Perempuan di Papua Masih Jadi Objek Kekerasan Domestik dan Publik

Konten Media Partner
10 Desember 2019 11:53 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
16 hari anti kekerasan terhadap perempuan. (BumiPapua.com/Katharina)
zoom-in-whitePerbesar
16 hari anti kekerasan terhadap perempuan. (BumiPapua.com/Katharina)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM - Perempuan di Papua dan Papua Barat menyoroti minimnya perhatian pemerintah terhadap perempuan, serta masih banyaknya perempuan yang menjadi objek kekerasan di ranah domestik dan publik.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini dilakukan pada kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan yang dilaksanakan mulai 25 November hingga 10 Desember 2019 di tanah Papua.
Kampanye dilakukan bersama antara elemen organisasi non pemerintah dan individu-individu yang terhimpun Koalisi Masyarakat Sipil.
Kampanye tahun ini mengangkat tema Perempuan bergerak selamatkan manusia Papua, merupakan tanggungjawab dan komitmen untuk memperjuangkan hak-hak perempuan.
Direktur Aliansi Demokrasi untuk Papua (ALDP), Latifa Anum Siregar yang juga mewakili Koalisi Masyarakat Sipil menyebutkan rangkaian aktivitas yang beragam sebagai bagian dari komitmen untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dalam berbagai aspek.
"Kami yakin, di masa mendatang koalisi ini makin kuat untuk melakukan agenda-agenda strategis bagi perempuan di Papua," kata Anum, Selasa (10/12).
16 hari anti kekerasan terhadap perempuan. (BumiPapua.com/Katharina)
16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dilakukan sebagai gerakan bersama jaringan masyarakat sipil dan komunitas yang bertujuan untuk menggalang dukungan publik terhadap situasi perempuan di Papua dan Papua Barat, agar terbangun ruang aman bagi perempuan.
ADVERTISEMENT
"Hingga kini, kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan dan kekerasan akibat konflik masih terjadi. Kita masih terus menutup mata akan hal itu," jelasnya.
Untuk menekan kekerasan terhadap perempuan di Bumi Cenderawasih, koalisi bersama ini telah melakukan sejumlah kegiatan, diantaranya pembukaan Posko Konsultasi dan Pengaduan Kasus Kekerasan terhadap Perempuan, liputan isu perempuan dan publikasi opini terkait isu perempuan, pemutaran film di komunitas-komunitas anak muda dan gereja, workshop tentang kesehatan reproduksi.
Termasuk koalisi bersama melakukan workshop tentang perempuan dan perdamaian, bedah buku, Sa Ada Di Sini, jejak petualang dan story telling, hingga diskusi perempuan lintas denominasi gereja. Termasuk konten medsos tentang peristiwa kekerasan di paniai dan kampanye pada puncak peringatan hari HAM pada 10 Desember 2019 di Jayapura.
16 hari anti kekerasan terhadap perempuan. (BumiPapua.com/Katharina)
Selain di Kota Jayapura, kegiatan juga dilaksanakan bersama dengan pengungsi Nduga di Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Termasuk di lokasi pengungsian masyarakat Nduga yakni Kampung Ilekma Wamena.
ADVERTISEMENT
"Koalisi melaksanakan diskusi-diskusi dan penguatan serta menyalakan lilin untuk memperingati 1 tahun kehidupan di pengungsian," jelasnya.
Sementara itu, Pendeta Magdalena dari KPKC Sinode GKI di tanah Papua mengapresiasi partisipasi semua unsur masyarakat yang terlibat pada kampanye bersama 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.
"Kampanye ini diharapkan mendorong setiap individu, laki-laki maupun perempuan menyadari akan haknya dan membantu orang lain untuk memperoleh hak-haknya," ujarnya.
Puncak kegiatan Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan akan dilaksanakan pada hari ini, (10/12) di Dewan Kesenian Tanah Papua, Jayapura dengan kegiatan pentas musik dan para-para perempuan, stand up komedi bersama Yewen, dan fragmen.