Penutur Bahasa Suku Marori Merauke Tersisa 13 Orang

Konten Media Partner
24 Oktober 2021 17:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suku Marind di Merauke. (BumiPapua.com/Abdel Syah)
zoom-in-whitePerbesar
Suku Marind di Merauke. (BumiPapua.com/Abdel Syah)
ADVERTISEMENT
Merauke, BUMIPAPUA.COM- Adalah Suku Marori Manggey salah satu sub suku dari Suku Marind dari Merauke.
ADVERTISEMENT
Suku Marori hidup berpindah tempat di dalam kawasan hutan Wasur. Mengandalkan sumber daya alam di hutan. Layaknya, kebanyakan suku di Papua.
Berdasarkan jumlah individu, suku ini berjumlah 500-an jiwa. Namun, terkait budaya dan bahasa daerah, Suku Marori Menggey berada dalam kategori terancam punah.
Agustinus Mahuze, pemuda Suku Marori Manggey yang juga sebagai Asisten Peneliti Program Dokumentasi Bahasa dari I Wayan Arka seorang Guru Besar Linguist dari The Australian National University menjelaskan hingga kini, penutur bahasa dari Suku Marori Manggey tersisa 13 orang.
"Sementara dari sisi seni dan budaya, tersisa satu orang saja yang bisa mempraktikan seni tarian dan budaya Suku Marori Manggey," jelas Agus, Minggu (24/10).
Agus yakin masih ada kesempatan untuk melestarikan bahasa, seni dan budaya Suku Marori Menggey, namun harus didasari komitmen yang serius dari pemerintah, baik dari pusat dan daerah.
ADVERTISEMENT
Suku Marory Manggey hidup berdampingan di dalam kawasan Taman Nasional Wasur yang menjadi sumber penghidupannya. Tidak heran, sebagian dari wilayah Taman Nasional Wasur yang berbatasan dengan Papua Nugini merupakan hutan dusun milik suku ini.
Universitas Musamus melakukan kerja sama dengan Balai Taman Nasional Wasur (BTNW) untuk pendampingan Suku Marori dalam pengelolaan sumber daya alam di sekitarnya. Salah satunya pemanfaatan sarang semut yang dijadikan minuman herbal teh celup sarang semut.
“Hal ini juga dilakukan agar Suku Marori tak lagi berpindah tempat dalam menjalani hidupnya dan dapat fokus pada pengembangan sumber daya alam yang dapat meningkatkan perekonomian,” jelas Peniliti Bidang Pendidikan Ekonomi Universitas Musamus (Unmus) Merauke, Agus Candra.