Drama Start-up dan Mental Enterpreneur

Bunga Nur khotimah
saya merupakan Mahasiswi Univ. Pamulang
Konten dari Pengguna
6 Juli 2023 12:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bunga Nur khotimah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bunga Nur Khotimah doc.pri
Oleh: Bunga Nur Khotimah (Mahasiswi Ekonomi Syariah Univ. Pamulang)
ADVERTISEMENT
Tak bisa dipungkiri, saat ini Korea Selatan maju pesat dengan industri kreatifnya, baik musik, drama, kosmetik, dan lainnya. Dengan kearifan lokanya, Korea berkembang pesat. Namun, banyak hal positif yang bisa diambil dari drama korea, salah satunya drama Start-Up yang mampu memberikan inspirasi untuk anak muda dalam membangun usaha dan membentuk mental entrepreneur.
Sebagai remaja yang ingin menjadi pengusaha muda, maka membangun mental entrepreneur sangatlah penting di zaman yang teknologinya sudah sangat canggih seperti sekarng ini. Maksud dari Mental Enterpreneur ialah seseorang yang mempunyai jiwa pengusaha yang mengembangkan perusahaan dengan berbagai kratifitas dan inovasi dan siap menanggung risikonya.
Bagaimanakah cara agar kita bisa membangun Mental Enterpreneur? berikut cara agar kita bisa membangun mental enterpreneur:
ADVERTISEMENT
1. Emosi yang cerdas dan berfikir positif
2. Berani untuk mengambil resiko dan bisa mengontrol manajemen resiko yang terjadi
3. Disiplin dan selalu berkomitmen
4. Kreatif dan Inovatif
5. Belajar keras dan kerja keras
Selain dengan 5 cara diatas, ada pula cara agar kita bisa mempunyai mental enterpreneur yaitu dengan menonton salah satu Kdrama yang berjudul Start-up. Drama ini sangat bagus bagi orang-orang yang sedang membangun usaha dan membangun mental enterpreneur.
Bagi teman-teman pencinta Kdrama pasti sudah tidak asing lagi dengan Kdrama yang berjudul Start-up ini, yang mengisahkan tentang orang-orang yang sedang merintis karirnya di sebuah perusahaan Start-up.
Drama start-up menceritakan Han Ji-Pyeong (Kim Seon-Ho) sebagai mentor salah satu perusahaan rintisan (Samsan Tech) yang berisi Seo Dal-Mi (Bae Suzy), Nam Do-San (Nam Joo-Hyuk), Sa-ha (Stephani Lee), Kim Yong San (Kim Dowon), Lee Chul san (Yoo Su Bin) yang berjuang membangun Start up mereka di Sand Box.
ADVERTISEMENT
Mereka sedang mengikuti pekan retas (Hackathon) yang di adakan oleh Sand Box, perjuangan mereka disini tidaklah mudah karena mereka harus melawan puluhan orang yang mengikuti acara tersebut. Pada pekan retas ini, mereka di tuntut untuk membuat sebuah model bisnis dalam waktu yang sangat singkat dengan kreatif dan inovatif, Dal-Mi sebagai CEO dari Samsan Tech mengusulkan membuat sebuah program yang bisa mengidentifikasi tulisan tangan palsu.
Dal-Mi yang dibantu oleh Han Ji-Pyeong sebagai mentor sekaligus salah satu investor dari SH venture membuat presentasi yang menarik bagi para investor. Karena ide tersebut Samsan Tech berhasil masuk sebagai finalis perusahaan rintisan di Sand Box yang akan didanai dan diberikan mentoring.
Masuknya Samsan Tech sebagai perusahaan rintisan adalah awal mula dari banyak masalah yang mereka alami, seperti perebutan saham, karyawan yang tidak patuh pada peraturan perusahaan, dan model bisnis yang memerlukan beberapa perbaikan. Namun mereka bisa melewati masalah tersebut berkat kegigihan Dal-Mi (CEO) dan Ji-Pyeong (Mentor), serta berkat komunikasi yang mereka lakukan, bahkan mereka pun membuat aplikasi yang bernama Noongil yaitu aplikasi yang berbasisi AI untuk membantu tunanetra.
ADVERTISEMENT
Dari penggalan cerita di atas, dapat di simpulkan bahwa jika ingin mendirikan perusahaan rintisan (Start-up) harus mampu berkomunikasi dengan baik, mempunyai ide-ide yang kreatif serta inovatif dan mampu menerapkan semua cara dalam membangun mental enterpreneur.
Tren Start-up di Pasar Syariah
Di Indonesia para perusahaan start-up mulai mengadirkan layanan yang berbasis Syariah seperti di bidang e-commerce ada Tokopedia, Bukalapak, Shopee dan lain-lain yang menyediakan marketplace untuk produk makanan atau minuman halal dan layanan untuk membayar zakat dan investasi dalam bentuk rekasa dana.
Ada juga di bidang Teknologi Finansial (Fintech) ada beberapa perusahaan sart-up yang berbasis Syariah seperti Investree fintech ini berdiri pada tahun 2015 lalu di Jakarta, investree tidak tergabung dalam hal pinjam meminjam seperti layanan fintech konvensional lainnya. Namun platfom ini menerima pembiayan untuk membantu seluruh UMKM di yaIndonesi
ADVERTISEMENT
dengan menggunakan metode financing, buyer financing, dan working capital term loan. Dan tentu saja platfom online ini sudah diawasi oleh pemerintah dan sudah terdaftar dalam otoritas jasa keuangan (OJK).
Ada juga aplikasi seperti Link Aja, Ovo, Dana dan lain-lain yang bergerak di bidang pembayaran yang bekerja sama dengan bank Syariah sebagai tampat penyimpanan uang para penggunanya, namun dalam aplikasi ini hanya mendapat keuntungan seperti mendapatkan cashback dari penjual atau pedagang saja.
Bisnis digital kini mengincar pasar Syariah di Indonesia karena potensinya yang tinggi, Berdasarkan State of The Global Islamic Economic Report, konsumsi dan ekspor produk halal di Indonesia mulai meningkat masing-masing 3,6% dan 19,2% pada tahun 2017. Asset keungan Syariah dalam negri pun mencapai Us$82 miliar setara dengan Rp.1.115 triliun, dan masuk ke dalam 10 besar dunia pada tahun 2018.
ADVERTISEMENT