Konten dari Pengguna

Buya Syafii Maarif Mendidik Anak Muda

Bung Gunawan
Analis kebijakan publik, penulis, kolumnis, paralegal dan konsultan independen.
2 Juni 2022 21:32 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bung Gunawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Saya dan Pak Syafii di Bandara Adi Sucipto Yogya Tahun 2019
zoom-in-whitePerbesar
Saya dan Pak Syafii di Bandara Adi Sucipto Yogya Tahun 2019
ADVERTISEMENT
Izinkan saya memanggil beliau Pak Syafii Maarif, karena waktu kami sering berjumpa beliay pada kurun waktu tahun 1994 hingga 1999 sepengetahuan kami beliau belum sering dipanggil Buya.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini sekedar kisah keseharian saja di sekitar Masjid Nogotirto Perumahan Nogotirto Gamping Sleman DIY, mengenang pak Syafii Maarif menemani anak-anak muda.
Ya sekedar kisah, karena bumi telah menjadi saksi bahwa beliau orang baik karena wafat di hari baik, pada hari Jumat yang penuh berkah. Pun demikian dengan jagat media massa dan media yang telah memberi kesaksian bahwa beliau orang baik.
Renungan di Balik Bakmi Jawa dan Daging Kurban
Pak Syafii Maarid gemar berdiskusi dengan para pemuda. Sering setelah sholat Ashar berjamaah, beliau mundur ke belakang, kalau menghadap belakang, berarti beliau menerima diskusi. Tapi kami dulu yang harus memancing pertanyaan. Atau terkadang di malam hari ba'da Isya beliau menghampiri kami yang lagi nongkrong di teras masjid, dengan seruan khas :"panggil Kadir". Ini berarti segera memanggil Bakmi Jawa ke Masjid. Nah di sini diskusi bisa dimulai. Menurut beliau metode ini dulu juga dipergunakan Plato, filsuf Yunani. Mungkin yang dimaksud adalah duduk-duduk sambil berdiskusi.
ADVERTISEMENT
Kata beliau yang sangat saya ingat adalah : "Islam Anti Kemiskinan, Tapi Pro Orang Miskin."
Mungkin karena postur tubuh saya yang "memadai". Saya yang diajak beliau mengangkat olahan daging (sandunglamur) dari rumah beliau ke masjid. Sambil berjalan beliau berkata : "daging kurban non kolesterol".
Demikian juga jika menjelang lebaran ada banyak kiriman parcel untuk beliau yang terkadang "mampir di masjid". Saya yang biasa diminta mengangkat parcel ker rumah beliau. Setelah beliau memilih sedikit, yang lain diminta saya bawa untuk ke grup pemuda. (Tadarus Club).
Buku Fotokopian
Pak Syafii langsung menyumbang dana buat kegiatan kami tanpa nanya rincianya. Waktu kami bikin semacam perpustakaan banyak disumbang beliau buku dan majalah.
Saya sendiri dikasih (tak sekedar diberi) oleh beliau buku fotokopian berjudul "Islam", karya guru beliau, Fazlur Rahman. Beliau fotocopy empat; salah satunya untuk almarhum Rendra, yang dua lagi entah buat siapa saja lupa saya. - Belakangan menurut Abdul Malik Habe, guru dan pengurus Muhammadiyah di Lombok NTB, bahwa dirinya adalah salah satu yang mendapatkan buku fotokopian tersebut. Beliau ini aslinya Bumiayu Jawa Tengah, kala itu sempat menjadi "penjaga" Masjid Nogotirto, kami berdua pernah berambut gondrong kala itu sebagai semacam siasat kebudayaan gerakan mahasiswa 90an -. Sewaktu memberi buku fotokopian tersebut pak Syafii berujar akan mengajar saya agama dan bahasa Inggris.
ADVERTISEMENT
Beliau juga melihat buku yang saya bawa yang saya selipkan di teralis masjid. Ada buku yang diapreasiasi bagus oleh beliau. Lupa saya judulnya, kurang lebih berkisah tentang Islam, demokrasi dan oposisi di Mesir.
Menulis Opini
Pak Syafii itu ahli sejarah yang tulisannya sering saya baca. Pernah juga beliau menulis kisah difabel yang menjual jasa mengasah pisau dan gunting dengan berkeliling komplek perumahan, sebuah artikel yang mengandung pesan moral.
Tahun 1998 pernah beliau nanya saya terkait nama beliau yang muncul dalam selebaran seruan aksi yang mencantumkan namanya. Saya kemudian sedikit mengulas diaspora gerakan mahasiswa dan komite-komite "mantel" yang dipergunakan oleh gerakan mahasiswa.
Sayang kemudian saya sering "keliling demokrasi" sehingga praktis lama tak bersua, hingga bersua kembali beliau dan takmir Masjid Nogotirto sewaktu melayat ke rumah saya ketika bapak saya meninggal dunia. Sayang tak sempat berbincang "walau barang sekejab" cuma bersalaman saja. Terharu juga melihat beliau-beliau melayat bapak saya yang mereka tidak kenal.
ADVERTISEMENT
Saya jumpa terakhir dengan beliau di bandara Adisucipto. Setelah agak lama berbincang beliau baru ingat saya. "Ini gunawan ya", badannya beda soalnya". Ya karena waktu akrab dengan beliau postur tubuh saya postur tubuh pendaki gunung.
Menariknya meski ada kurun waktu tak bersua waktu saya cerita tentang kebijakan penyelesaian konflik agraria, beliau berujar : " itu yang kamu kerjakan sejak dulu". Apakah beliau memonitor kabar saya ?
Setelah diberi nomer hp oleh beliau, tulisan saya di Harian Kompas senantiasa saya WA ke beliau. Waktu tulisan saya 60 Tahun Hari Tani saya WA ke beliau. Beliau menjawab : "Terus suarakan petani yang hidupnya masih banyak yang melarat."
Menyejarah
Sumbangsih pemikiran dan tindakan pak Syafii Maarif untuk Indonesia telah menjadi catatan sejarah, sehingga banyak pihak turut berdoa mengantar "kepergian" beliau.
ADVERTISEMENT
Doa kami untukmu Pak Syafii.