Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten Media Partner
Pengungsi dari Nduga Tinggal di Rumah Keluarga di Wamena
21 Juli 2018 10:35 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
![Pengungsi dari Nduga Tinggal di Rumah Keluarga di Wamena](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1532143825/Kepala_Rombongan_Pengungsi_Nduga_pwadhh.jpg)
ADVERTISEMENT
Ketua Rombongan Pengunsi Depius Telenggen tiba di Wamen. (BumiPapua.com/Stefanus)
Wamena, BUMIPAPUA.COM – Sebanyak 33 orang pengungsi dari Kabupaten Nduga yang sejak kemarin tiba di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, memilih tinggal bersama keluarganya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Ketua Rombongan Pengunsi Depius Telenggen menyebutkan tak ada penampungan khusus atau penampungan sementara bagi pengungsi dari Nduga.
“Kalau di sini (Wamena), kami tidak perlu tinggal di tempat penampungan lagi, karena keluarga dan kampung kami ada juga di Wamena. Sebagian dari kami memiliki rumah juga di Wamena dan memang kami berasal dari tempat ini,” katanya, ketika ditemui di Wamena, Sabtu (21/7).
Depius menyebutkan ia dan warga Nduga lainnya akan kembali ke Kenyam hingga situasi aman. Apalagi ia dan beberapa Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ikut dalam rombongan memang bekerja di Kenyam.
Hingga saat ini berdasarkan pantauan BumiPapua.com, belum ada pihak yang merespon untuk memberikan bantuan, baik berupa uang maupun logistik makanan atau bantuan lainnya kepada pengungsi Nduga ini.
ADVERTISEMENT
Sehari sebelumnya, 33 orang pengungsi tiba di Wamena dengan menggunakan pesawat Hercules dari Merauke. Para pengungsi itu keluar dari Nduga pada 17 Juli 2018, karena suasana tak aman di daerahnya.
Para pengungsi itu berjuang keluar dari Nduga secara bertahap melalui Batas Batu yang terletak diperbatasan Nduga dan Asmat. Lalu melanjutkan perjalanan ke Asmat dengan perahu tradisional, longboat yang terbuat dari kayu.
Setelah itu, para pengungsi bertahan di Asmat selama 4 hari, sebelum akhirnya menumpang kapal milik Pelni KM Tatamailau dari Asmat menuju Merauke.
Dalam pengungsiannya di Merauke, ke-33 orang dilayani dan difasilitasi dengan baik oleh Pemkab Merauke. Ke-33 orang pengungsi sempat ditempatkan pada penampungan sementara di Panti Asuhan Kartini yang terletak di Jalan Parakomando, Merauke, termasuk memberikan fasilitas tempat tidur, selimut dan makanan selama ini penampungan sementara.
ADVERTISEMENT
(Stefanus)