Peneliti Temukan Lumpang Prasejarah di Jayapura

Konten Media Partner
6 Oktober 2019 15:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cekungan atau lubang lumpang pada bongkahan batu yang berfungsi sebagai lumpang atau menumbuk biji-bijian pada masa prasejarah, yang ditemukan di Distrik Waibum, Kabupaten Jayapura. (Foto dok: Peneliti Balai Arkaeologi Papua)
zoom-in-whitePerbesar
Cekungan atau lubang lumpang pada bongkahan batu yang berfungsi sebagai lumpang atau menumbuk biji-bijian pada masa prasejarah, yang ditemukan di Distrik Waibum, Kabupaten Jayapura. (Foto dok: Peneliti Balai Arkaeologi Papua)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM - Peneliti dari Balai Arkeologi Papua menemukan bongkahan batu besar yang yakni lumpang atau batu yang berfungsi untuk menumbuk biji-bijian pada masa prasejarah. Bongkahan batu ini ditemukan di Lapangan Tembak Kodam XVII Cenderawasih, Gunung Bakso, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua.
ADVERTISEMENT
Menurut Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto, lumpang batu terdiri dari bidang atas berupa cekungan atau lubang (tidak tembus) berukuran 20-35 cm yang terletak di bagian tengahnya, sedangkan bagian bidang samping merupakan badan lumpang.
“Cekungan atau lubang lumpang merupakan bagian terpenting dari alat ini,” katanya, Minggu (6/10).
Hari melanjutkan, jenis batu-batuan yang dipakai untuk lumpang ini berupa batu gabro yakni jenis batuan yang banyak terdapat di Gunung Bakso, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua.
“Lumpang ini berfungsi untuk menumbuk biji-bijian atau menumbuk ramuan tumbuhan. Hal ini terlihat pada permukaan yang aus dan bentuk cekungan yang dalam, serta menunjukkan keausan akibat pemakaian atau penggerusan,” jelas Hari.
Bongkahan batu besar yang berfungsi sebagai lumpang atau batu yang berfungsi menumbuk biji-bijian pada masa prasejarah. Bongkahan batu ini ditemukan di Distrik Waibum, Kabupaten Jayapura. (Foto dok Peneliti Balai Arkeologi Papua)
Selain itu, pada permukaan bongkahan batu terdapat lukisan prasejarah yang sudah aus, lukisan ini dibuat dengan menggoreskan batu, teknik menggambar ini memiliki kesamaan dengan Situs Megalitik Tutari yang ada di Doyo Lama, Kabupaten Jayapura, Papua.
ADVERTISEMENT
“Berdasarkan hal ini, maka lukisan prasejarah pada bongkahan batu ini diperkirakan seumuran dengan Situs Megalitik Tutari di Doyo Lama,” jelas Hari.
Istilah Gunung Bakso berasal dari masyarakat Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, yang sering makan bakso di jalan masuk ke lapangan tembak.
“Di tempat itu menjadi pangkalan tukang bakso keliling untuk beristirahat,” katanya. (Fitus Arung)