambar motif ikan megalitik Tutari sangat cocok dipakai saat ada jamuan dengan menyajikan ikan kuah kuning.
ADVERTISEMENT
“Saya akan menggerakan ibu-ibu pengrajin gerabah Abar untuk menghias motif Tutari pada sempe yang mereka buat,” katanya.
Motif Megalitik Tutari
Gerabah dengan motif purbakala megalitik Tutari. (Dok Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua)
Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menyebutkan Situs Megalitik Tutari merupakan peninggalan manusia prasejarah. Peninggalan ini berupa bongkahan-bongkahan batu bergambar.
Motif yang digambarkan berupa motif manusia, flora, fauna, benda budaya dan garis geometris. Yang menarik adalah fauna yang digambarkan adalah fauna endemik danau sentani.
Terutama ikan asli Danau Sentani, termasuk ikan hiu gergaji dan ikan pelangi. Seperti diketahui ikan hiu gergaji Sentani sudah punah dan hanya tersisa pada bongkahan batu Situs Megalitik Tutari.
Motif Megalitik Tutari harus dilestarikan, salah satu caranya adalah menghidupkannya kembali pada seni Sentani masa kini termasuk pada gerabah Abar.
ADVERTISEMENT
“Ini adalah bagian dari kontribusi penelitian arkeologi pada ruang lingkup SDGs atau Sustainable Development Goals disebut juga Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Motif megalitik Tutari harus dilestarikan dan harus bermanfaat pada kesejahteraan masyarakat sekitar situs, dalam hal ini masyarakat yang tinggal di Danau Sentani,” jelasnya.