Profil Nabire, Ibu Kota Provinsi Papua Tengah

Konten Media Partner
1 Juli 2022 21:26 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kantor Bupati Nabire, Provinsi Papua Tengah. (Foto istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Kantor Bupati Nabire, Provinsi Papua Tengah. (Foto istimewa)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Nabire ditetapkan menjadi ibu kota Provinsi Papua Tengah berdasarkan UU Daerah Otonomi Baru (DOB) Papua yang disahkan DPR RI pada 30 Juni 2022.
ADVERTISEMENT
Provinsi Papua Tengah terdiri dari 7 kabupaten yakni Kabupaten Nabire, Deiyai, Dogiyai, Paniai, Intan Jaya, Puncak dan Mimika.
Nabire terletak di kawasan Teluk Cenderawasih Provinsi Papua dan Samudra Pasifik. Nabire berada di atas tiga lempeng bumi, kawasan Nabire rawan akan gempa bumi.
BPS Papua mencatat penduduk Nabire pada 2021 berjumlah 172.914 jiwa yang tersebar pada 15 distrik dengan 72 kampung definitif, 9 kelurahan dan 8 kampung persiapan. Distrik Nabire memiliki jumlah kampung terbanyak yakni 9 kelurahan dan 4 kampung.
Secara astronomis, Kabupaten Nabire terletak di antara 2°28"–3°56" Lintang Selatan dan 134°33"–136°15" Bujur Timur. Secara administrasi pada tahun 2012, luas wilayah Kabupaten Nabire adalah 12.075,00 Km² dan panjang garis pantai 473 Km² serta luas lautan 914.056,96 Ha.
ADVERTISEMENT
Bupati Nabire, Mesak Magai berterima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja keras untuk pembentukan Provinsi Papua Tengah.
Ia yakin dengan pembentukan 3 provinsi baru di tanah Papua akan berdampak baik bagi generasi ke depan.
“Kita berkarya untuk pemekaran provinsi hari ini untuk anak cucu yang menikmati. Kami terima dengan suka cita pemekaran ini,” katanya, Jumat (1/7/2022).
Mesak menjelaskan tujuan pemekaran adalah memperpendek rentan pelayanan kepada warga. Masyarakat yang sebelumnya mengeluh Nabire tidak bersih, jaminana keamanan tak ada, jalan tidak baik hingga mengeluh terhadap pelayanan Kesehatan, akan diperbaiki keadaannya.
"Nantinya dengan pemekaran ini akan dibangun rumah sakit besar untuk masyarakat dan juga jaminan keamanan yang terus ditingkatkan," jelasnya.
Sementara itu, Bupati Puncak, Willem Wandik menjelaskan dengan pemekaran Papua, maka masyarakat setempat mendapatkan berkah karena tiga RUU pemekaran telah disetujui DPR RI menjadi UU DOB.
ADVERTISEMENT
“Sehingga daerah yang cukup jauh tertinggal, terbelakang, dengan adanya pemekaran provinsi membuat satu kendali pemerintahan,” ujarnya.
Wisata berenang dengan hiu di Nabire. (BumiPapua.com/Liza Indriyani)
Ia yakin, pemekaran Papua membawa kesejahteraan bagi masyarakat Papua. Pihaknya berharap dengan pemekaran, dapat terjadi percepatan pembangunan di Bumi Cenderawasih.
“Ini sejarah peradaban baru di Tanah Papua. Kami atas nama orang Papua menyampaikan terima kasih atas kehadiran Provinsi Papua Tengah. Mudah-mudahan dengan adanya ini, daerah Papua cepat maju dan terkendali, serta komunikasi pemerintahan semua bisa berjalan,” katanya.

Topografi

Kabupaten Nabire memiliki topografi yang bervariasi yaitu wilayah datar ± 47 persen dari luas wilayah tersebar di sepanjang wilayah pantai dan wilayah perbukitan ± 53 persen tersebar di daerah pedalaman (pegunungan).
Dilansir dari Wikipedia, berdasarkan Hasil Penelitian Lembaga Penelitian Tanah (Balai Tanah) Bogor tahun 1964, jenis-jenis tanah di Kabupaten Nabire terbagi atas:
ADVERTISEMENT
Wilayah Nabire mayoritas jenis tanah Alluvial Endapan Sungai dan Tanah-Tanah Potzolik. Sedang daerah yang sering digenangi air terdapat tanah-tanah BOG dan LOW Humiegley yang hakikatnya merupakan tanah yang berasal dari bahan Endapan Sungai.
Wilayah Yaur : Terdapat jenis tanah Potzolik Merah Kuning dan Hidromarf Kelabu.
Wilayah Pedalaman : Terdapat mayoritas jenis Tanah Potzolik dan Tanah Coklat Hidromarf Kelabu.
Berdasarkan perbedaan ketinggian muka tanah, Wilayah Kabupaten Nabire dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) Zona, yaitu a. Zone Dataran rendah dengan ketinggian 0–600 mdpl. b. Zone Ketinggian sedang dengan ketinggian 600–1500 mdpl. c. Zone Dataran tinggi dengan ketinggian di atas 1500 mdpl

Nama Nabire

Salah satu sudut jalan di Nabire. (Foto istimewa)
Ada beberapa versi asal dan arti kata Nabire. Berdasarkan cerita dari Suku Wate, kata Nabire berasal dari Nawi yaitu kondisi alam Nabire yang dulunya banyak terdapat jangkrik, terutama di sepanjang kali Nabire.
ADVERTISEMENT
Lama kelamaan kata Nawi mengalami perubahan penyebutan menjadi Nawire dan akhirnya menjadi Nabire.
Menurut versi suku Yerisiam, Nabire berasal dari kata Navirei yang artinya daerah ketinggalan atau daerah yang ditinggalkan.
Penyebutan Navirei muncul sebagai nama suatu tempat digelarnya pesta perdamaian antara suku Hegure dan Yerisiam. Pengucapan Navirei kemudian berubah menjadi Nabire yang secara resmi dipakai untuk menamai daerah tersebut. Penetapannya dilakukan oleh Bupati pertama, yaitu almarhum AKBP Surojotanojo.
Versi lain suku ini bahwa Nabire berasal dari Na Wyere yang artinya daerah kehilangan. Pengertian ini berkaitan dengan terjadinya wabah penyakit yang menyerang penduduk setempat, sehingga banyak yang meninggalkan Nabire hingga daerah itu menjadi sepi. Lambat laun penyebutan Na Wyere berubah menjadi Nabire.
ADVERTISEMENT
Versi lain dari suku Hegure adalah Nabire berasal dari Inambre yang artinya pesisir pantai yang ditumbuhi oleh tanaman jenis palemseperti pohon sapu ijuk, pohon enau hutan, pohon namun dan jenis pohon lainnya. Akibat adanya hubungan/komunikasi dengan suku pendatang, lama kelamaan penyebutan Inambre berubah menjadi Nabire.

Pembangunan Nabire

Setelah Irian Barat, kini Papua kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi, maka dengan Surat Keputusan Wakil Perdana Menteri Republik Nomor : 120/PM/1965 tanggal 23 November 1965, Paniai ditetapkan menjadi Kabupaten Administratif yang terlepas dari Kabupaten Jayawijaya, dengan Ibu kota Enarotali.
Berhubung Ibu kota Enarotali berada di daerah pedalaman, maka berdasarkan pertimbangan efektivitas dan efisiensi, Ibukota Kabupaten Paniai dipindahkan dari Enarotali ke Nabire pada tahun 1966.
ADVERTISEMENT
Pemindahan ibu kota ke Nabire karena wilayahnya terletak di daerah pantai yang merupakan pintu masuk ke daerah pedalaman melalui transportasi laut.
Pemindahan ibu kota dari Enarotali ke Nabire sesuai dengan Surat Usul Bupati Administratif Paniai Nomor : 1035/PU/66 tanggal 17 Oktober 1966.
Sejalan dengan Pergantian Undang-undang Pemerintahan daerah, yaitu nomor 18 tahun 1965, maka Pemerintah Pusat menetapkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1969 tentang Pembentukan Provinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Irian Barat.

Wisata Nabire

Wisata Nabire sangat beragam dengan deretan pantai indah yang memukau. Nabire juga dikenal dengan berenang hiunya yang jinak.
Untuk melihat hiu-hiu tersebut, harus menyeberang pulau terlebih dahulu dan meminta bantuan penduduk setempat.
Selain itu, kuliner khas Nabire adalah pisang dan keladi masak santan.
ADVERTISEMENT
Kuliner lainnya adalah kerang laut yang direbus. Olahan kerang lainnya yaitu dimasak dalam bambu. Kerang dipecah, diambil dagingnya, kemudian daging kerang dimasukkan dalam bambu, dan dipanaskan dalam bara api hingga dapat dinikmati.
Kuliner unik lainnya yaitu pisang tongkat langit yang dibakar, dimakan dengan kelapa tua mentah, tanpa diparut