Ketika Bahasa Twitter Mengintervensi Bahasa Indonesia

Caecilia Maura
Mahasiswa Universitas Padjadjaran yang ingin segera kuliah tatap muka di Jatinangor, walaupun katanya "Sudah, jangan ke Jatinangor."
Konten dari Pengguna
26 Oktober 2021 15:51 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Caecilia Maura tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Twitter (sumber: unsplash.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Twitter (sumber: unsplash.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Banyaknya pengguna Twitter beberapa tahun terakhir membuat eksistensi platform media sosial yang satu ini semakin ramai digunakan oleh masyarakat Indonesia. Tidak terhitung banyak peristiwa yang menjadi viral akibat utas yang diunggah oleh para warga Twitter.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga menimbulkan munculnya kosakata baru yang digunakan oleh warga Twitter. Tak terkecuali penggunaan kata imbuhan "meng-" yang akhir-akhir ini ramai digunakan. Hal ini bukanlah hal yang salah, namun pada praktiknya penggunaan imbuhan ini diikuti dengan kata yang tidak tepat.
"Mengsedih", "mengkesal", "mengcapek", dan "menghadeh" adalah beberapa kata yang sering digunakan untuk mengungkapkan perasaan para warga Twitter. Kata-kata ini pun akhirnya terucap pula di percakapan masyarakat sehari-hari. Sekilas tidak terlihat adanya kesalahan pada penggunaan kata-kata ini. Namun, kesalahan yang dibiarkan terus menerus ini, pada kenyataannya menyalahi penggunaan kata imbuhan yang sudah lama disusun.
Beberapa penggunaan imbuhan bahasa Indonesia yang benar, antara lain:
1. Jika kata dasar memiliki awalan huruf l, m, n, r, atau w, maka imbuhan yang digunakan adalah me-. Contohnya melukai, meminta, menyanyi, meracik, dan mewarnai.
ADVERTISEMENT
2. Jika kata dasar memiliki awalan huruf b, f, p, atau v, maka imbuhan yang digunakan adalah mem-. Contohnya membuat, memfasilitasi, memintal (lebur), dan memvaksin.
3. Jika kata dasar memiliki awalan c, d, j, t, atau z, maka imbuhan yang digunakan adalah men-. Contohnya mencari, mendaki, menjahit, menunggu (lebur), dan menzarah.
4. Jika kata dasar memiliki awalan huruf vokal, g, h, atau k, maka imbuhan yang digunakan adalah meng-. Contohnya, mengakar, mengikuti, menggaji, menghadang, dan mengukus (lebur).
Jika kata dasar memiliki awalan s, maka imbuhan yang digunakan adalah meny-. Contohnya, menyurat. Huruf k, t, s, dan p akan hilang (lebur) ketika berbarengan dengan imbuhan.
Kata imbuhan memang seringkali menjadi jebakan bagi masyarakat Indonesia dalam penggunaannya. Hal ini yang harus diperhatikan dan dipelajari terus oleh masyarakat, agar tidak menggunakan imbuhan yang salah dalam setiap kata. Tidak hanya kesalahan akibat intervensi bahasa internet ini, namun kata-kata yang umum digunakan juga seringkali menimbulkan kesalahan di kalangan masyarakat.
Ilustrasi Kebebasan Berpendapat (sumber: unsplash.com)
Penggunaan kata adalah hak setiap orang untuk memilih dan menentukan kata yang akan digunakan. Media sosial diciptakan untuk menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berekspresi dan berpendapat. Media sosial juga seringkali menciptakan kosakata baru yang menjadi umum untuk digunakan dalam percakapan di media sosial. Namun, sebaiknya kosakata di media sosial ini harus diberikan batasan ketika diaplikasikan dalam percakapan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Para pengguna internet sebaiknya mampu memisahkan antara kata-kata yang digunakan di internet dengan percakapan sehari-hari. Tidak semua masyarakat Indonesia menggunakan platform media sosial yang sama, dan dengan waktu akses yang lama. Pemisahan ini dilakukan guna menghindari kesalahpahaman dalam melakukan proses komunikasi, dan juga untuk membuat bahasa Indonesia menjadi lebih tepat dalam penggunaannya. Meski tidak dilakukan dalam format baku, namun penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar perlu terus dilakukan agar bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa yang menjadi pemersatu dalam melakukan interaksi.