Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Telepon Tanpa Pulsa ala Suku Bauzi Mamberamo Raya
6 Juni 2021 17:24 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM - Suku Bauzi tinggal di hutan terpencil di perkampungan sepanjang tepian Sungai Mamberamo dan Danau Bira di Kabupaten Mamberamo Raya, Papua.
ADVERTISEMENT
Untuk menuju ke Mamberamo Raya bisa ditempuh dengan pesawat berbadan kecil dengan jarak tempuh 35-45 menit atau bisa bisa juga dilakukan dengan perjalanan menumpang kapal perintis dari Pelabuhan Jayapura dengan jarak tempuh ke Kasonaweja, ibu kota Mamberamo Raya dalam sehari semalam.
Suku Bauzi tinggal jauh dari Kasonaweja. Sejak zaman nenek moyang, Suku Bauzi sudah mengenal telepon hutan. Sebuah sistem komunikasi jarak jauh di hutan, tanpa kabel optik, tanpa tower BTS, tanpa listrik PLN, tanpa 5G Telkomsel dan tidak perlu isi pulsa data.
Peneliti pada Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menyebutkan, telepon hutan merupakan istilah untuk semacam pesan beranting, bersumber dari satu orang, disampaikan ke orang lain, dengan cara berteriak keras. Rumah atau pondok tinggal di hutan terpencar dan saling berjauhan, terkadang mereka sedang beraktivitas berkebun atau berburu.
ADVERTISEMENT
"Cara ini sangat efektif untuk menyampaikan pesan pada orang yang jauh tempatnya. Namun setiap pesan yang disampaikan, tentu saja bukan pesan rahasia," jelas Hari, Minggu (6/6).
Jika seseorang menyampaikan pesan lewat telepon hutan, dapat dipastikan seisi hutan akan mengetahuinya.
Kelebihan telepon hutan adalah ketika seseorang berteriak dengan ketinggian suara tertentu, suaranya akan bergema dan berkumandang di lembah, atau dari tepi sungai ke hulu.
"Biasanya mereka bertelepon hutan saat mencari teman atau anggota keluarganya yang berburu di hutan. Atau menyampaikan ada kerabat yang meninggal," Hari menambahkan.