Makna “Happy Ending” dari Kacamata Psikolog dan Penulis

Konten dari Pengguna
9 Agustus 2022 9:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cabaca Aplikasi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah cerita yang disajikan dalam bentuk film maupun novel, membuat penonton atau pembaca pasti mengharapkan akhir yang bahagia bagi tokoh utamanya. Saat akhir cerita yang dibuat penulis berakhir open ending atau sad ending, sebagian besar akan merasa kecewa, karena tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan.
ADVERTISEMENT
Contohnya, seperti pada k-drama Twenty Five, Twenty One yang tayang perdana pada bulan Februari lalu, berhasil menarik perhatian penikmat k-drama. Namun, ending yang disajikan nyatanya membuat beberapa orang kecewa karena Na Hee Do yang diperankan oleh Kim Tae Ri dan Baek Yi Jin yang diperankan oleh Nam Joo Hyuk tidak berakhir bersama. Tidak hanya itu saja, penonton menilai bahwa akhir dari dramanya masih meninggalkan beberapa pertanyaan dan penjelasan yang belum tuntas, sehingga sebagian besar merasa kecewa.
Memang sebuah tugas yang tidak mudah bagi penulis, baik penulis skenario film maupun penulis novel untuk membuat cerita dengan ending yang dapat dinikmati dan memuaskan para penonton maupun pembacanya.
Dalam rangkaian event Kontes Menulis Novel “Looking for Happy Ending” yang diadakan oleh Cabaca dan berkolaborasi dengan Amanasa Indonesia dan Canva, Cabaca mengadakan webinar bertajuk Looking for Happy Ending, Menyederhanakan Bahagia, Membingkainya dalam Cerita yang diadakan pada hari Minggu, 24 Juli 2022. Webinar ini dihadiri oleh salah satu Psikolog Klinis dari Amanasa Indonesia, yaitu Anna Deasyana M.Psi., Psikolog sebagai narasumber pertama, dan juga penulis Arumi E. sebagai narasumber kedua yang sudah menulis kurang lebih 35 novel dan dua di antaranya sudah diadaptasi menjadi sebuah film.
Webinar yang diadakan Cabaca bersama Amanasa Indonesia
Pada kesempatan itu Anna Deasyana M.Psi., Psikolog menuturkan jika Indonesia berada di peringkat 87 dari 146 negara sebagai negara paling bahagia menurut the global happiness index. Sedangkan negara Firlandia menempati peringkat pertama selama lima tahun berturut-turut sebagai negara paling bahagia. Anna menjelaskan jika hal yang sederhana dapat membuat kita bahagia, ini dapat disadari melalui kita yang membantu orang menemukan makna hidupnya ataupun sebaliknya.
ADVERTISEMENT
“Kebahagiaan bukan hasil akhir, tapi proses jangka panjang. Dan penting untuk menemukan cara mengelola ketidakbahagiaan. Sifat kebahagiaan itu subjektif & naik turun, jadi level kebahagiaan itu kita yang buat sendiri.” Jelas Anna saat menjawab pertanyaan dari salah satu peserta yang hadir.
Pemahaman mengenai happiness tidak hanya dari sisi psikolog, namun pemaparan berlanjut dari sisi penulis yang disampaikan oleh Arumi E. yang menjelaskan sebagian besar pembaca pasti mengharapkan happy ending dari cerita yang ia baca. Bahkan tidak sedikit pembaca yang menanyakan akhir dari ceritanya lebih dulu untuk memutuskan akan membaca atau tidak. Arumi E. memaparkan juga bentuk-bentuk dari ending sebuah cerita hingga tips bagaimana membuat ending cerita yang menarik.
“Ending cerita yang bagus adalah ending yang masuk akal dan berkesan bagi para pembacanya.” Jelas Arumi E.
ADVERTISEMENT
Webinar yang diadakan secara gratis untuk umum ini diharapkan dapat memberikan insight lebih jauh mengenai topik kebahagiaan, khususnya menjadi sebuat referensi bagi para penulis yang akan mengikutsertakan naskahnya dalam Kontes Menulis Novel “Looking for Happy Ending”.
Seperti yang dikatakan oleh Fatimah Azzahrah, Co-Founder Cabaca, “Setelah dari event ini, diharapkan kita bisa memaknai kebahagiaan tidak hanya sebagai ending, tetapi juga proses yang tidak berhenti,” ungkapnya saat diwawancarai secara daring pada (28/07/2022). Event ini juga diharapkan bisa memberi wawasan baru kepada calon peserta lomba menulis yang diadakan oleh Cabaca sehingga dapat bereksplorasi mengenai ending dan menghasilkan tulisan yang unik dan inspiratif.