Pulau Biak Bersiap Diri Dukung Pembangunan Bandara Antariksa

Konten Media Partner
17 Maret 2021 13:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bupati Biak Numfor, Herry Ario Naap. (Dok Humas Pemkab Biak Numfor)
zoom-in-whitePerbesar
Bupati Biak Numfor, Herry Ario Naap. (Dok Humas Pemkab Biak Numfor)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Pemda Biak Numfor mendukung adanya pembangunan bandara antariksa yang akan dibangun di Biak, Provinsi Papua.
ADVERTISEMENT
Dukungan dan komitmen ini diutarakan Bupati Biak Numfor, Herry Ario Naap bersama tokoh adat dan masyarakat setempat, saat bertemu dengan Kepala LAPAN belum lama ini.
Bupati Herry menjelaskan dalam proses pembangunan bandara antarikasa, harus melalui sosialisasi, guna memberikan pemahaman dampak positif dan negatif bagi masyarakat.
"Termasuk apa yang menjadi hak-hak dan keberpihakan untuk masyarakat Biak secara khusus dengan pembangunan bandara antariksa ini," jelas Bupati Herry, seperti dilansir dari Youtube Humas Biak Numfor.
Dalam pertemuan dengan Kepala LAPAN, Bupati Biak Numfor membawa serta tokoh adat dan masyarakat pemilik hak ulayat tanah yang nantinya akan dijadikan pembangunan bandara antariksa.
"Kami di Biak Numfor ada 9 wilayah adat dan rencananya bandara antariksa akan dibangun di sebelah utara Biak Numfor. Tokoh adat, masyarakat pemilik hak ulayat tanah ikut dalam pertemuan dengan kepala LAPAN dan soal lokasi pastinya masih di-clearkan semua," kata Herry.
ADVERTISEMENT
Heri berharap dengan rencana pembangunan bandara antariksa tak menjadi provokasi di tengah masyarakat setempat.
"Semua pihak sudah setuju dan kami harap tak ada penolakan lagi atau pihak-pihak yang memprovokasi rencana ini. Harus saya katakan bahwa bisa saja pihak yang memprovokasi ini tak menginginkan pembangunan di Biak, tapi justru dilakukan di daerah lain," ujarnya.

Bandara Antariksa Pertama di Indonesia

Pertemuan Pemkab Biak Numfor bersama tokoh adat dan masyarakat bersama Kepala LAPAN. (Dok Humas Pemkab Biak)
Pemerintah Indonesia menawarkan Pulau Biak, Papua kepada CEO Tesla Elon Musk, untuk dimanfaatkan sebagai landasan peluncuran roket SpaceX.
Jika hal ini terwujud, Indonesia akan memiliki bandara antariksa internasional pertama di Biak, Papua.
Jadi apa itu bandara antariksa? Bandara antariksa berbeda dengan bandara pada umumnya. Bandara antariksa disebut juga pelabuhan antariksa atau kosmodrom adalah pusat peluncuran wahana antariksa.
ADVERTISEMENT
Tidak semua negara di dunia memiliki bandara antariksa. Bandara antariksa yang terkenal di dunia yaitu Kennedy Space Center (KSC), AS. Iran memiliki Qassed di Gurun Markazi.
Jepang mempunyai Bandara Oita. Cina memiliki Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan di tengah Gurun Gobi. Cina juga memiliki Eastern Aerospace Port (EAP), pelabuhan antariksa terapung , dibangun di lepas pantai Kota Haiyang, Provinsi Shandong.
Pelabuhan antariksa bisa digunakan untuk meluncurkan roket dari Samudera Pasifik. Perancis memiliki pusat peluncuran ruang angkasa Kourou, Guyana Perancis.
Brasil memiliki pusat peluncuran ruang angkasa Alcantara, wilayah timur laut Brasil. India memiliki Pusat Peluncuran Satish Dhawan di Sriharikota. Australia memiliki bandara antariksa di Pulau Christmas, Samudera Hindia.
Distrik Biak Utara posisinya disebut berada sekitar 1 derajat Lintang Selatan dan berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik, sehingga dinilai aman untuk dijadikan sebagai lokasi peluncuran satelit.
ADVERTISEMENT
Seperti diketahui, lokasi Biak yang berada di Samudera Pasifik dan berlokasi di ekuator, dinilai sangat efisien dan murah dalam meluncurkan satelit karena tidak perlu ada manuver untuk mengubah orbitnya, sehingga dipilih sebagai lokasi bandara antariksa.

Sejarah Penerbangan Biak Numfor

Bandara Frans Kaisiepo (Foto: Sari Kusuma Dewi/kumparan)
Arkeolog pada Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menyebutkan dalam sejarahnya, Biak memiliki bandara yang melayani penerbangan internasional dengan rute Biak ke Australia, Tokyo, Papua Nugini, Amsterdam, Los Angeles, Seattle dan Honolulu.
Pemerintah Belanda dengan bantuan investasi maskapai KLM, pada 14 Juli 1955 mendirikan maskapai penerbangan bernama Nederlands Niew Guinea Luchtvaart Maatschapij dikenal juga sebagai Kroonduif atau De Kroonduif.
Kroonduif merupakan bahasa Belanda untuk burung mambruk. Burung mambruk ini dikenal juga merpati bermahkota yang hanya dijumpai di Papua.
ADVERTISEMENT
Kroonduif ini juga yang menjadi cikal bakal maskapai Merpati Nusantara, yang saat ini sudah tidak terbang lagi.
Belanda menjadikan Bandara Mokmer sebagai pusat operasional Kroonduif.
Pada awal penerbangannya Kroonduif menggunakan pesawat Lockheed Constellation dengan rute Bandara Mokmer Biak - Sydney.
Sedangkan untuk rute di wilayah Papua, Kroonduif menggunakan pesawat amfibi atau Sea Beaver yang mampu mendarat di pantai serta danau di pedalaman Papua.
Kemudian Kroonduif pada 1956 menambah pesawat de Havilland DHC-2 Beaver, untuk melayani penerbangan Biak tujuan Sentani dan Sorong serta kota-kota di Papua Nugini.Pada 1960, Kroonduif melayani penerbangan Biak-Tokyo-Amsterdam.
Setelah penyerahan Irian Barat ke Indonesia, Bandara Mokmer diubah namanya menjadi Bandara Frans Kaisiepo. Bandara ini memiliki luas 206 hektar dengan landasan pacu 3.570 meter dan lebar landasan 45 meter.
ADVERTISEMENT
Pada 1996-1998, Garuda Indonesia melayani penerbangan Jakarta-Denpasar-Biak-Honolulu-Los Angeles dengan pesawat MD-11. Selain itu, Garuda Indonesia juga melayani rute Jakarta-Denpasar-Biak-Seattle. Namun rute internasional ini berhenti karena krisis ekonomi.