Nasib Noken Papua di era 4.0

Konten Media Partner
4 Desember 2021 12:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penjualan noken pada salah satu stand pameran di Kota Jayapura. (Foto: BumiPapua.com/Katharina)
zoom-in-whitePerbesar
Penjualan noken pada salah satu stand pameran di Kota Jayapura. (Foto: BumiPapua.com/Katharina)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Setiap 4 Desember selalu diperingati sebagai hari noken Papua. UNESCO pada 4 Desember 2012, menetapkan noken sebagai warisan budaya tak benda.
ADVERTISEMENT
Pada perhelatan PON XX 2021, noken menjadi oleh-oleh yang paling dicari oleh atlet, ofisial, maupun wisatawan PON. Saat perhelatan olahraga empat tahunan ini, noken mudah dijumpai di sepanjang jalan depan Stadion Lukas Enembe atau venue lainnya.
Dalam penjualannya, noken biasa dijual oleh perempuan Papua, termasuk dalam membuat noken, perempuanlah yang paling berperan.
Penjualan noken yang dilakukan oleh mama asli Papua di Kta Jayapura. Foto: BumiPapua.com/Katharina)
Noken Papua bisa terbuat dari benang wol hinga akar anggrek. Tergantung bagaimana kebutuhan konsumen.
Sayangnya, Papua belum memiliki lokasi terpusat penjualan noken asli Papua. Kenyataannya, noken sampai saat ini dijual pada lapak sederhana atau dijual dengan cara lesehan di trotoar. Noken yang dibuat oleh mama asli Papua dijual dengan harga bervariasi, mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
ADVERTISEMENT
Seusai PON XX Papua, cara jualan mama Papua tetap sama, berjualan di tepi jalan dengan lapak sederhana, noken digantung begitu saja dengan lapak seadanya.
Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto berharap 8 tahun noken diakui sebagai warisan UNESCO. Saatnya noken Papua masuk dalam era 4.0 atau cyber physical system.
"Pada era ini, harusnya noken tidak perlu dijual di lapak sederhana tepi jalan, tetapi noken dapat dipromosikan melalui platform digital atau e-commerce agar proses pemasarannya lebih masif," kata Hari, Sabtu (4/12).
Lanjut Hari, selain promosi secara digital, juga dalam transaksi penjualan sudah saatnya beralih pada pembayaran digital. Pembayaran digital memberikan kemudahan serta keamanan bagi penggunanya dalam melakukan transaksi, pembayaran dapat dilakukan melalui fasilitas e-banking.
ADVERTISEMENT
"Hingga saat ini e-commerce memberikan pengalaman berbelanja yang lebih mudah untuk digunakan serta nyaman dibandingkan dengan cara lain," katanya.
Penjualan noken pada salah satu stand pameran di Kota Jayapura. (Foto: BumiPapua.com/Katharina)
Belajar dari Papua Nugini, tas tradisional yang serupa dengan noken di sana disebut dengan istilah bilum. Bilum di Papua Nugini (PNG) sudah go internasional, menjadi komoditas ekspor ke negara-negara Pasifik selatan. Hal ini karena dididukung oleh pemerintah PNG, dengan pelatihan pada para pengrajin, promosi dan bekerjasama dengan desainer kelas dunia, hal ini yang menjadikan bilum PNG berkelas.
Hari menyebutkan berjualan noken di lapak sederhana tepi jalan atau lesehan di trotoar sangat berisiko. Untuk itu di era 4.0, pemasaran noken dapat melibatkan generasi milenial Papua yang melek internet.
"Generasi milenial dan influencer Papua perlu memberikan pendampingan pada mama-mama penjual noken. Selain itu, para pemilik platform e-commerce perlu memberikan peluang dan dukungan untuk penjualan noken secara digital," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dukungan ini dapat dilakukan oleh BUMN melalui CSR, dengan memberikan ruang digital dan fasilitas untuk mama-mama Papua. Selamat Hari Noken.
Pengamat UMKM Papua, Sindung Rizkiyanto menyebutkan di zaman serba digitalisasi saat ini, beberapa pengrajin noken Papua sudah menjual hasil produknya pada layanan digital.
"Walaupun belum merata, penjualan noken Papua dengan aplikasi digital sudah ada. Kami berharap ada peran bersama untuk meningkatkan pemasaran produk lokal Papua, terlebih di era industri 4.0," Sindung berharap.