news-card-video
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner

Wisata Sejarah Bawah Laut Papua

20 Maret 2021 19:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bangkai pesawat PBY Catalina di perairan pantai timur Pelabuhan Biak. (Dok seashellstory.com)
zoom-in-whitePerbesar
Bangkai pesawat PBY Catalina di perairan pantai timur Pelabuhan Biak. (Dok seashellstory.com)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Papua memiliki luas sekitar 785 kilometer persegi yang dikelilingi oleh perairan yang luas dan memiliki tinggalan potensi arkeologi bawah air yang perlu dilakukan kajian.
ADVERTISEMENT
Perairan Papua sejak masa prasejarah hingga kini berperan dan berpengaruh dalam kehidupan manusia, baik sebagai sumber mencari makanan, berlayar antarpulau dan berdagang antarpulau maupun aktivitas lainnya yang berkaitan dengan laut.
Dalam sejarahnya, perairan utara Papua pada abad ke-16, menjadi rute utama kapal Spanyol dari Meksiko menuju Maluku dan sebaliknya. Pada Perang Pasifik tahun 1944, perairan Papua menjadi ajang pertempuran langsung antara pasukan Sekutu yang dipimpin AS melawan pasukan Jepang.
Arkeolog pada Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menyebutkan hingga kini di Papua belum pernah dilakukan penelitian arkeologi bawah air yang disebabkan oleh keterbatasan peralatan dan sumber daya manusia. Tentunya hal ini, berbeda dengan penelitian arkeologi di daratan. Penelitian arkeologi bawah air membutuhkan dana lebih besar untuk membeli peralatan, akses ke lokasi, serta tingkat kesulitan tinggi untuk penelitian arkeologi bawah air.
ADVERTISEMENT
“Papua memiliki potensi tinggalan arkeologi bawah air di antaranya kapal perang maupun pesawat terbang peninggalan Perang Pasifik yang terdapat di perairan Papua dan Papua Barat,” jelasnya, Minggu (20/3).

Peninggalan Sejarah

Kapal peninggalan Perang Pasifik milik Amerika, The Junkyard terdapat di perairan Pulau Amsterdam, Tambrauw. Kapal Jepang, Shikwa maru di perairan Manokwari. Pesawat Mitsubishi A6M Zero dan Mitsubishi G4M2 Jepang di perairan Pulau Rouw, Teluk Wondama.
Pesawat Amerika P47-D Razorback di Pulau Wai, Raja Ampat. Bangkai pesawat PBY Catalina di perairan pantai timur Pelabuhan Biak. Pesawat tempur Sekutu di perairan Pulau Ahe, Nabire. Pesawat tempur Jepang di perairan Ndomande, Merauke. Bangkai pesawat peninggalan Perang Pasifik du Tanjung Demoy, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura.
ADVERTISEMENT
Lanjut Hari, pemerintah Indonesia perlu meratifikasi Konvensi UNESCO tahun 2001 tentang Perlindungan Warisan Budaya Bawah Air.
Dalam konvensi ini mengatur tentang perlindungan warisan budaya bawah air untuk kepentingan umat manusia sekaligus mencegah eksploitasi secara komersial.
“Dengan meratifikasi konvesi UNESCO, pemerintah Indonesia otomatis harus menyediakan dana untuk penelitian dan perlindungan tinggalan arkeologi bawah air,” jelasnya.