Tendangan dari Oksibil

Konten Media Partner
4 November 2018 19:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tendangan dari Oksibil
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Bhabinkamtibmas melatih taekwondo di Oksibil, Pegunungan Bintang. (Dok: Polda Papua)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM —“Mati sudah.” Begitu pikiran pria muda itu ketika mendapati ia seorang diri di tengah lapangan, lokasi bentrok dua massa. Hari itu, 2 Oktober 2018, sekelompok massa pendukung Bupati Pegunungan Bintang bertikai dengan kelompok yang kontra. Salah satu kelompok menuju ke arah dirinya. Mereka membawa berbagai senjata tajam, terlihat ada yang membawa parang, tombak, panah, balok, juga lainnya.
“Mati sudah...” pikirannya kembali datang, membuat lututnya lemas. Seragam Polisi yang selalu ia banggakan, tak bisa menyelamatkan. Ia pun berserah.
Tiba-tiba, lebih dari 9 orang mengelilinginya. Memagarinya, seperti membuat pagar betis. Kelompok ini tak bersenjata, tetapi suaranya mampu menghalau massa yang beringas mendekati dirinya.
“Jangan sentuh anak pung (punya) pelatih,” teriakan kelompok ini berulang-ulang, disertai dengan gerakan yang terus merapat, melindungi Eduard S Habibu, polisi berseragam Bhabinkamtibmas dengan bet di lengan sebelah kiri. Ia satu-satunya polisi yang terlambat meninggalkan lokasi untuk kembali ke Mapolres Pegunungan Bintang, saat bentrok massa pecah.
ADVERTISEMENT
Tuhan memang punya kuasa, ia pun selamat dari amukan massa dan ia diselamatkan oleh orangtua siswa yang mengenalinya sebagai pelatih Tae Kwon Do anak-anak di Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang.
Anggota Bhabinkamtibmas Polres Pegunungan Bintang itu memang memanfaatkan kemampuannya menjadi pelatih Tae Kwon Do untuk mendekati masyarakat.
Awalnya hanya tiga anak yang berminat memenuhi ajakannya berlatih bersama. Lambat laun jumlahnya bertambah karena selain berlatih, setiap akhir pekan ia bawa anak-anak pesiar. Sekadar mandi di sungai atau kemana saja di kawasan itu yang belum pernah didatangi. Maka anak asuhnya makin bertambah.
Puncaknya pada Agustus 2018, dengan dana yang sangat terbatas, ia membawa tiga anak didiknya mengikuti Kejuaraan Tae Kwon Do Friendship Forever di Jakarta. Tiga atlit muda, Fidelis Kasibmabin, Sulvester Kasipmabin, dan Dodi Ningdana, berhasil meraih empat medali emas.
ADVERTISEMENT
Eduard pun membawa ketiga atlit muda itu pawai keliling kampung, menarik perhatian anak-anak maupun orang tua di Oksibil. Apalagi selama di Jakarta, Eduard membawa ketiganya ke tempat rekreasi. Cerita yang mampu menjadi bumbu penyedap kesuksesan bagi anak-anak. Lambat laun, siswa binaanya pun bertambah untuk berlatih. Saat ini jumlahnya mencapai 114 orang.
Menyadari potensi dirinya mendekati masyarakat melalui anak-anak, Eduard mulai mengembangkan aktivitasnya. Secara periodik ia kumpulkan orang tua untuk diberi pengarahan pentingnya mendukung keberhasilan anak-anak. Komunikasi pun terjalin baik.
Tak kurang ide, Eduard menanyakan pada guru anak asuhnya, pelajaran apa yang kurang mereka sukai. Matematika dan bahasa Inggris. Kali berikutnya ia minta anak-anak membawa alat tulis. Alasannya untuk mencatat gerakan-gerakan. Ternyata Eduard memanggil guru matematika dan bahasa Inggris. Boleh berlatih menendang setelah selesai pelajaran tambahan.
ADVERTISEMENT
Ia ingin memperkuat tendangan dari Oksibil. Itu yang membuat Eduard mau bergabung dengan Binmas Noken. Apa yang ia lakukan bersentuhan dengan masyarakat, sejalan dengan program Binmas Noken.
Itu juga sebabnya, ia menolak ditawari mutasi ketika Kapolda Papua melihat potensi anak muda itu. Komitmennya hanya satu, saat ini untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak di Pegunungan Tengah.
(Kristin Samah/Katharina)