Salah Kaprah Posisi Produser Film

Caecilia Maura
Mahasiswa Universitas Padjadjaran yang ingin segera kuliah tatap muka di Jatinangor, walaupun katanya "Sudah, jangan ke Jatinangor."
Konten dari Pengguna
30 April 2021 18:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Caecilia Maura tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Produser Film. sumber: unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Produser Film. sumber: unsplash.com
ADVERTISEMENT
Perhelatan Academy Awards ke-93 atau yang biasa dikenal dengan nama Oscars, baru saja dilaksanakan Senin, 26 April 2021 lalu. Banyak nama-nama baru yang berhasil menjadi pemenang dalam berbagai kategori perfilman ini. Salah satunya adalah Chloè Zhao, dan film arahannya, Nomadland, yang berhasil meraih penghargaan terbanyak. Best Actress in Leading Role, Best Director, dan Best Picture disabet oleh Nomadland dalam ajang penghargaan bagi insan perfilman internasional tersebut. Zhao bahkan menjadi perempuan kedua, dan perempuan Asia pertama yang menjadi Best Director di Oscars 2021.
ADVERTISEMENT
Berbicara tentang produksi film, tentu tidak lepas dari orang-orang di balik layar. Bagus atau tidaknya sebuah film, tidak hanya bergantung pada kompetensi para aktor atau aktris yang bermain peran. Banyak orang-orang di balik layar yang turut mensukseskan produksi sebuah film. Sutradara dianggap sebagai orang paling penting dalam garapan sebuah film. Penulis skenario dianggap penting dalam menuliskan jalan cerita sebuah film. Pemain dianggap penting sebagai nyawa tokoh dalam sebuah film. Namun, ada satu peran yang luput dari mata penonton dan menarik untuk diulas lebih jauh, yaitu produser.
Lima tahun yang lalu, ketika orang-orang berbicara tentang film maker atau pembuat film, yang pasti tersebut adalah sutradara, pemain, penulis skenario, editor, dan director of photography (DOP). Hal ini disetujui oleh Salman Aristo, produser film Dua Garis Biru, juga co-founder production house Wahana Kreator. Aris, sapaan akrab Salman Aristo bercerita, bahwa baru dalam 5 tahun terakhir, di Indonesia terutama, produser dianggap berperan dalam produksi sebuah film.
ADVERTISEMENT
Salah Kaprah Tugas Produser
“Produser film itu bukan yang punya duit!” tegas Aris, dalam Kuliah Umum Produksi Film "Dua Garis Biru Producer Perspective" yang dilaksanakan oleh Program Studi Televisi dan Film, Universitas Padjadjaran pada Selasa, 20 April 2021.
Aris menambahkan, bahkan dalam pagelaran Oscars, ketika sebuah film memenangkan penghargaan "Best Picture", yang maju untuk menerima piala adalah produser, bukan sutradara. Dalam pagelaran Oscars kemarin misalnya, ketika Nomadland memenangkan kategori Best Picture, Peter Spears selaku produser film-lah yang mengambil piala, meski Chloé Zhao dan Frances McDormand yang menyampaikan pidato.
Banyak warga Indonesia masih menganggap bahwa produser adalah mereka yang memiliki banyak uang sehingga mampu memproduksi sebuah film. Padahal, peran produser tidak hanya terbatas pada mereka yang memiliki kemampuan materiil. Rasa-rasanya penonton masih perlu tahu, bahwa produser adalah orang yang memegang visi penting mengapa sebuah film diproduksi. Produser memegang visi ini dan juga mengatur semua hal yang berhubungan dengan produksi film, baik sebelum, saat, maupun sesudah produksi. Jika diperhatikan dalam credit title sebuah film, pasti tertera siapa saja executive producer, producer, co-producer, line producer, dan associate producer.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari stephenhollows.com, executive producer adalah orang powerful, yang biasanya berkaitan dengan keuangan. Mereka adalah inisiator sebuah proyek film, tetapi tidak turun ke proses pengerjaannya. Sedangkan producer, seperti yang sudah dijelaskan di atas, berperan dalam berjalannya seluruh proses produksi. Produser diibaratkan sebagai CEO dalam proses produksi film, dan bertanggung jawab atas seluruh aspek dalam proyek film. Bagi co-producer, mereka secara signifikan terlibat dalam pembuatan film tersebut. Mereka juga menjadi produser lokal ketika film diproduksi bersama antara banyak perusahaan atau negara. Line producer di sini bertugas untuk merencanakan proses pembuatan film, atau timeline. Sementara associate producer, bertugas untuk menjadi rekan kerja produser dalam sebuah proyek film.
Tugas Produser Pre, On, dan Post Production
ADVERTISEMENT
“Mbak Mira Lesmana pernah bilang ke gue, film bagus itu punya sutradara, sementara film jelek punya produser.” cerita Aris.
Menurutnya, pertanyaan-pertanyaan seperti: “Kok skenario kayak gitu diproduksi?”, “Kok akting kayak gitu di-approve?”, “Kok editing kayak gitu ditayangin?” Harus diajukan kepada produser ketika sebuah film dianggap tidak bagus.
Menjadi seorang produser film tentu membutuhkan banyak waktu dan tenaga. Produser harus turut serta dalam seluruh proses produksi film. Di masa pre-production, produser harus lebih dulu memahami tema, plot, karakter, dan premis dari film yang akan diproduksi. Skenario kemudian menjadi panduan dan pondasi untuk berkolaborasi. Ada tiga tim advance yang berkolaborasi, yaitu produser, sutradara dan juga penulis skenario yang kompeten dan memiliki visi yang sama. Ketiga orang tim advance itu juga bisa dilakukan oleh satu orang. Aris sendiri pernah memproduksi, menulis, dan juga men-direct sebuah film. Tugasnya kemudian adalah membagi-bagi siapa yang akan membantu mengoreksi visi sutradara, mengoreksi visi produser, dan siapa yang akan membantu mengembangkan cerita.
ADVERTISEMENT
Di masa pre-production ini, produser harus sadar bahwa bagaimanapun juga, film memiliki unsur bisnis. Sebuah film akan berurusan dengan pasar massal, maka harus juga berbicara soal industri dan bisnis. Penting bagi produser untuk mengetahui perimbangan antara seni dan bisnis. Penentuan kerja sama dengan suatu produk atau brand juga harus dipahami oleh produser, agar nantinya kerja sama ini tidak keluar dari konteks jalan cerita.
Di masa production, produser harus memastikan bahwa semua hal, mulai dari proses syuting, karakter pemain, pemilihan extras, hingga detail-detail terkecil, sesuai dengan hal-hal yang telah diatur dan disepakati sebelumnya pada proses pre-production. Produser diibaratkan sebagai titik tombak produksi sebuah film, dan bertanggung jawab atas seluruh hal yang terjadi. Jika di tengah masa production, diperlukan adanya perubahan dalam beberapa hal, produser bersama sutradara harus kembali memutar otak demi menyamakan visi awal mengapa suatu film diproduksi. Aris bahkan pernah menghentikan kerja sama dengan sutradara, ketika mereka tidak se-visi dengannya sebagai produser.
ADVERTISEMENT
Apakah setelah proses syuting selesai, maka produser bebas tugas? Tentu tidak. Di masa post-production ini, produser harus memikirkan bagaimana film ini akan dipromosikan. Produser harus paham konteks, konsep, dan konten. Produser juga bertanggung jawab terhadap hal-hal yang akan terjadi nantinya, bahkan setelah film ini menghiasi layar lebar dan disaksikan jutaan mata penonton.
Jatuh Bangun Produser Dalam Produksi Film
Salman Aristo, produser film Dua Garis Biru. sumber: twitter.com/salmanaristo
“Di industri perfilman Indonesia, pelabelan masih sering dianggap enteng dan sering kali salah. Bahkan, produser kadang nggak tau siapa supporting actor atau aktor utamanya. Padahal penting karena ini masalah organisasi bekerja.” ujar Aris.
Ia sering melihat banyak produser yang “terima beres” dalam produksi sebuah film. Menurutnya, produser yang baik dan kompeten harus paling “rewel” dalam masalah ini. Dia harus mencari tahu, siapa yang akan bertanggung jawab kalau terjadi apa-apa.
ADVERTISEMENT
Berbicara mengenai kompetensi, menurut Aris, produser harus mempunyai helicopter view dalam menentukan siapa-siapa saja yang akan terlibat dalam penggarapan sebuah proyek film. Untuk mencapai kompetensi itu, tentunya produser juga harus punya kompetensi yang setara atau lebih dari orang-orang yang dia pilih. Produser harus punya point of view dari penonton, tapi tidak boleh memiliki skill sebatas penonton.
Produser harus mampu menjadi kompas dalam berkarya, dan juga menciptakan proses pengembangan yang sehat. Produser harus sadar betul bahwa money can’t solve everything, dan dia harus mempunyai mentalitas problem solver, terutama dalam produksi skenario. Akan lebih baik lagi jika produser berhasil mengajak semua orang dalam proses produksi untuk turut menjadi problem solver.