Konten dari Pengguna

Pemanfaatan Urban Farming sebagai Alat Pertumbuhan Ekonomi Kota Berkelanjutan

Natanael Affarouqi Owen Jeremiah Salsabila Afra Safitri
Regional Economic Development Student in Universitas Gadjah Mada
27 Juni 2024 12:42 WIB
·
waktu baca 11 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Natanael Affarouqi Owen Jeremiah Salsabila Afra Safitri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Urban Farming. Sumber: Shutterstock.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Urban Farming. Sumber: Shutterstock.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PENDAHULUAN
Bagi negara-negara dengan karakteristik berkembang, Ekonomi Pertanian menjadi salah satu sumber ekonomi yang paling mudah untuk dapat dikembangkan dikarenakan tenaga kerja yang dibutuhkan hanya butuh tenaga kerja dengan karakteristik terlatih. Namun bagi negara maju, tenaga kerja terdidik tak sedikit pula yang ditarik untuk menjadi pelaku dalam sektor Ekonomi Pertanian. Jepang, Belanda, Amerika Serikat, dan Australia menjadi contoh negara dengan potensi pertanian dengan taraf kualitas tertinggi. Fakta ini tentunya menjadi potensi bagi negara-negara lainnya untuk dapat mencontoh negara tersebut dalam hal pertanian, utamanya bagi kawasan perkotaan yang saat ini sangat sedikit yang tertarik untuk mengembangkan potensi pertanian.
ADVERTISEMENT
Urban Farming di abad 21 ini dianggap sebagai suatu inovasi dalam pertanian perkotaan yang cocok untuk dikembangkan di kota-kota besar, sedang, maupun kecil dengan berbagai karakteristik. Konsep pertanian yang demikian memberikan kemudahan bagi masyarakat perkotaan dalam melakukan aktivitas pertanian sebagai aktivitas utama maupun sampingan dengan berbagai kondisi yang dihadapi yang utamanya adalah masalah keterbatasan lahan dan kualitas tanah di perkotaan.
Dalam perjalanan kehidupan Kota Yogyakarta, Urban Farming didorong untuk menjadi solusi inovatif dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di Kota Yogyakarta. Hal ini didasari oleh konsep Urban Farming yang muncul sebagai suatu solusi inovatif dalam upaya menghadapi tantangan ekonomi perkotaan yang berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi dalam konteks tersebut tidak hanya dinilai dari sisi produktivitas, namun juga dinilai dari aspek keberlanjutan dalam hal lingkungannya dan upaya menghasilkan lapangan kerja baru. Dampak yang dihasilkan pada kemudian hari diharapkan akan mampu tercapai dengan terlihat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dan penguatan ketahanan pada pangan lokal.
ADVERTISEMENT
Potensi pengembangan pertanian dan minat masyarakat pada Urban Farming dapat terlihat dari 8 KWT yang ada di Kota Yogyakarta, utamanya dalam penelitian ini adalah Kelompok Wanita Tani (KWT) Bendhung Lepen. Urgensi pengembangan pertanian tersebut juga didasari oleh ketersediaan lahan pertanian di Kota Yogyakarta yang hanya tersisa 50 hektar dari luas wilayahnya yang mencapai 318.580 hektar menurut informasi Sekretaris Daerah DIY, Beny Suharsono. Kondisi tersebut dalam jangka panjang akan memberikan dampak pula pada aspek lingkungan, ekonomi, dan edukasi bagi generasi kemudian. Tantangan tergambar jelas dalam kondisi tersebut berupa ketersediaan lahan dan kesadaran akan minat masyarakat.
Studi Kasus pada KWT Bendhung Lepen menunjukan bahwa Urban Farming di Kota Yogyakarta perlu ditekankan lagi terkait dengan minat dan pengembangannya. Munculnya kelompok-kelompok kecil dalam cakupan yang demikian diharapkan akan mampu menggugah minat masyarakat lain di Kota Yogyakarta dalam membangun model siklus ekonomi yang sama dalam upaya mencapai kesejahteraan sosial dan ekonomi di lingkup masyarakat tersebut.
ADVERTISEMENT
PENTINGNYA PERMASALAHAN
Ilustrasi Ruang Terbuka Hijau. Sumber: Shutterstock.
Problematika yang demikian memiliki tingkat masalah yang seragam apabila dibandingkan dengan permasalahan sosial ekonomi yang lain seperti Kemiskinan, Kesehatan, maupun Stunting. Hal ini dapat terlihat melalui pentingnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kawasan perkotaan yang sejatinya dapat dimulai seperti Urban Farming. Penyelesaian kasus ekonomi melalui Urban Farming tersebut diharapkan akan mampu memberikan dampak positif terutama dalam pembenahan masalah lingkungan, lapangan kerja, dan edukasi. Adapun urgensi problematika tersebut dijabarkan dalam analisis sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
METODE PEMECAHAN MASALAH
Adapun metode pemecahan masalah yang digunakan adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Dengan pendekatan yang komprehensif tersebut, diharapkan hasil penelitian tersebut dapat memberikan wawasan bagi pemangku kepentingan dalam pengembangan strategi ekonomi kota yang berkelanjutan, serta memberikan panduan bagi KWT Bendhung Lepen dan kelompok serupa dalam mengoptimalkan potensi urban farming untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
PEMBAHASAN: ANALISIS PENGEMBANGAN URBAN FARMING DI KOTA YOGYAKARTA (STUDI KASUS KWT BENDHUNG LEPEN)
Ilustrasi Kota Yogyakarta. Sumber: Shutterstock.
ADVERTISEMENT
HAMBATAN DAN TANTANGAN
Meskipun memiliki potensi yang besar, praktik urban farming di KWT Bendhung Lepen juga dihadapkan pada sejumlah hambatan dan tantangan. Mulai dari akses lahan hingga kurangnya dukungan kebijakan, tantangan-tantangan tersebut perlu diatasi agar kegiatan pertanian perkotaan dapat berkembang secara berkelanjutan. Hal ini dapat dilihat melalui fenomena sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
STRATEGI PENGEMBANGAN
Adapun strategi pengembangan yang komprehensif dan kolaboratif diperlukan dalam kondisi tersebut melalui kerjasama dengan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat lokal. Hal ini akan mampu menunjukan bahwa Urban Farming dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan di Kota Yogyakarta seperti melalui solusi sebagai berikut:
KESIMPULAN
Urban farming di Yogyakarta menunjukkan potensi besar untuk pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Menurut data statistik terbaru, pertumbuhan urban farming di Kota Yogyakarta mencatat peningkatan signifikan sebesar 33-35% dalam lima tahun terakhir. Data tersebut mencerminkan minat masyarakat akan konsep pertanian perkotaan sebagai alternatif dalam memenuhi kebutuhan pangan dan menciptakan lapangan kerja terutama melalui konsep KWT yang terpadu dalam upaya mengatasi hambatan dan memanfaatkan strategi pengembangan yang tepat dapat menjadikan urban farming sebagai barometer kemajuan ekonomi dan lingkungan kota. Meskipun demikian, studi kasus menunjukkan bahwa masih ada hambatan yang perlu diatasi, seperti ketersediaan lahan, aksesibilitas modal, dan kurangnya pengetahuan teknis dalam praktik pertanian modern. Dukungan multi-sektoral diperlukan untuk keberhasilan jangka panjang. Survei lapangan menunjukkan bahwa kolaborasi antara lembaga pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil merupakan kunci dalam menciptakan ekosistem yang mendukung perkembangan urban farming. Penelitian menunjukkan bahwa adanya sinergi antara berbagai pihak akan mempercepat pertumbuhan industri urban farming, meningkatkan kualitas produk, serta memberikan manfaat sosial dan ekonomi yang lebih luas bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT